Mohon tunggu...
TARMIDZI AFM
TARMIDZI AFM Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Indonesia SMP Citra Alam.

Kak Midzi, merupakan guru Bahasa Indonesia yang hobinya nonton drakor dan K-Pop. Kak Midzi juga menjadi member X-Blissxodiac.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Mari Eksplor Kontroversi AI di Dunia Seni, AI Captain!

17 Februari 2024   14:44 Diperbarui: 17 Februari 2024   14:45 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin kalian sering dengar kata AI atau Artificial intelligent. Apalagi akhir-akhir ini, dimana semua orang banyak yang debate tentang kekuatan AI dan efeknya di dunia kita yang sedang berkembang pesat. Banyak orang berpendapat berbeda-beda tentang peristiwa ini, ada yang memiliki pandangan positif dan negatif. tapi dari dulu aku mempunyai pandangann yang netral tentang Ai, keren sih tapi aku tidak pernah memikirkannya lebih dalam.

Tetapi hal yang menarik perhatianku adalah Ai art atau gambaran yang dihasilkan oleh AI. Dari yang aku amati, memang topik ini sangat kontroversial. banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang beredar dengan jawaban yang berbeda dari setiap orang, apakah seni yang dihasilkan AI bisa dianggap seni? Bisakah teknologi ini mengalahkan atau mengganti seniman asli? Apakah menggunakan AI itu cheating? Apakah AI mencuri karya seniman? Bahkan aku melihat banyaknya seniman yang "Anti-AI", tapi kenapa?

Artificial intelligence atau kecerdasan buatan adalah teknologi yang bisa berpikir seperti manusia dan belajar seperti manusia. AI ini sudah sangat mirip dengan manusia bahkan kadang lebih baik daripada manusia, ia bisa belajar, mengenal gambar, mengambil Keputusan, mengambil/menganalisasi data, bahkan melakukan pekerjaan yang mungkin susah untuk manusia.

Kata artificial intelligent ini, berasal dari workshop Dartmouth yang disebut dengan Dartmouth summer research project on artificial intelligence tahun 1956. Akhir-akhir ini memang perkembangan Artificial intelligence sedang booming, dengan perkembangan Chatgpt, DALL-E, DeepMind, Stable Diffusion, Midjourney, dll.

AI yang bisa menghasilkan tulisan atau gambaran disebut generative ai atau yang lebih spesifik lagi, AI image generators. Tapi bagaimana cara mereka menghasilkan gambaran? Secara singkat mereka dilatih menggunakan banyak sekali data berupa ratusan gambaran di internet agar mereka mengerti seperti apa bentuk suatu objek seperti pohon, orang, dll. sampai akhirnya mereka bisa menghasilkan gambaran dari prompt yang kita kasih. Contoh AI yang bisa melakukan ini adalah DALL-E dari OpenMind, Midjourney, runway ML dan stable diffusion dari Stability AI

Aku dengar beberapa orang mengatakan bahwa ini sangat tidak etis karena menggunakan karya-karya seniman untuk mengajarkan AI tanpa izin seniman tersebut. Mereka berkata bahwa AI ini hanya mengikuti karya-karya seniman dan AI tidak akan bisa ada tanpa seniman-seniman lain.

Tetapi bukannya itu sama dengan kita? kita juga membutuhkan hal-hal disekitar kita dan karya seniman lain untuk membuat seni. Setiap hari kita melihat banyak sekali karya-karya seni walaupun kita tidak mengingatnya, kita selalu mengambil bagian-bagian kecil dari karya tersebut dan mengambil inspirasi darinya, apakah kita bisa membuat seni tanpa semua itu? bayangkan kamu tiba-tiba disuruh menggambar dengan semua hal yang kamu lihat dan pelajari di hapus dari pikiranmu, apakah kamu bisa? Tentunya tidak, kita tidak bisa juga membuat karya tanpa seniman lain dan menurutku AI hanya melakukan apa yang kita lakukan. Bedanya, Ai adalah robot yang tidak akan pernah melupakan apapun.

Tapi, yang menurutku tidak bisa dibela adalah AI yang meniru Artstyle seniman lain. Banyak sekali orang yang memberi prompt seperti 'pemandangan Pantai menggunakan artstyle claude monet' atau 'gadis berambut ungu menggunakan artstyle koleen' atau seniman-seniman lain. Memang kita tidak bisa mengakui suatu artstyle atau own suatu artstyle. Tetapi menurutku ini sangat buruk, meniru artstyle yang sudah bertahun-tahun dikembangkan oleh suatu seniman dan mencuri identitasnya itu sangat disrespectful.

Kemudahan mengakses teknologi yang bisa meniru art style juga bisa menyebabkan masalah, pasti banyak orang akan menyalahgunakan teknologi ini. Seperti yang sudah banyak orang lakukan yaitu, klaim bahwa itu miliknya bisa juga pura-pura menjadi seniman itu dan membuat gambaran yang tidak pantas dengan artstyle seniman tersebut.

Sebenarnya, AI bisa menjadi tool untuk para seniman. Mungkin untuk beberapa seniman, hal yang sulit adalah mencari referensi yang tepat untuk karya selanjutnya dan karena AI bisa menghasilkan gambaran apapun dengan prompt yang kita kasih, AI bisa menjadi tool yang berguna. Tetapi memposting gambaran yang dihasilkan AI dan claim bahwa itu buatan sendiri pastinya salah. Seni yang dihasilkan AI ini harusnya tidak menjadi hasil akhir, melainkan untuk membantu mencapai hasil akhir tersebut. Itulah manfaat yang harusnya kita dapatkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun