Mohon tunggu...
TARMIDZI
TARMIDZI Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Indonesia SMP Citra Alam.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kak Midzi Lahir di Tangerang dan merupakan guru Bahasa Indonesia di SMP Citra Alam.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Negeri di Atas Awan

6 September 2023   11:01 Diperbarui: 6 September 2023   11:04 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar pribadi memiliki hak cipta

       Perjalanan hari kedua dimulai dengan mengunjungi bukit Sikunir untuk melihat Golden Sunrise. Kami bangun jam 2 dini hari, lalu kami mandi dan persiapan. Tepat jam 3 pagi kami berangkat menembus dinginnya pagi. Saat mendekati tempat yang dituju jalanan mulai macet karena banyaknya mobil yang akan menuju ke sana. Sampai di tempat parkiran bertambah padat karena mobil mengantri untuk mencari parkiran dan kami mendapat tempat parkir di belakang. Turun dari mobil kami merasakan dingin yang luar biasa padahal kami sudah memakai sweater yang tebal, sarung tangan dan topi kupluk. Sambil merasakan dingin kami berjalan meneluri parkiran untuk mencari tempat sholat karena waktu sudah menunjukkan waktu sholat Subuh.

     Kami sholat subuh terlebihdahulu di sebuah mushola kecil. Di dekat parkiran mobil depan mushola sudah rame juga dengan para pedagang yang menjual sarung tangan, dan topi kupluk. Selesai sholat subuh untuk naik ke atas kami memutuskan untuk naik ojek dengan tarif 15 ribu rupiah. Naik ojek hanya sampai jalan yang berkonblok. 

     Dari sinilah jalan kaki dimulai dengan kontur yang menanjak. Nafas rasanya sudah mulai berasa ngos-ngosan sambil sesekali berhenti. Di kiri kanan jalan ramai dengan pedagang yang menjual berbagai makanan yang sangat menggoda seperti aneka gorengan dan juga toko oleh-oleh khas Dieng seperti manisan Carica, kentang Dieng, cabe Gendot dan juga toko baju weater. Sesudah jalanan Konblok berakhir dimulailah dengan menyusuri tangga berbatu yang sangat sangat terjal dan di pinggirnya ada pagar dari kayu untuk pegangan. Nafas semakin ngos ngosan lagi dan kira-kira 4 atau 5 tangga kami berhenti sambil berpegangan ke pagar. Tidak hanya kami saja yang demikian pengunjung yang lain pun seperti ini. 

      Dari kejauhan terdengar suara toa orang berbicara "Ayo semangat semangat nanti di atas ada hadiah diambil masing-masing ya "15 menit lagi matahari akan terbit. "Ahh..bapak bisa aja becanda", gumamku dalam hati. Setelah perjuangan yang sangat menguras tenaga akhirnya sampai juga kami di atas. Di atas sudah dipenuhi oleh banyak orang yang akan menyaksikan sunrise, sehingga agak sulit untuk mencari posisi yang tepat. Sebetulnya kami termasuk agak sedikit telat karena matahari sudah mulai terbit, tidak melihat detik-detik saat matahari akan terbit. Alhamdulillah masih bisa menyaksikan indahnya Sunrise "Masya Alloh Tabarakallah" sungguh indah sekali. Terlihat langit mulai berwarna kuning dan terlihat beberapa gunung yaitu gunung Sindoro, gunung Sumbing, gunung Prau, gunung Slamet, gunung Merapi, dan gunung Merbabu serta lautan awan. Kami termasuk beruntung karena cuaca sedang cerah. Jika cuaca berkabut maka golden sunrise tidak akan terlihat. Konon bukit Sikunir ini merupakan tempat yang terbaik untuk melihat sunrise. Setelah puas melihat indahnya sunrise kami memutuskan untuk turun dan istirahat serta mengisi perut yang mulai merasa lapar. Kami berhenti di sebuah warung untuk memakan lontong dan gorengan. Salah satunya adalah tempe kemul yang merupakan salah satu makanan khas Wonosobo.

       Perjalanan kami lanjutkan ke Candi Arjuna yang merupakan kompleks yang terdiri dari beberapa candi peninggalan jaman Hindu. Saat akan masuk ke candi Arjuna jalanan agak macet karena ada iring iringan pawai 17 Agustusan yang berakhir di kompleks candi Arjuna. Selesai dari candi Arjuna kami memutuskan untuk makan siang dahulu, lalu kami lanjutkan ke kawah Sikidang yang letaknya tidak terlalu jauh dari candi Arjuna.

      Dari kejauhan sudah tercium aroma bau belerang dan asap yang menngepul, maka dari itu kami memakai masker. Kami menyusuri sebuah jembatan kayu untuk menikmati indahnya pemandangan beberapa kawah ini. Kawah Sikidang ini selain sebagai tempat wisata juga dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik tenaga panas bumi. Alasan kenapa dinamakan kawah Sikidang, karena pusat kawah yang mengepulnya selalu berpindah pindah dari satu kawah ke kawah yang lain seperti Kidang yang selalu melompat lompat.

     Tempat ketiga yang kami kunjungi di hari kedua adalah bagian atas dari telaga Menjer, karena hari pertama kami batal ke sana. Kami mengunjungi Kahyangan Skyline yaitu tempat terbuka yang terdapat beberapa spot untuk berfoto seperti jembatan kaca dan jarring, dan juga ada kafe yang menjual aneka minuman dan snack sambil menikmati indahnya telaga Menjer dari atas. Di bagian atas yang lainnya juga ada beberapa villa dan glamping. Itulah beberapa tempat wisata yang kami kunjungi di Dieng selama 2 hari. Perjalanan wisata yang sangat menyenangkan dan tidak akan terlupakan. Insya Alloh lain waktu kami ingin ke Dieng lagi untuk mengunjungi tempat-tempat wisata yang belum sempat kami kunjungi, merasakan embun Upas di candi Arjuna yang belum sempat kami rasakan karena suhu saat itu diatas 0 derajat Celsius. Embus upas bisa terjadi jika suhu di pagi hari di bawah 0 derajat.  Serta ingin menginap di daerah Dieng untuk merasakan dinginnya Dieng.

5. Kepulangan

        Esoknya hari minggu tanggal 20 Agustus kami pulang. Sebelum pulang kami diajak sarapan oleh temannya bapak di sebuah warung Soto yang ternyata rasanya sangat lezat sekali ditemani oleh beberapa jenis sate dan aneka gorengan.  Alhamdulillah perjalanan pulang kami berjalan lancer dan tiba di rumah dalam keadaan selamat dan sehat.   

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun