Mohon tunggu...
Tarjum Sahmad
Tarjum Sahmad Mohon Tunggu... Administrasi - Sambil bekerja, menekuni dunia marketing dan jalani hoby menulis.

Suka sekali menulis di blog dan media online. Blog pribadi: Curhatkita.com Blog Kesehatan: Sentradetox.com. Akun Facebook: Tarjum Sahmad. WA: 0896-3661-3462 - Call/SMS: 0823-2066-8173. Menulis buku psikologi, bisnis & novel.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Meladeni Tantangan Thamrin Sonata di Kompasianival

25 November 2014   00:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:57 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_337429" align="aligncenter" width="432" caption="Pak Tjip, Thamrin Sonata dan rekan-rekan di booth Peniti Community / foto: dok TS"][/caption]

Sehari sebelum kopdar akbar Kompasianival di gelar, saya mendapat tantangan dari Pak Thamrin Sonata (TS) untuk menyelesaikan urusan online saya dengannya. Pak TS menantang saya untuk ketemu langsung di kopdar akbar blogger Kompasiana.

Ini dia tantangannya :

“Kita bicarakan Secara jantan….. Kita “ketemu” lah nanti.”

Tentu saja, dengan jantan dan tak gentar saya terima tantangan itu.

Saya sampai di Sasono Utomo agak telat karena terhambat kemcetan di Tol Cikampek – Jakarta. Baru sampai di lokasi hajatan besar Kompasianival jam 13:30 WIB. Setelah registrasi, dengan langkah mantap langsung masuk ke Sasono Utomo, berkeliling melihat booth-booth sponsor dan booth komunitas. Suasana tampak meriah dan ramai, jauh lebih meriah dari Kompasianival 2013. Saat itu di Sasono Utomo sedang berlangsung acara nongkrong bareng Kispray.

Saya mencari booth-nya Pak TS “Peniti Community” (PC). Setelah berkeliling dan tengak-tengok kesana-kemari, akhirnya saya menemukan booth PC yang letaknya di ujung ruangan bagian kiri depan Sasono Utomo. Di sana sudah ada Pak Tjip (Tjiptadinata Effendi) dan istri tercinta, Roselina Tjiptadinata.

Saya langsung memperkenalkan diri, mengulurkan tangan kepada Pak Tjip, disambut senyuman dan genggaman tangan yang hangat dari beliau. Saya ngobrol sebentar dengan beliau yang selalu antusias menjawab pertanyaan saya. Sebenarnya lebih tepat kalau disebut curhat saya kepada pakPak Tjip.

Selesai curhat dengan pak Tjip, saya langsung samperin tuh Pak TS yang lagi ngobrol asyik dengan Rifki Feriandi sang penulis buku “Cara Narsis Bisa Nulis”.

Sebentar! Anda mungkin belum tahu, apa sih tantangan pak TS kepada Saya?

Yang pertama kali menantang Pak TS sebernarnya saya. Saya menantang beliau untuk menerbitkan 3 ebook saya (dua ebook psikologi dan satu novel romansa) menjadi buku cetak lengkap dengan ISBN. Ternyata pak TS malah menantang balik, seperti saya kutif kalimat tantangannya di atas.

Jadilah kami berdua ngobrol, membicarakan soal penulisan dan penerbitan sampai pemasaran sebuah buku cetak. Pak TS menyarankan, untuk menekan biaya penerbitan, sebuah buku dengan ketebalan 100-150 halaman, minimal harus dicetak 500 eksemplar dengan harga cetak sekitar Rp.10.000/buku. Jadi total biaya pencetakannya sekitar Rp. 5.000.000. Dengan harga cetak buku Rp.10.000, maka harga jualnya bisa lebih murah sekitar Rp.30.000. Tapi Kalau Cuma dicetak 100 buku, maka biaya cetaknya akan lebih tinggi, bisa mencapai Rp.40.000/buku dan tentu saja harga jualnya harus lebih tinggi.

Saya bilang ke Pak TS, sebenarnya ingin sekali menerbitkan salah satu ebook saya menjadi buku cetak dan Peniti Media yang mengurus penerbitannya, tapi jujur masalahnya saya lagi gak ada dana..hehehe…

[caption id="attachment_337430" align="aligncenter" width="640" caption="Rombongan Peniti Community dan Koplak Nyoband / foto : dok Isson Khairul"]

14168250261514635997
14168250261514635997
[/caption]

Sambil mesam-mesem, Pak TS memberi solusi taktis untuk mengatasi masalah dana ini. Setelah saya dengar dan pikirkan, saran dan gagasannya sungguh brilian. Saya setuju dengan gagasan tersebut dan saya akan mencobanya. Teman satu ‘geng’ Pak TS, Mas Isson Khairul yang ketemu sore harinya di depan gedung Sasono Utomo memperkuat gagasan tersebut.

Sebenarnya masih banyak yang ingin saya diskusikan dengan Pak TS dan mas Isson, sayang waktu saya di Jakarta tak banyak. Bukan sok sibuk ya, karena saya pulangnya jauh dan naik bis. Saya akan pulang naik bis dari terminal Kampung Rambutan. Biasanya bis Jurusan Subang/Purwakarta yang lewat pintu Tol Kopo atau Sadang hanya ada sampai jam 20:00.

***

[caption id="attachment_337431" align="aligncenter" width="498" caption="Iseng ikutan foto contest LA Lights di booth LA Lights"]

14168251631493081194
14168251631493081194
[/caption]

Hari sudah semakin Sore, sementara hajatan Kompasianival masih akan berlangsung sampai jam 22:00 WIB. Saya masuk lagi ke Sasono Utomo, dilanjut ke Sasono Budoyo, saat itu sedang berlangsung acara talk show dengan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, dengan pewawancara Admin Kompasiana Iskandar Jet (Isjet).

Selesai acara talk show dengan Ganjar Pranowo, ketika para kompasianer berebut untuk foto selfy, saya bergegas pulang, karena waktu terus merangkak menuju malam. Kalau terlalu malam saya khawatir tak ada bis yang jurusan Subang. Saya mampir dulu ke booth Peniti Community menemui Pak TS dan mas Isson yang masih nongkrong di situ. Pak TS ngasih saya oleh-oleh 5 buah buku terbitan Peniti Media. Selain untuk dibaca, buku tersebut untuk alat bantu saya mencoba gagasan yang Pak TS sarankan. Kebetulan mas Isson juga mau pulang dan satu arah, jadi sekalian nganter saya menuju terminal Kampung Rambutan.

[caption id="attachment_337432" align="aligncenter" width="543" caption="Cinderamata dari Peniti Community"]

14168252571082993390
14168252571082993390
[/caption]

Saya, mas Isson dan seorang Kompasianer perempuan (saya lupa namanya) jalan bareng menuju gerbang TMII, lalu naik angkot sampai terminal. Di sepanjang perjalanan saya dan mas Isson asyik ngobrol seputar dunia kepenulisan. Sampai di pintu masuk terminal kami turun dan mencari Angkot nomor 19, arah pasar Rebo yang akan dilewati hampir semua bis jurusan Jawa Barat bagian timur (Tasik, Cianjur, Garut, Bandung, Purwakarta, Subang, Cirebon, Kuningan dll). Akhirnya bis terakhir jurusan Purwakarta berhenti di pasar Rebo sekitar jam 21:00. Alhamdulillah sampai di rumah dengan selamat jam 01:00.

Makasih mas Isson udah nganter dan bayarin ongkos angkotnya…hehehe…

Makasih juga untuk Pak TS atas sharing ilmunya. Ide dan saran kepenulisannya sangat berharga, sehingga saya punya arah yang lebih jelas kemana pena saya harus digerakan dan kemana karier kepenulisan saya akan berlabuh. Karena saya sangat suka menulis. Menulis bukan lagi sekedar hoby tapi sudah menjadi kebutuhan pokok bagi saya.

Makasih pak Tjip atas nasihat dan kehangatannya yang menyejukan hati sekaligus memotivasi. Saya masih harus belajar banyak kepada anda bagaimana mengarungi kehidupan dan mengatasi semua rintangan yang menghadang di perjalanan.

Terima kasih untuk semua kompasianer atas persahabatan, keramahan dan sharing ilmunya yang sangat bermanfaat.

Tak lupa, terima kasih untuk Kompasiana yang sudah memfasilitasi saya dan kita semua untuk terus menulis, berbagi, bersahabat dan beraksi nyata untuk Indonesia yang lebih baik.

Salam hangat dari Subang untuk semua sahabat kompasianer dari seluruh penjuru negeri, sampai jumpa lagi di Kompasianival tahun depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun