Mohon tunggu...
Tarjum Sahmad
Tarjum Sahmad Mohon Tunggu... Administrasi - Sambil bekerja, menekuni dunia marketing dan jalani hoby menulis.

Suka sekali menulis di blog dan media online. Blog pribadi: Curhatkita.com Blog Kesehatan: Sentradetox.com. Akun Facebook: Tarjum Sahmad. WA: 0896-3661-3462 - Call/SMS: 0823-2066-8173. Menulis buku psikologi, bisnis & novel.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Sumber Air Bersih di Desa Kami Semakin Berkurang

20 Desember 2014   04:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:54 886
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_342124" align="aligncenter" width="598" caption="Padang ilalang ini dulunya kebun dengan pepononan rindang (dok. pri)"]

1418997213498971170
1418997213498971170
[/caption]

Apalagi setelah desa kami ditetapkan sebagai zona industri dan banyak pabrik dibangun, kebun yang dulunya rindang oleh pepohonan, sekarang sudah beralih fungsi menjadi bangunan pabrik. Kebun dengan beragam pohon buah-buahan sekarang satu-persatu mulai dijual kepada. Pepohonan yang selama ini menghijaukan desa dan menjadi penyimpan air bersih, sebagian besar sudah ditebang dan akan segera dibangun gedung pabrik.

Itu artinya, sumber serapan air tanah akan semakin berkurang. Belum lagi pabri-pabrik itu sendiri, mengambil dari air tanah untuk memenuhi kebutuhan air bersih di area pabrik. Sudah bisa diprediksi apa jadinya nanti ketika pepohonan sebagai sumber serapan air semakin berkurang, sementara pengambilan air tanah terjadi besar-besaran untuk kebutuhan pabrik dan warga (pribumi dan pendatang).

[caption id="attachment_342123" align="aligncenter" width="612" caption="Antara sawah dan pabrik (dok. pri)"]

14189970641040719474
14189970641040719474
[/caption]

Untuk itu, pemerintah harus membuat aturan yang tegas tentang tata ruang dan peruntukan tanah. Mana tanah yang boleh digunakan untuk bangunan pabrik dan mana yang tidak boleh. Keseimbangan dan kelestarian lingkungan harus tetap dijaga, termasuk menjaga sumber-sumber air bersih. Tak bijak apabila atas nama pembangunan dan kemajuan, keseimbangan alam dikorbankan.

Kebiasaan hidup sehat dimulai dari rumah, dari lingkungan terkecil yakni keluarga. Setelah itu, beranjak di masyarakat, dalam komunitas warga hingga ruang lingkup lebih besar, bangsa dan negara. Kalau bicara fakta dan data tentang kesehatan dan sanitasi dengan berbagai tolok ukurnya, Indonesia termasuk negara yang berada dalam kondisi memprihatinkan, demikian menurut Unilever.

Perusahaan yang Menjaga Sumber Air dan Kelestarian Lingkungan

Apa yang dilakukan PT. Tirta Investama Subang (PT. TIV), produsen air mineral Aqua-Danone, bisa menjadi contoh nyata, tanggung jawab sebuah perusahaan terhadap kelestarian lingkungan dan sumber daya alamnya.

[caption id="attachment_342126" align="aligncenter" width="600" caption="Gerbang masuk PT. Tirta Investama (dok. pri)"]

14189974882108312768
14189974882108312768
[/caption]

PT. TIV yang berlokasi di desa Darmaga, kecamatan Cisalak, kabupaten Subang, Jawa Barat ini, melakukan konservasi lingkungan untuk menjaga kuantitas dan kualitas sumber air bersih yang memasok kebutuhan air untuk pabrik pengolahan air ini, dengan cara menanami kembali pepohonan yang sudah ditebang atau mati di sekitar area pabrik dan sumber mata air.

[caption id="attachment_342127" align="aligncenter" width="448" caption="Taman Konservasi PT. TIV (dok. Maman)"]

14189975501765662545
14189975501765662545
[/caption]

[caption id="attachment_342128" align="aligncenter" width="448" caption="Taman di jalur pipa dekat sumber mata air (dok. Maman)"]

14189976291326309701
14189976291326309701
[/caption]

PT. TIV bekerja sama dengan pemerintah daerah, LSM dan warga sekitar lokasi sumber mata air, untuk menjaga dan melindungi kelestarian alamnya. PT. TIV juga membangun taman di sepanjang jalur pipa peyalur air dari sumber mata air ke lokasi pabrik yang jaraknya sekitar 2 kilometer. Ketika mengunjungi PT. TIV dan sumber mata airnya, terlihat jelas, kelestarian lingkungan di sekitar pagrik dan di sepanjang jalur pipa air dari sumber air ke pabrik, terjaga dengan baik.

[caption id="attachment_342129" align="aligncenter" width="603" caption="Saya, melihat langsung proses pengolahan air PT. TIV (dok. pri)"]

14189977081277341936
14189977081277341936
[/caption]

Intinya, Ketika kita mengambil sumber daya dari alam, kita juga harus bertang jawab untuk mengembalikannya ke alam. Menjaga kelestarian dan keseimbangan alam adalah tanggung jawab kita bersama. Kalau bukan kita yang menjaga dan melestarikan, siapa lagi?

Saya sangat setuju dengan pernyataan dengan komitmen ini, “Unilever tak sekadar ingin melipatgandakan bisnis namun pada saat yang bersamaan mengurangi sampai setengahnya dampak terhadap lingkungan dan memberikan dampak positif terhadap masyarakat.”

Pernyataan di atas sejalan dengan tema kampanye Unilever: “Indonesia Sehat”.  Lewat kampanye ini, Unilever bermaksud mengintegrasikan program kesehatan, higienitas, dan program nutrisi untuk mendukung pelaksanaan Unilever Sustainable Living Plan (USLP). USLP adalah panduan global pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan.

[caption id="attachment_342142" align="aligncenter" width="526" caption="Unilever, membuat air layak minum untuk 500 jt orang (dok. facebook.com/unileverid)"]

14189991731466634841
14189991731466634841
[/caption]

Kampanye Indonesia Sehat yang digagas dan dipelopori Unilever, memiliki target nasional yaitu mencapai 100 juta masyarakat Indonesia yang mengadopsi gaya hidup bersih dan sehat pada 2020.

Mari kita sama-sama dukung kampanye “Indonesia Sehat” agar targetnya bukan hanya tercapai tapi bisa terlampaui. Bagaimana caranya? Untuk hal ini saya selalu ingat nasihat da’i kondang AA. Gym, “Mulai dari diri sendiri, mulai dari hal-hal kecil dan mulai saat ini juga.”

Yuk kita mulai kampanye “Indonesia Sehat”!

Saya sudah memulainya dengan tulisan ini...hehehe.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun