Sumber : Ilustrasi/Google
Mengapa harus bersedih?Apa yang kita terima nikmati saja. Bisa jadi dibelakang sana ada hikmah yang dapat kita petik.
Berbicara masalah hikmah pasti yang maha kuasa selalu memberikan sesuatu sesuai dengan kemampuan manusia. Saat cobaan datang pastilah ada hikmah tersendiri untuk diri kita semakin dekat dengan sang Pencipta. Seperti roda yang berputar kadang di atas dan kadang di bawah. Ketika di atas kita tidak menjadikannya sombong. Kebalikannya ketika kita berada di bawah, itupun tidak menjadikan kita lari dari kenyataan yang ada. Eh kok jadi kayak ngegurui nich?
Entahlah gara-gara lagi enggak punya ide untuk menulis, maka saya menulis saja menurut alur pikiran yang tidak tahu mau bermuara kemana? Yang jelas penulis pingin memberikan sesuatu yang mungkin bisa berguna buat pembaca semua.
Pembaca barangkali pernah mengalami sedih atau duka. Eits kata orang bijak jangan lari dari kenyataan. Permasalahan bukan untuk dijauhi misalkan dengan bermabuk-mabukan, tetapi harus dicari solusinya. Ibarat kita punya utang kalau kita mabuk, mungkin kita bisa lupa utangnya. Tapi ketika kita sadar, apakah utangnya lunas? Yang jelas apapun permasalahan yang kita miliki, kita harus selalu sadar menghadapinya.
Temen- temen yang lagi galau karena diputus cewek atau cowoknya. Jangan sampai putus asa. Cari sumber permasalahannya. Bicarakan dengan sebaik-baiknya. Jangan memaksakan kehendak karena bisa jadi kalau terjadi putus, mungkin anda akan menemukan yang labih baik lagi. Pokoknya kalian harus selalu optimis menghadapi hidup ini ya?
Eits, penulis punya sebuah cerita yang mungkin bisa menjadi acuan kita semua. Suatu hari ada seorang pedagang duku dipinggir jalan ketangkep sama petugas ketertiban. Pedagang duku menjadi sedih karena ia tidak tahu kalau disitu ada larangan berdagang. Akhirnya pedagang duku dihukum oleh petugas dengan cara mengempit/menaruh buah duku di ketiaknya selama setengah jam.
Pembaca sekalian pasti kasihan kan terhadap pedagang duku tersebut? Setengah jam berikutnya ternyata pedagang duku tertawa terpingkal-pingkal. Aneh kan? Pedagang duku yang tadinya sedih menerima hukuman ternyata sekarang tertawa dan menjadikan petugas ketertiban bingung. Petugas pun akhirnya penasaran dan bertanya kepada pedagang duku.
“Pak, sampeyan baru saja saya hukum, kenapa sekarang tertawa?”
Rupanya pedagang duku belum selasai juga tertawanya. Mungkin karena terlalu asyiknya. Sampai akhirnya ia menjawab pertanyaan petugas.
“Maaf pak, saking asyiknya saya tertawa. Belum pernah saya tertawa seperti ini. Walaupun saya baru dihukum tapi saya masih bersyukur. Ternyata ujian yang saya terima tidaklah seberapa. Lihat pak disana ada pedagang duren?”
Pedagang duku menunjuk pedagang duren di seberang yang baru saja berjualan. Ia kembali tertawa terpingkal-pingkal. Dalam pikirannya nanti pedagang duren akan menaruh durennya di ketiak selama setengah jam. Pedagang duku pun sekarang mensyukuri apa yang diterimanya. Ujian yang didapat ternyata tidak seberapa dibanding dengan orang yang ada disekitarnya yang kadang mendapat kan ujian yang lebih berat.
Pemalang, 10 Juli 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H