Mohon tunggu...
Tarissa Budi Syakira
Tarissa Budi Syakira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Akuntansi Universitas Pembangunan Jaya

Senang mencari tahu hal-hal baru

Selanjutnya

Tutup

Financial

Uang, Emosional, dan Perilaku Tak Terpisahkan

20 Desember 2023   10:09 Diperbarui: 20 Desember 2023   10:15 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Wealth Pursuits 

"Uang bukan segalanya, tetapi segalanya butuh uang dan uang dapat membeli kebahagiaan".

Kalimat tersebut pasti sudah tidak asing lagi didengar kan? Pada dasarnya segala kebutuhan akan terpenuhi dengan uang, karena telah terpenuhi maka akan muncul perasaan bahagia. Namun, ketika tidak dapat memenuhi suatu kebutuhan akibat terkendala uang maka perasaan akan lebih sensitif sehingga menjadi cemas. Terdapat teori yang menyatakan bahwa uang bukan segalanya tapi ada banyak sekali hal yang bisa dicukupi dengan menggunakan uang. Financia, Health Institute membenarkan teori tersebut dan mengartikan tekanan finansial sebagai keadaan yang memunculkan kekhawatiran dan kecemasan terkait dengan keuangan disertai respons stres fisiologis. Stres fisiologis adalah respons organisme terhadap stresor seperti kondisi lingkungan atau gangguan fungsi organ tubuh, yaitu gangguan struktur tubuh, fungsi jaringan, organ, dan lain-lain.

Sebuah studi yang dilakukan pada 2018 bertujuan untuk mengetahui kaitan uang dengan mental seseorang. Penelitian ini dilakukan dengan memberikan bantuan tunai secara teratur tanpa pamrih pada beberapa perempuan rumah tangga miskin di Zambia. Hasilnya, selama periode 48 bulan, banyak wanita yang merasakan meningkatnya kesejahteraan emosional dan kepuasan. Kedua hal tersebut nyatanya dirasakan lebih tinggi bila dibandingkan dengan kesehatan mereka. Secara tidak langsung dapat disimpulkan bahwa uang mempengaruhi emosional pada diri. Hidup akan terus berlanjut dan seseorang akan berupaya meningkatkan pemasukannya untuk memenuhi kebutuhan. Sebagai mahasiswa akan merasa senang dan tenang jika sudah mendapat kiriman uang bulanan. Apabila uang yang dimiliki tidak mencukupi bisa membuat pikiran yang lebih bercabang baik dari segi kuliah ataupun finansial. Terdapat sebagian orang yang terjebak dalam utang membuat dirinya harus berusaha berkali-kali lipat untuk mengumpulkan uang. Tak jarang ditemui beberapa orang yang mengakhiri hidup karena masalah keuangan seperti terlilit utang. Lalu bagaimana bisa uang mempengaruhi emosi yang dirasakan dan perilaku yang lakukan?

Uang berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari, keuangan memengaruhi kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan dasar, seperti makanan, tempat tinggal, dan perawatan kesehatan. Dari masalah-masalah yang sering ditemukan atau dirasakan terjadi akibat peningkatan kecemasan dan depresi yang menunjukkan adanya stres finansial. Terdapat aspek psikologis yang menjelaskan bahwa uang dapat memengaruhi cara berpikir, merasakan, dan bertindak seseorang. Salah satu faktor psikologisnya yaitu kepribadian yang berkaitan dengan pola pikiran, perasaan, dan perilaku yang khas dan stabil dari seseorang. Contoh ciri-ciri kepribadian yang berkaitan dengan uang adalah khawatir terkait dengan uang. Pernahkah kalian harus membayar kebutuhan internet atau menabung untuk masa depan? Nah, rasa khawatir dapat terjadi karena adanya tagihan yang membuat seseorang merasa cemas mengenai kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan finansial. Rasa ketidakpastian terhadap stabilitas ekonomi pribadi bisa memicu perasaan khawatir yang dapat memengaruhi kesejahteraan emosional dan mental.

Mogilner, Whillans, dan Business (2018) mengungkapkan, memiliki banyak uang membuat manusia cenderung merasa bahwa dirinya memiliki pengalaman hidup yang baik dan memuaskan. Tetapi, apakah kepuasan dalam hidup hanya selalu tentang uang? Meskipun uang dapat memenuhi kebutuhan, bukan berarti kebahagiaan hanya bersumber dari uang. Boyce et al. (2010) menjelaskan bahwa penelitian mengenai uang dan kebahagiaan muncul dengan hasil yang bervariasi pada beberapa negara, meskipun ada pola yang umum bahwa terdapat pengaruh signifikan uang terhadap kebahagiaan, baik itu berupa kepuasan secara finansial maupun subjektif.

            

Sumber: TheMikeManning 
Sumber: TheMikeManning 
Banyak uang tidak menjamin perilaku yang baik, bukan? Uang bisa mengubah perilaku seseorang, ketika seseorang merasa sudah memiliki banyak uang maka cenderung memiliki sifat sombong. Menurut ahli psikolog, Abraham Maslow, alasan orang suka pamer adalah butuh pengakuan atau aktualisasi diri. Ketika seseorang telah merasa kenyang dan cukup akan kebutuhan dasar dan psikologinya, maka dia tidak bergantung pada pengakuan orang lain. Sebaliknya, seorang dengan aktualisasi diri yang rendah akan merasa diterima oleh orang lain setelah mendapat pengakuan.

"Uang itu seperti cinta; itu membunuh perlahan dan menyakitkan orang yang menahannya, dan menghidupkan orang lain yang menyalakannya pada sesamanya." -- Kahlil Gibran. Bagi kalian yang sudah merasakan ketidakstabilan emosi akibat uang, jangan khawatir terlebih dahulu. Kalian bisa menarik napas lebih dalam dan menenangkan pikiran kalian dengan berpikir positif. Setiap masalah pasti ada jalan keluarnya dan setiap orang pasti ada masanya. Eits, tapi kita tidak membahas tentang seseorang, ya. Kita bisa menggunakan beberapa cara sebagai berikut.

Pertama, untuk mengatasi ketidakstabilan emosional akibat uang kalian bisa berbicara dengan seseorang yang kalian percaya, baik dengan keluarga atau teman cerita kalian. Menurut Dr. Fadhli Rizal Makarim dalam artikel yang berjudul "Ini Pentingnya Memiliki Teman Bicara Untuk Mencegah Depresi" di situs Halodoc, menyatakan bahwa berbicara tatap muka dengan teman terpercaya atau orang terkasih tidak hanya terbukti sebagai cara menghilangkan stres, terbuka tentang masalah keuangan juga dapat membantu menempatkan segala sesuatunya dalam perspektif. Kalian bisa menerima masukan dan saran yang diberi untuk mengatasinya.

Kedua, buatlah rencana keuangan dan patuhi rencana tersebut. Jika kalian mengalami masalah keuangan maka rencana keuangan dapat dilakukan dengan menghilangkan pengeluaran yang bersifat diskresi dan impulsif, dan pengeluaran yang masih melebihi pendapatan. Perlu diingat "Uang bukanlah segalanya, tetapi lebih baik menangis di dalam mobil Mercedez daripada diatas sepeda" -Jim Carrey.

Ketiga, bersyukurlah atas hal-hal baik dalam hidup kalian. Jangan terlalu larut dalam kekhawatiran akan keuangan dan memusatkan seluruh perhatian kepada hal-hal negatif. Luangkan waktu sejenak untuk menghargai hubungan dekat dengan keluarga, keindahan alam, atau kasih sayang pacar. Jika tidak punya pacar, gunakan alternatif lain seperti hewan peliharaan, ya.

Antara uang, emosional, dan perilaku memang tidak dapat terpisahkan. Namun, terdapat alasan dibalik uang yang mempengaruhi emosional dan perilaku. Kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari ketiga itu. Jika kalian sedang tidak memiliki uang pasti kalian merasa kesabaran kalian setipis tisu dibagi dua, bukan? Jangan khawatir! Uang tidak selalu menjamin kebahagiaan. Walaupun terdengar seperti kata penenang, tetapi kalian dapat mengatur pola pikir kalian untuk dapat lebih bijaksana dalam mengatasinya dan tetap pada perilaku yang baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun