Listening. Sosialisasi yang ada pada lembaga Sekolah Relawan kepada tim nya tetap memperhatikan dari pandangan awal lembaga ini yaitu bermula dari sebuah komunitas yang menganut asas kekeluargaan dan menerima banyak aspirasi sehingga tidak terkesan terlalu sistematis.
Empathy. Seperti yang disampaikan founder, Sekolah Relawan ingin menjangkau dari berbagai kalangan di daerah yang berbeda , di mana Sekolah Relawan juga memberikan peluang khususnya bagi calon relawan yang terkendala ekonomi melalui beasiswa dan fasilitas yang ingin belajar ilmu kerelawanan.
Healing. Salah satu tujuan didirikan nya Sekolah Relawan tersebut juga dimaksudkan agar setiap anggota yang ikut serta dan berperan dalam aktivitas yang dilakukan lembaga tersebut dapat diartikan dengan baik dan tepat oleh masing-masing anggota dengan harapan dapat membantu anggota Sekolah Relawan merasakan emosi positif dari apa yang mereka lakukan nyatanya sangat bermakna dan bermanfaat bagi orang banyak.
Self-awareness. Founder mengajak anggota yang bergabung dalam Sekolah Relawan memiliki kesempatan untuk terus saling belajar dan beraksi dengan harapan hubungan antara para pengelola dengan anggota dapat mempraktikan ilmu nya sebagai salah satu bentuk pengembangan diri mereka untuk terus melakukan hal-hal yang produktif
Persuasion. Pada prinsip ini Bayu sebagai pemimpin mengibaratkan bahwa Sekolah Relawan yang merupakan ruang belajar bagi para relawan, dengan begitu ilmu dan pengalaman nya yang dibagikan kepada seluruh anggota relawan di Sekolah Relawan itu dimaknai sebagai proses belajar bersama antara para founder maupun anggota relawan lain, karena ia merasa dengan semangat dan dedikasinya sebagai pemimpin lembaga tersebut, melalui anggota nya juga dapat terwujudnya mengprioritaskan kebutuhan orang lain atau membantu orang lain yang berusaha mencapai visi dengan memberikan dukungan yang kuat.untuk berkembang maka di harapankan tersebut pun dapat memungkinkan anggota nya belajar dan bertumbuh dengan membawa keahlian dan memunculkan visi mereka sendiri.
Konseptualisasi. Sebagai pemimpin Sekolah Relawan Bayu melalui tim nya memotivasi dalam peningkatan kompetensi dan karakter tim nya, yakni dengan mencoba tetap meneruskan edukasi kepada tim relawan nya untuk dapat memperbanyak masyarakat yang tergabung dalam anggota relawan yang terlatih.
Foresight (Pandangan ke depan). Â Adanya pengembangan dalam pengelolaan lembaga Sekolah Relawan sebagai edukasi ini tidak hanya berpusat pada pemimpin, melainkan juga meliputi manajemen, tim, finansial, koneksi, dan legalitas. Foresight pada prinsip servant leadership yang ada di lembaga ini ditujukan untuk menciptakan sebuah susunan lembaga yang profesional serta membangun kepercayaan bagi masyarakat umum.
Stewardship (Pengayoman). Seperti yang kita ketahui Bayu yang saat ini sebagai CEO memiliki latar belakang dan pengalaman sebagai relawan yang tidak singkat hingga ia merasa bahwa sebagai relawan merupakan setengah bagian dalam hidupnya.
Commitment to the growth of people (Komitmen terhadap pertumbuhan tim). Melalui wawancara yang pernah dilakukan kepada founder Sekolah Relawan yaitu Bayu Gawtama sendiri meyakini bahwa Sekolah relawan memiliki mimpi besar di tahun 2030 menjadi sebuah pusat edukasi kerelawanan dalam skala internasional. Founder dan pengelola lain nya ingin bisa memfasilitasi relawan bukan hanya yang ada di Negara sendiri, melainkan juga lintas budaya, dan lintas Negara. Hal ini membuktikan bahwa founder memiliki perilaku inovasi yang tinggi dalam lembaga nya.
Building Community. Bayu Gawtama juga sering menyampaikan di sesi edukasi nya tentang "bahwasanya tidak ada relawan yang hebat, tapi yang ada adalah relawan yang terlatih" dengan begitu akan membuat para anggota relawan menjadikan praktiknya sebagai bahan aktualisasi diri untuk saling percaya untuk memudahkan dan adanya keinginan untuk lebih produktif selama bergabung dengan Sekolah Relawan.
Referensi:Â