Komunikasi merupakan suatu aktivitas penyampaian informasi, baik itu pesan, ide, dan gagasan, dari satu pihak ke pihak lainnya secara langsung maupun secara tidak langsung. Komunikasi mencakup komunikasi verbal (lisan), non verbal/isyarat (bahasa tubuh, gerak tubuh, dan ekspresi wajah), tertulis (buku, pamflet, blog, surat, memo, dan lainnya), dan visual (foto, seni, gambar, sketsa, bagan, dan grafik untuk menyampaikan informasi.
Dalam komunikasi, pemberi pesan disebut komunikator dan penerima pesan disebut komunikan. Komunikasi bertujuan untuk bertukar informasi dan penyampaian makna yang mengubah sikap, pendapat, perilaku, dan sosial. Oleh karena itu, komunikasi dikatakan berhasil jika komunikan menerima dan memahami pesan yang disampaikan oleh komunikator dan memberikan reaksi terhadap pesan tersebut.
Komunikasi ialah salah satu aktivitas yang tidak dapat dihindari oleh masyarakat tanpa terkecuali. Sebab komunikasi merupakan kunci dari interaksi sosial pada masyarakat. Sebuah interaksi akan terjadi jika ada komunikasi yang terjadi pada masyarakat.
Perlu kita pahami bahwa berbeda komunikan maka gaya atau cara kita berkomunikasi juga akan berbeda. Cara kita berkomunikasi dengan teman sebaya pasti akan berbeda dengan cara kita berkomunikasi dengan orang yang lebih tua. Kita cenderung lebih sopan dan santun saat berkomunikasi dengan orang yang lebih tua dibandingkan teman yang usianya sebaya dengan kita. \
Kemudian jika berkomunikasi dengan atasan di kantor atau mitra kerja, kita cendrung menggunakan bahasa dan gestur tubuh yang formal. Lantas bagaimana cara kita berkomunikasi dengan penyandang disabilitas?
Penyandang disabilitas adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitasn untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak.
Ada beberapa jenis disabilitas yang umum ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa di antaranya, ialah gangguan penglihatan, tuli atau sulit mendengar, kondisi kesehatan mental, disabilitas intelektual, cedera otak setelah lahir, gangguan spektrum autisme, dan disabilitas fisik.
Mengalami disabilitas dan mengerti akan disabilitas adalah dua hal yang berbeda. Berkomunikasi dengan penyandang disabilitas bukan berarti kita harus mengalami disabilitas, melainkan kita harus mengerti akan disabilitas itu sendiri. Kita perlu benar-benar mengerti disabilitas agar bisa berkomunikasi dengan menyandang disabilitas.
Saat berkomunkasi dengan penyandang tuli misalnya, kita perlu menggunakan bahasa isyarat dan ekspresi atau mimik wajah yang jelas untuk berkomunikasi dengan penyandang tuli agar pesan yang kita sampaikan bisa tersampaikan dengan baik.Â
Sebab penyandang tuli tidak bisa mendengar suara kita, maka bahasa tubuh dan ekpresi wajah akan sangat membantu kita dalam berkomunikasi dengan para penyandang tuli.
Berbeda dengan penyandang tuli, Â saat berkomunikasi dengan penyandang disabilitas lainnya, seperti tuna netra perlu ada suara yang jelas dan intonasi yang jelas juga saat kita berkomunikasi dengan mereka agar komunikasi kita bisa tersampaikan.Â