Stadion Mini Turatea kab. Jeneponto dibangun pada Tahun 18 Februari 1985 pada masa jabatan Drs. Palengkey Dg. Lagu, Bupati keempat kab. Jeneponto. Stadion Mini Turatea kab. Jeneponto dibangun atas banyaknya masyarakat Jeneponto yang tertarik pada olahraga sepak bola. Pada Tahun 2017, stadion ini medapatkan rehabilitasi dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) sebesar Rp443.227.000.
Pada Tahun 2017 dilakukan renovasi di Stadion Mini Turatea kab. Jeneponto saat atap di tribun stadion ada kerusakan serta warna cat stadion yang sudah terlihat usang. Akhirnya dilakukanlah renovasi, namun renovasi yang dilakukan tidak berlaku untuk seluruh fasilitas stadion, seperti rumput lapangan dan tribun yang terbuka di bagian timur stadion yang tidak dilakukan renovasi dikarenakan keterbatasan anggaran.
Tahun 2019, tepatnya pada 22 Januari 2019 banjir bandang menyerbu kab. Jeneponto. Puluhan rumah hanyut terbawa derasnya arus banjir, serta hampir ratusan rumah mengalami kerusakan. Tak terkecuali Stadion Mini Turatea kab. jeneponto, stadion ini juga terimbas oleh banjir yang terjadi. Stadion mengalami kerusakan yang cukup parah.
Stadion Mini Turatea kab. jeneponto sendiri sudah banyak digelar pertandingan. Pertandingan sepakbola sekabupaten Jeneponto selalu digelar di Stadion Mini Turatea kab. Jeneponto. Pertandingan tersebut tak pernah sepi oleh antusiasme masyarakat, baik masyarakat yang akan bertanding maupun masyarakat umum yang antusias menonton pertandingan dan menjadi supporter tim yang akan bertanding.
Di sekitar area Stadion Mini Turatea kab. Jeneponto terdapat banyak penjual minuman, seperti es teler, es buah, es kelapa muda, es cendol, hingga salad buah. Tak hanya itu, saat ini juga berjejer penjual buah di sekitar stadion. Mulai dari buah, semangka, apel, pisang, anggur, dan lain-lain.
Adanya pertandingan di Stadion Mini Turatea kab. Jeneponto tentu mendatangkan dampak terhadap masyarakat setempat, salah satunya ialah saat pertandingan sedang berlangsung, penjual dadakan selalu turut meramaikan pertandingan. Pedagang asongan selalu ada di dalam stadion, penjual balon, hingga penjual stiker dan pernak pernik sepakbola. Tentu hal tersebut dapat sedikit membantu masyarakat dari segi ekonominya, karena terbukti saat ada pertandingan di stadion pendapatan para penjual tersebut meningkat dengan cukup signifikan.
Saat pertandingan telah usai juga pasti memiliki dampak baik dampaknya terhadap masyarakat maupun terhadap stadion sendiri. Terhadap masyarakat, tentunya menimbulkan keakraban satu sama lain. Namun tak jarang juga terjadi konflik antar masyarakat. Kemudian terhadap stadion, saat pertandingan telah selesai selalu saja menyisakan sampah berserakan di area stadion yang nantinya dapat menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan.
Stadion Mini Turatea kab. Jeneponto dapat dikatakan sebagai stadion kebanggan masyarakat kab. Jeneponto. Olehnya itu, baik pemerintah setempat dan juga masyarakat umum kab. Jeneponto sudah seharusnya menjaga dan merawat fasilitas stadion yang ada. Menurut saya, pemerintah juga harus memiliki fokus terhadap stadion ini yakni sigap dalam menindaki kerusakan-kerusakan yang terjadi di stadion. Tentunya pemerintah membutuhkan kerjasama dari masyarakat umum dengan tidak merusak fasilitas yang ada dan menggunakan stadion ini sebagaimana mestinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H