Menurut Sigmund Freud kepribadian manusia disusun oleh tiga subsistem, yaitu id, ego, dan superego. Konsepsi id secara tetap merupakan suatu upaya untuk mendapatkan penghargaan, pemuasan, dan kesenangan. Upaya ini diwujudkan melalui dua hal, yakni libido dan agresi. Libido mengarah pada keinginan seksual, kesenangan-kesenangan, kehangatan, makanan, dan juga kenyamanan. Sedangkan agresi mengarah pada kerusakan seperti keinginan berkelahi, perang, berkuasa, dan semua tindakan yang bersifat merusak. Konsepsi id ini sering kali diibaratkan sebagai kawah yang mendidih sebab membutuhkan pemuasan secepatnya.
Konsepsi ego, ego merupakan subsistem yang berfungsi ganda yakni melayani dan mengendalikan dua sistem lainnya (id dan superego). Ego bertindak sebagai perantara bagi id. Ego berperan sebagai pemberi keputusan berdasarkan prinsip realita. Oleh karena itu, ego akan bereaksi terhadap keinginan-keinginan id dengan mempertimbangkan terlebih dahulu apakah keinginannya itu dapat memuaskan  atau tidak.Â
Jika keputusannya "ya" maka ego berusaha mendapatkan jalan untuk mewujudkan keinginan id tersebut. Jika keputusannya "tidak" maka ego akan menekan keinginan tersebut atau mengarahkan ke tempat yang lebih aman atau ke daerah yang lebih memungkinkan tercapainya realitas. Maka dari itu konflik antara id dan ego sering kali terjadi karena di satu pihak id menuntut untuk mendapatkan pemuasan secepatnya. Tetapi di pihak lain, ego berusaha menekan , menolak, atau menundanya dengan mencarikan waktu dan tempat yang lebih sesuai untuk memenuhi kesenangan tersebut.
Konsepsi superego, superego sebenarnya adalah kekuatan moral dari personalitas. Superego menetapkan suatu norma yang memungkinkan ego mamutuskan apakah sesuatu itu benar atau salah. Seseorang tidak sadar akan cara kerja superego. Kesadaran dalam superego dikembangkan melalui penyerapan dari nilai-nilai kultural dan moral dalam masyarakat. Superego membantu seseorang dengan menolong ego dalam melawan impulsifnya id. Namun dalam keadaan tertentu dapat pula terjadi konflik antara ego dan superego.
Hampiran Freudian menyatakan bahwa perilaku manusia itu didasarkan atas emosional. Jika ego tidak mampu mengendalikan id, maka seseorang itu menjadi agresif, pecandu kesenangan dan dapat merusak masyarakat. Tetapi jika id terlampau sering dikontrol oleh ego, maka seseorang sulit menyesuaikan diri. Selanjutnya, jika superego terlalu kuat, maka seseorang akan cepat tersinggung, dan mudah merasa bersalah.
Saat ini, dunia sedang dilanda oleh covid-19. Hampir semua negara di dunia telah mengkonfirmasi terinfeksi covid-19 tak terkecuali Republik Indonesia. Covid-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh jenis coronavirus yang baru ditemukan. Covid-19 ditemukan pertama kali di Wuhan, Cina pada akhir Desember 2019. Covid-19 adalah  virus yang menyerang sistem pernapasan. Virus ini dapat menyerang siapa saja, baik bayi, anak-anak, orang dewasa, bahkan lansia.Â
Penularan covid-19 pun terbilang sangat cepat. Covid-19 dapat menular melalui percikan air liur dari batuk, bersin, atau berbicara, bahkan melalui sentuhan seperti halnya berjabat tangan. Tak hanya itu, covid-19 ini pun dapat hidup pada benda-benda seperti besi, kain, kaca, kayu, bahkan kertas dalam beberapa waktu. Jika seseorang memegang benda-benda yang telah terinfeksi lalu menyentuh wajah bagian  hidung, mulut, atau mata tanpa mencuci tangan terlebih dahulu maka kemungkinan besar orang tersebut akan tertular.
Dalam menangani penularan covid-19, yaitu dalam hal ini untuk memutus mata rantai virus tersebut dalam wilayah Republik Indonesia, maka pemerintah Republik Indonesia memberlakukan social distancing dan beberapa kota besar di Indonesia menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). PSBB adalah pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi penyakit dan/atau terkontaminasi untuk mencegah kemungkinan penyebaran penyakit tersebut.
Dalam pemberlakuan PSBB oleh pemerintah setempat, tidak semua masyarakat mampu melaksanakannya. Hal ini disebabkan oleh kehidupan sosial setiap individu dalam masyarakatnya berbeda-beda. Bahkan di antara mereka ada yang bekerja di luar daerah asalnya.
Mudik adalah budaya masyarakat Republik Indonesia menjelang hari raya (lebaran). Mudik tentu sangat bertentangan dengan social distancing dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), sehingga di antara masyarakat ada yang tetap menaati pelaksanaan PSBB dan ada pula yang tidak menaati. Hal ini tentu menimbulkan pertanyaan mengapa ada yang mampu menaati dan ada yang tidak mampu menaati PSBB.
Seseorang yang mampu manaati pelaksanaan PSBB berarti konsepsi ego yang ada pada diri orang tersebut mampu menekan impulsifnya keinginan (id) untuk mudik. Keputusan yang diambil oleh ego untuk menolak keinginan id tentunya berdasarkan bantuan dari superego sebab di situasi saat ini mudik adalah hal yang tidak dibenarkan.Â