Pudakpayung, Semarang (17/07)- Minyak goreng adalah salah satu kebutuhan pokok manusia yang sangat penting dan kebutuhannya semakin lama kian meningkat. Minyak jelantah merupakan limbah minyak goreng bekas yang telah digunakan berulang-ulang sehingga kualitasnya menurun dan biasanya banyak dihasilkan dari limbah rumah tangga maupun pedangan gorengan. Minyak jelantah atau minyak bekas berwarna kecoklatan bahkan kehitaman seringkali dibuang begitu saja ke lingkungan karena baunya yang tidak sedap. Pembuangan jelantah ke lingkungan dapat menyebabkan pencemaran lingkungan jika dilakukan secara terus-menerus.
Pemanfaatan Limbah Minyak Jelantah dapat mengurangi pencemaran lingkungan dan dapat digunakan sebagai lilin aromatik yang dibuat dengan warna-warna menarik sesuai keinginan. Di RW 04 Kelurahan Pudakpayung setiap bulannya rutin diadakan kegiatan BANK SAMPAH, sebuah kegiatan dimana beberapa jenis sampah seperti kaleng bekas, botol kaca bekas, kardus bekas, botol plastik bekas, dan minyak jelantah ditimbang, dicatat, dan dikumpulkan menjadi satu untuk nantinya dapat dijual ke pengepul. Namun, untuk limbah minyak jelantah pemanfaatannya belum maksimal dikarenakan kurangnya informasi mengenai pemanfaatan minyak jelantah dari limbah rumah tangga.
“Kami pernah coba membuat lilin dari minyak jelantah tapi kenapa masih ada bau jelantahnya ya?” ujar salah satu ibu-ibu yang hadir dalam kegiatan praktek pembuatan lilin aromatik dari minyak jelantah. Dengan melihat permasalahan tersebut, Tarisa Safitri Mahasiswi Kimia Universitas Diponegoro dari KKN TIM II UNDIP 2021/2022 di Kelurahan Pudakpayung mengadakan kegiatan edukasi pembuatan lilin aromatik dari limbah minyak jelantah. Kegiatan tersebut bertujuan untuk mengedukasi masyarakat RW 04 Kelurahan Pudakpayung akan pentingnya menjaga lingkungan dan pengoptimalan pemanfaatan limbah minyak jelantah.
Bahan-bahan yang dibutuhkan mudah didapat, antara lain minyak jelantah, sereh, arang, essential oil, stearin, krayon sebagai pewarna, palm wax/parafin. Tarisa membagikan cara untuk menghilangkan bau jelantah pada minyak bekas, yaitu sebelum digunakan untuk membuat lilin, terlebih dahulu dilakukan treatment pada minyak bekas yaitu dilakukan perendaman arang dan sereh pada minyak bekas agar baunya hilang selama kurang lebih 24 jam dan untuk hasil yang maksimal dapat dilakukan penambahan essential oil supaya bau jelantah hilang.
Agar memperoleh hasil yang maksimal, pembuatan lilin aromatik dari limbah minyak jelantah dipraktikan secara langsung dengan ibu-ibu yang hadir pada kegiatan Bank Sampah RW 04. Kegiatan tersebut terlaksana dengan baik karena melihat antusiasnya ibu-ibu kader RW 04 dalam bertanya, memperhatikan saat praktik berlangsung, hingga semangat ingin mencobanya sendiri di rumah. “Mba, bener ini bau jelantahnya hilang malah jadi wangi gini. Terima kasih ya mba ilmunya, saya mau coba sendiri di rumah” Ujar salah satu ibu kader RW 04.
Selain praktik, diberikan juga video pembuatan lilin aromatik dari limbah minyak jelantah yang selanjutnya di share ke grup Whattsapp ibu-ibu RW 04 dan ke 9 RT yang ada di RW 04 dengan harapan walaupun ada yang berhalangan hadir praktik langsung maka tetap mendapatkan informasi pembuatan lilin aromatik dari limbah minyak jelantah ini. Tidak hanya itu, agar informasi tersampaikan secara maksimal maka dilakukan pemberian dan penempelan poster pembuatan lilin aromatik dari minyak jelantah ini di papan pengumuman setiap RT yang ada di wilayah RW 04 Kelurahan Pudakpayung.
DPL : Retna Hanani, S.Sos., MPP.
Lokasi : Kelurahan Pudakpayung, Kec. Banyumanik, Kota Semarang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H