Mohon tunggu...
Kelompok 7
Kelompok 7 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Agung Damora, Habsya Fadilla, Meika Damayanti, Tarisa Ivanka

Mahasiswa Semester 5 Jurusan Manajemen Jenjang S1

Selanjutnya

Tutup

Money

Pentingnya Memahami Budaya Masyarakat dan Demografis Sebelum Invasi Bisnis

3 Maret 2022   13:27 Diperbarui: 3 Maret 2022   14:23 1124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika ingin mengembangkan bisnis kita harus pandai melihat peluang. Kapan dan dimana pun kita berada peluang itu selalu ada, akan tetapi tidak semua peluang itu datang dengan sendirinya, untuk menemukan peluang diperlukan perencanaan dan pemahaman untuk mencipatkan peluang tersebut.

Untuk menciptakan peluang bisnis saat ini, kita harus memahami dua hal yaitu budaya masyarakat dan demografis. Hal-hal tersebut harus diperhatikan saat ingin melakukan kegiatan mengembangkan bisnis, karena hal tersebut akan menetukan peluang dan keberhasilan bisnis yang kita kembangkan di pasar domestik maupun internasional.

Memahami Budaya Masyarakat

Tantangan utama dalam mengembangkan bisnis ke pasar internasional adalah menyesuaikan budaya secara efektif terhadap perbedaan budaya dengan melakukan pemahaman dari perbedaan budaya persepsi, dan nilai. Budaya memiliki pengaruh terhadap keberhasilan bisnis yang dikembangkan. Ini dikarenakan hal-hal yang baru yang tidak sesuai atau bertentangan dengan budaya lokal tidak akan diterima oleh masyarakat dalam suatu wilayah atau negara. Dalam bisnis internasional, budaya diartikan sebagai kepercayaan penuh, aturan, teknik, dan kelembagaan yang mencirikan populasi manusia sehingga terdiri atas berbagai pola yang dipelajari oleh anggota dari masyarakat.

Budaya  juga menjadi salah satu indikator suksesnya sebuah perusahaan karena sebuah budaya pasti memiliki ketentuan dan kebijakan tentang bagaimana masyarakat di sekitar bersosialisasi, yang tentunya ini menjadi acuan bagi perusahaan untuk mengembangkan bisnisnya.

Memang bukanlah hal yang mudah untuk dapat beradaptasi. Apalagi bagi sebuah perusahaan yang baru atau akan berdiri. Membangun citra perusahaan adalah challenge pertama yang harus dilakukan oleh sebuah perusahaan. Maka dari itu penting bagi para pelaku bisnis untuk mengenali bagaimana budaya yang agar dapat diterima baik di masyarakat. Jika sebuah perusahaan sudah mampu mengikuti budaya masyarakat dan dianggap tidak menyimpang, maka otomatis perusahaan tersebut sudah berhasil mengambil hati masyarakat setempat untuk mendapatkan citra yang baik dari masyarakat. Begitu juga sebaliknya. Tentunya hal ini sangat berpengaruh pada semua aspek perusahaan baik internal maupun eksternal.

Pengaruh budaya akan lebih nyata terlihat dalam aspek kebijakan perdagangan, perlindungan terhadap hak intelektual, dan menciptakan sumber daya yang bermanfaat. Dalam hal ini, budaya menjadi pengaruh utama bagaimana seorang manajer akan mengambil keputusan atau kebijakan yang berpengaruh kepada masyarakat. Hal ini berkaitan erat dengan peraturan dan kebijakan budaya setempat. Seorang manajer harus mengambil sebuah kebijakan yang pastinya tidak merugikan siapapun dan tetap mengikuti norma budaya suatu tempat atau suatu negara yang berlaku.

Memahami Demografis

Selain mengenal budaya masyarakat, hal lain yang harus diperhatikan dalam bisnis adalah memahami segmentasi demografis. Segmentasi demografis ini membagi populasi di pasar menjadi beberapa segmen seperti usia, jenis kelamin, ukuran keluarga, pendidikan, dan pendapatan. Salah satu strategi perusahaan untuk memasarkan produk atau jasanya yaitu dengan memahami kondisi demografis perusahaan mereka. Dengan memecah sebuah populasi menjadi beberapa segmen yang lebih kecil, perusahaan mampu memahami selera dan tanggapan konsumen yang heterogen sehingga mampu merancang bauran pemasaran yang tepat. Hal ini menjadi peluang untuk menghasilkan penjualan yang lebih maksimal dan perusahaan juga lebih memfokuskan sumber daya sehingga alokasinya lebih efisien.

  • Usia

Segmentasi usia mencakup beberapa kategori yaitu kategori anak (0-12 tahun), kategori remaja (13-18 tahun), kategori dewasa (19-59 tahun), dan kategori lansia (>60 tahun). Dari beberapa kategori tersebut, perusahaan dapat dengan mudah memilih target pasarnya. Misalnya perusahaan yang bergerak di bidang industri otomotif lebih menargetkan penjualan ke konsumen yang masuk dalam kategori dewasa. Karena usia 19-59 tahun dianggap sudah memiliki penghasilan yang cukup sehingga untuk membeli kendaraan bermotor dianggap sudah mampu.

  • Jenis Kelamin

Segmen jenis kelamin ini cukup penting karena banyak produk yang hanya ditargetkan untuk wanita atau pria saja. Misalnya belakangan ini semakin banyak perusahaan yang bergerak di bidang kosmetik yang berasal dari Indonesia. Contohnya seperti produk Somethin', Whitelab, Ms Glow, dan masih banyak lagi. Perusahaan-perusahaan tersebut menjadikan wanita menjadi sasaran utamanya.

  • Ukuran Keluarga

Ukuran keluarga ini dapat dilihat dari seberapa banyak jumlah anggota keluarga dalam satu rumah. Misalnya untuk pasangan yang baru menikah umumnya hanya tinggal berdua dalam satu rumah. Ada juga keluarga yang terdiri dari tiga orang, empat orang, atau lebih dari lima orang dalam satu rumah. Jumlah keluarga mempengaruhi ukuran permintaan dan frekuensi pembelian suatu produk. Contohnya restoran Pizza mungkin mempertimbangkan rata-rata ukuran dalam suatu keluarga di suatu daerah sebelum memutuskan lokasi penjualan. Dengan ukuran keluarga yang besar, pemilik restoran berharap dapat menjual Pizza pada volume yang lebih tinggi dari biasanya.

  • Pendidikan

Segmentasi pendidikan mengelompokkan beberapa target pasar dalam beberapa kategori yaitu tidak sekolah, Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Perguruan Tinggi (PT). Pada segmentasi ini, perusahaan mengasumsikan seberapa berpengaruhnya pendidikan terhadap taraf hidup dan gaya hidup seseorang. Dengan begini, perusahaan bisa menyesuaikan bagaimana seharusnya mereka mencoba berkomunikasi kepada konsumen lewat konten atau kegiatan baik langsung maupun tidak langsung.

  • Pendapatan

Tidak terlepas dari segmen pendidikan, untuk segmen pendapatan akan berkaitan erat dengan segmen pendidikan. Penentu utama dalam daya beli adalah penghasilan konsumen itu sendiri. Jadi semakin tinggi pendapatan yang mereka dapatkan maka semakin tinggu pula peluang mereka membeli produk. Misalnya untuk perusahaan terkenal yang bergerak di bidang fashion seperti Nike, Zara, H&M dan lainnya. Mereka menargetkan pasarnya untuk konsumen yang memiliki pendapatan menengah ke atas karena produk yang mereka tawarkan terbilang cukup pricey. Tetapi walaupun dengan begitu, brand-brand tersebut sukses menjadi brand ternama di dunia.

Dari kelima segmen yang telah dijelaskan, dapat dikatakan bahwa keinginan atau kebutuhan konsumen itu dipengaruhi oleh segmentasi demografisnya. Dengan adanya segmentasi ini, perusahaan dapat memperoleh beberapa data dan dapat menjadikan pemasaran lebih bertarget. Artinya perusahaan mampu mengembangkan strategi dan bauran pemasaran lebih spesifik. Hal ini tentunya memberi arah yang lebih jelas tentang bagaimana perencanaan untuk pemasaran produk, alokasi sumber daya, dan anggaran yang dibutuhkan. (**)

Dosen : Dr. Beby Karina Fawzeea Sembiring, S.E., M.M

Mahasiswa : Agung Damora, Habsya Fadilla, Meika Damayanti, Tarisa Ivanka

Penulis adalah Dosen FEB USU dan Mahasiswa Jurusan Manajemen FEB USU

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun