Mohon tunggu...
Tarisa Amelia Putri
Tarisa Amelia Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

This is me trying

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Percepat Penurunan Stunting, Mahasiswa Universitas Airlangga Gelar Program "Kampung Emas 2.0" di Kelurahan Ngagel Rejo Surabaya

12 Desember 2023   12:47 Diperbarui: 12 Desember 2023   12:52 679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 4. Kegiatan Sosialisasi dan Edukasi pada Ibu Hamil dan Calon Pengantin (Dokpri)

Program 'Kampung Emas 2.0' merupakan program kegiatan mahasiswa belajar di luar kampus untuk pemberdayaan masyarakat menuju kawasan mandiri dalam upaya percepatan penurunan prevalensi stunting di tingkat kelurahan. Tahun ini, kegiatan yang didukung oleh sumber pendanaan dari Dinas Kesehatan Kota Surabaya, melibatkan 459 mahasiswa yang diterjunkan di 153 kelurahan yang ada di Kota Surabaya, termasuk salah satunya adalah Kelurahan Ngagel Rejo.

Kegiatan ini merupakan kegiatan lanjutan setelah pada tahun sebelumnya berhasil dengan program 'Kampung Emas 1.0' yang bertema 'Penguatan Lima Pilar dalam Percepatan Penurunan Stunting', yang dilaksanakan di 144 kelurahan di Kota Surabaya. Kali ini, pada program 'Kampung Emas 2.0' bertema 'Intervensi Hulu dalam Percepatan Penurunan Stunting'. Kegiatan ini dikonversi sebagai penyetaraan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di kampus Universitas Airlangga. Program 'Kampung Emas 2.0' merupakan kerjasama antara Universitas Airlangga yang tergabung dalam Konsorsium Perguruan Tinggi Peduli Stunting Jawa Timur yang terdiri dari 20 Perguruan Tinggi di Jawa Timur, dengan Pemerintah Kota Surabaya. Peserta program kampung emas ini adalah mahasiswa dari berbagai fakultas yang ada di Universitas Airlangga.

Gambar 2. Kelompok 127 saat Turun Lapangan pada Calon Pengantin dan Ibu Hamil (Dokpri)
Gambar 2. Kelompok 127 saat Turun Lapangan pada Calon Pengantin dan Ibu Hamil (Dokpri)

Kelurahan Ngagel Rejo merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Wonokromo. Jumlah penderita stunting di Puskesmas Ngagel Rejo tergolong cukup tinggi. Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor, seperti kurangnya pemahaman ibu balita terhadap pola asuh anak, ibu yang terlalu muda, asupan nutrisi yang kurang pada saat kehamilan, dan masih kurangnya akses keluarga ke makanan bergizi. Pada Kelurahan Ngagel Rejo dibina oleh Kelompok 127 yang beranggotakan 3 orang, antara lain Mahda Putri Kusumawardhani dari Fakultas Kesehatan Masyarakat, Nova Linda Dita Cahyani dari Fakultas Keperawatan, dan Tarisa Amelia Putri dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Tidak terlupa, kelompok 127 dibimbing oleh Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), yaitu Ibu Dr. Ilya Krisnana, S.Kep., Ns., M.Kep. Pelaksanaan program ini dimulai pada bulan Oktober hingga Desember 2023.

Gambar 3. Diseminasi Awal Hasil Analisis Situasi di Kelurahan Ngagel Rejo (Dokpri)
Gambar 3. Diseminasi Awal Hasil Analisis Situasi di Kelurahan Ngagel Rejo (Dokpri)

Stunting merupakan keadaan di mana Tinggi Badan (TB) anak jauh lebih pendek dibandingkan tinggi badan anak seusianya. Salah satu penyebabnya adalah kekurangan gizi yang lama sejak bayi dalam kandungan hingga masa awal bayi lahir sampai usia balita. Stunting dapat terjadi sejak janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun. Stunting disebabkan oleh faktor multidimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita.

Intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi prevalensi stunting dimulai pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dari anak balita. Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) merupakan masa awal kehidupan saat terbentuk janin di dalam kandungan (270 hari) hingga dua tahun pertama kehidupan (730 hari) yang biasa disebut dengan golden period. Saat di dalam kandungan, organ-organ penting seperti otak, jantung, hati, ginjal, paru-paru, tulang mulai terbentuk dan berkembang dilanjutkan masa dua tahun setelah kelahiran. Masa 1000 HPK sangat penting karena pada masa itu kondisi pertumbuhan dan perkembangan anak sangat pesat dan riskan sehingga berdampak terhadap kualitas dan kesehatan generasi pada masa yang akan datang. Pada masa 1000 HPK, asupan gizi perlu diperhatikan mulai dari calon pengantin, calon ibu, janin hingga anak. Oleh karena itu, sasaran pada program kampung emas ini adalah Calon Pengantin, Ibu Hamil, dan Bayi Balita yang tinggal dan berada di Wilayah Kelurahan Ngagel Rejo Surabaya.

Gambar 4. Kegiatan Sosialisasi dan Edukasi pada Ibu Hamil dan Calon Pengantin (Dokpri)
Gambar 4. Kegiatan Sosialisasi dan Edukasi pada Ibu Hamil dan Calon Pengantin (Dokpri)

'Kampung Emas 2.0' memiliki 3 program unggulan. Program tersebut antara lain LADUNI (Layanan Terpadu Pranikah); SBCC-BESTIEZ (Social Behaviour Change Communication: Bunda Teredukasi Sehat, Hebat, Peduli Gizi); dan FORMULA PANGAN BERIMAN (Fomulasi Pangan lokal Seimbang, Beragam, Berbasis Hewani). Pada program LADUNI, intervensi yang diberikan berupa distribusi dan monitoring kepatuhan minum suplemen laduni pada calon pengantin dan ibu hamil. Untuk program SBCC-BEZTIEZ, intervensi yang diberikan berupa sosialisasi dan edukasi terkait gizi ibu hamil dan calon pengantin, laduni, serta demonstrasi formulasi pangan beriman dengan sasaran yaitu calon pengantin dan ibu hamil juga. Kemudian, pada program FORMULA PANGAN BERIMAN, intervensi yang diberikan berupa membuat formulasi pangan dengan bahan protein hewani yang mudah ditemui dan harganya terjangkau.

Gambar 5. Formulasi Pangan Beriman 'Risol Lele dan Daun Kelor' oleh Kelompok 127 (Dokpri)
Gambar 5. Formulasi Pangan Beriman 'Risol Lele dan Daun Kelor' oleh Kelompok 127 (Dokpri)

Selain program unggulan tersebut, ada beberapa program lain yang juga dilaksanakan dengan tujuan yang sama, yaitu mempercepat penurunan stunting. Program tersebut seperti analisis situasi terkait masalah KB pasca persalinan, masalah gizi, pengetahuan dan praktik konsumsi gizi, konsumen suplemen gizi, pola asuh, dan kesehatan mental pada calon pengantin dan ibu hamil, pengembangan media edukasi, survey pasar, pendokumentasian praktik PMBA (Pemberian Makan Bayi dan Anak), serta berpartisipasi dalam kelas catin (calon pengantin).

Berbagai program tersebut sangat memberikan pengalaman kepada mahasiswa karena dapat melihat kondisi yang sebenarnya terjadi di lapangan. Sebagai bentuk Belajar Bersama Komunitas, mahasiswa sama-sama ikut belajar dari masyarakat, mulai dari KSH (Kader Surabaya Hebat), para ibu hamil, para calon pengantin, para ibu balita, ahli gizi puskesmas, bidan kelurahan, serta bidan HPK. Harapannya, dengan terselenggaranya berbagai program tersebut dapat menurunkan prevalensi stunting di Kelurahan Ngagel Rejo.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun