Mohon tunggu...
Tarisa DwiOktasari
Tarisa DwiOktasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - beginner

Mahasiswa Aktif UMY 2020 fakultas ilmu sosial politik dengan prodi hubungan internasional.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Strategi Qatar dalam Mengahadapi Krisis Diplomatik dengan Arab Saudi

30 Juni 2023   14:16 Diperbarui: 30 Juni 2023   14:21 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Krisis diplomatik dengan Arab Saudi tidak menghalangi Qatar untuk mempromosikan dirinya sebagai tuan rumah Kejuaraan Atletik Dunia 2019 dan Piala Dunia Sepak Bola 2022. Dengan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022 nanti, Qatar akan mampu melakukan country branding guna memerangi kekhawatiran dukungan terhadap organisasi teroris dan menunjukkan kelahiran kembali pascakonflik diplomatik dengan Arab Saudi. Qatar bisa mengikuti jejak Afrika Selatan yang menjadi tuan rumah Piala Dunia 2010 setelah melepaskan diri dari negara apartheid. Keberhasilan branding negara Qatar untuk Piala Dunia 2022 mendatang bergantung pada bagaimana Qatar menangani berbagai masalah, seperti ancaman teroris dan masuknya pengunjung dari negara-negara yang memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar. Nation branding Qatar di bidang olahraga juga dilakukan melalui sirkuit Losail yang setiap tahun menjadi tuan rumah balapan MotoGP. Tujuan branding negara Qatar dalam olahraga adalah untuk mencapai tujuan komersial dan nasional untuk meningkatkan pengaruh. Selanjutnya, nation branding Qatar melalui olahraga merupakan inisiatif kebijakan luar negeri yang bertujuan untuk meningkatkan profil internasional negara tersebut.

Pemutusan hubungan diplomatik oleh Arab Saudi dan sekutunya pada 5 Juni 2017 berdampak signifikan terhadap Qatar di bidang pangan, penerbangan, perkapalan, media, militer, ekonomi, dan olahraga. Selain itu, posisi Qatar di dunia internasional juga dirugikan akibat isu dukungan Qatar terhadap kelompok teroris. Ada permintaan dari Arab Saudi selama proses penyelesaian krisis diplomatik, namun semua tuntutan tersebut ditolak oleh Qatar, dan Qatar memilih untuk melakukan kebijakan luar negeri yang berbeda dalam menangani masalah diplomatik dengan Arab Saudi. Program tersebut mencakup normalisasi hubungan diplomatik dengan negara-negara Timur Tengah, khususnya Iran dan Turki, serta meningkatkan citra negara melalui sektor ekonomi dan olahraga. Qatar mampu bertahan di tengah krisis karena pendekatan ini. Akibatnya, kebijakan luar negeri sangat penting bagi Qatar dalam menghadapi situasi diplomatik dengan Arab Saudi. Kebijakan luar negeri ini juga memungkinkan Qatar untuk mengejar tujuan nasionalnya, termasuk meningkatnya pengaruh di kawasan Teluk dan Timur Tengah, serta kepentingan ekonomi dan keamanan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun