Mohon tunggu...
jasa tari nusantara 085693643738
jasa tari nusantara 085693643738 Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Butuh Jasa Tari Nusantara. Kami solusinya Sanggar Vikan Budaya menawarkan jasa sewa Tari Bali,Dayak, Tari Merak, Tari sumatra, Tari Pendet,Cendrawasih, Rejang, Manukrawa, Puspanjali dll, untuk keperluan berbagai acara/event di Jakarta/Jabodetabek sekitarnya. Kami pun Menyewakan kostum/baju tari daerah. Kesenian Tari yang kami tawarkan baik digunakan untuk acara : - Pembukaan suatu acara atau Peresmian suatu tempat/perusahaan/Acara - Penyambutan tamu kehormatan / pejabat - Undangan dalam rangka kompetisi seni tradisional - Pentas Seni - Kesenian yang bertemakan kolosal - Kenaikan kelas/pelepasan siswa/tahun pelajaran baru - Penyambutan hari besar keagamaan dan Nasional - Pernikahan/khitanan - Gathering - Silaturahmi - Dan lain-lain Informasi lebih lanjut hubungi : Telp. : 085693643738 (Nyoman Agus) Email : gusmantia592@gmail.com Instagram : @vikan_budaya twitter : @jasatariku

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Nafas Budaya dan Tradisi adalah Generasi yang Sadar

23 Maret 2017   23:44 Diperbarui: 23 Maret 2017   23:55 1680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat & kemampuan lain serta kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan dikaji asal kata bahasa sansekerta berasal dari kata budhayah yang berarti budi atau akal.  Dalam bahasa latin, kebudayaan berasal dari kata Colere, yang berarti mengolah tanah. Jadi kebudayaan secara umum dapat diartikan sebagai “segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal budi (pikiran) manusia dengan tujuan untuk mengolah tanah atau tempat tinggalnya, atau dapat pula diartikan segala usaha manusia untuk dapat melangsungkan dan mempertahankan hidupnya didalam lingkungannya”. Budaya dapat pula diartikan sebagai himpunan pengalaman yang dipelajari, mengacu pada pola-pola perilaku yang ditularkan secara sosial tertentu.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengartikan kebudayaan sebagai peninggalan sejarah yang bersifat tradisional. Seperti tarian daerah, alat musik daerah, senjata tradisional, bahasa daerah, dan lain sebagainya. Di negara kita, hampir setiap propinsi memilki kebudayaan tradisionalnya sendiri. Oleh sebab itu negara kita dijuluki negara yang kaya akan budaya. Namun yang berkembang saat ini banyaknya mayoritas orang yang sudah mulai mengabaikan bahkan melupakan kebudayaan bangsa seperti halnya tarian tradisional. Tak sedikit anak muda yang malah lebih senang menarikan tarian modern dari pada tarian tradisional.Dari waktu kewaktu, tarian tradisional sudah mulai tertutupi oleh adanya tarian modern mekipun tidak semua, tarian tradisional kini sudah tidak dilirik lagi, bahkan Anak-anak hingga kaum muda kini sudah lebih mengenal tarian modern daripada tarian tradisional. Padahal jika kita cermati bersama, tari-tarian tradisional ini memiliki daya tarik bagi wisatawan manca negara.

Bahkan tak sedikit negara lain yag ingin mengklaim tari-tarian yang lita miliki seperti contoh beberapa waktu lalu tari pendet yang berasal dari bali yang diklaim oleh negara Malaysia, itu semua menunjukan bahwa budaya tari yang kita miliki sangat mempunyai pengaruh besar. Kurangnya kesadaran masyarakat akan kecintaan kepada tari-tarian tradisional membuat perlahan demi perlahan eksistensinya berkurang atau bahkan punah tak dapat di nikmati lagi, apalagi yang berkembang akhir-akhir ini negara kita sedang mengalami arus globalisasi yang cukup kuat mempengaruhi seluruh generasi muda kita seperti munculnya tari-tarian modern seperti harlem shake, atau tarian K-Pop yang membuat mereka lebih tertarik untuk mempelajarinya. Bahkan tak sedikit orang yang beramai-ramai membuat video tentang tarian tersebut dan di unggah di yuotube atau jejaring sosial lainnya. 

Miris,memang ketika melihat pelajar atau bahkan mahasiswa yang melakukan tarian ini. Mereka adalah generasi penerus yang seharusnya bisa memfilter budaya yang masuk ke dalam budaya kita, bukan malah menikmati tarian tersebut bahkan hingga membuat video dan menguggahnya ke jejaring sosial dan mungkin mereka tidak tahu asal usul adanya tarian tersebut. Jika kita telaah dari segi sejarah, tentu tarian tersebut sangat tidak sesuai dengan falsafah negara kita yaitu pancasila dan moralitas bangsa kita. Jika dilihatdari segi agama pun tarian fenomenal ini tidak memiliki esensi apapun, bahkan hanya bersifat hura-hura dan parahnya lagi mengandung gerakan-gerakan yang mengandung unsur pornoaksi yang bisa menimbulkan syahwat yang seharusnya bisa lebih dicermati oleh seluruh lapisan generasi bangsa ini khususnya kaum muslim. Dengan adanya tarian modern sekarang ini, jika kita tidak bisa memfilternya terlebih dahulu, lama-lama tarian tradisional dan budaya bangsa kita akan semakin tertutupi bahkan bisa saja punah. Melihat fenomena ini kita memang tak lantas dapat menyalahkan masyarakat yang lebih memilih menarikan tarian modern itu dibanding tari tradisional yang kita miliki. 

Perlunya ada penanaman dini tentang kecintaan terhadap budaya Indonesia khususnya seni bertari seperti mengenalkan seluruh tari-tarian tradisional agar setelah mereka mengenal lalu mereka tertarik untuk mempelajari selanjutnya. Atau kalau perlu diadakan ekstrakulikuler disetiap sekolah tentang tarian tradisioanal. Karena kalau bukan kita siapa lagi yang akan melestarikan kebudayaan kita yang melimpah ruah ini.  Sebagai para generasi muda penerus bangsa, jiwa dan sikap nasionalis sangatlah diperlukan. Bukan hanya untuk kepentingan politik saja kita dituntut untuk berjiwa nasionalis, tetapi dalam mempertahankan dan melestarikan budayapun juga demikian. Kita butuh untuk menyadari bahwa untuk mempertahankan budaya peninggalan sejarah itu tidak mudah. Butuh pengorbanan yang besar pula. Oleh karenanya tak cukup apabila hanya ada satu generasi muda yang mau untuk tapi yang lain masa bodoh. Dalam melakukannya dibutuhkan kebersamaan untuk saling mendukung dan mengisi satu sama lain. Dalam kata lain dalam menjaga kelestarian budaya juga diperlukan kekompakan untuk saling mengisi dan mendukung. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun