Mohon tunggu...
Tarinda Afridatul Muafatika
Tarinda Afridatul Muafatika Mohon Tunggu... Penulis - Writer

Mahasiswi Psikologi Univesitas Gajayana Malang

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Memaafkan Diri Sendiri Sebagai Proses Pembelajaran Menjadi Manusia Seutuhnya

14 Januari 2022   18:23 Diperbarui: 14 Januari 2022   18:34 632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memaafkan kadang kala didefinisikan sebagai keputusan yang sengaja dilakukan untuk melepaskan perasaan marah, kecewa serta pembalasan terhadap seseorang yang kamu yakini telah berbuat salah kepada kamu. Namun, meskipun kamu mungkin cukup murah hati dalam kemampuan memaafkan orang lain, tidak menutup kemungkinan bahwa bisa saja kamu lebih keras ke diri sendiri. Kita perlu menyadari bahwa setiap orang pernah membuat kesalahan, tetapi memahami bagaimana belajar dari kesalahan, melepaskan dan memaafkan diri sendiri ternyata penting untuk kesehatan mental dan juga kesejahteraan kita.

Perlu diketahui jika memaafkan diri sendiri bukan berarti kita melepaskan diri dari kesalahan, juga bukan tanda kelemahan. Ketika kita memutuskan untuk memaafkan, entah itu memaafkan diri sendiri atau seseorang yang bersalah kepada kita, ternyata hal itu tidak menunjukkan bahwa kita sepenuhnya memaafkan perilaku tersebut. Memaafkan berarti bahwa kita menerima apa yang telah terjadi, bersedia melewatinya dan melanjutkan hidup kita tanpa merenungi berlarut-larut peristiwa masa lalu yang kita sendiri tahu bahwa tak seorangpun dapat merubahnya.

Ada baiknya kita mencoba mengatasi kesalahan kecil atau kesalahan yang berpotensi untuk memengaruhi di berbagai bidang kehidupan kita. Memang, berdamai dan bergerak maju seringkali mudah diucapkan daripada dilakukan. Mampu memaafkan diri sendiri juga memerlukan empati, kasih sayang, kebaikan dan juga pengertian. Hal itu juga yang mengharuskan kita untuk menerima kenyataan bahwa memaafkan adalah sebuah pilihan.

Dirangkum dari berbagai sumber, berikut ini adalah langkah-langkah yang dapat diterapkan untuk memaafkan diri sendiri. Simak yuk!

Pertama, bertanggungjawab.

Memaafkan diri sendiri itu terkadang lebih dari sekadar melupakan masa lalu dan melanjutkan hidup. It's not that simple. Langkah pertama untuk memaafkan diri sendiri adalah dengan fokus kepada emosi kita. Kita perlu mengakui emosi kita, memproses dan memvalidasinya. Izinkan diri kamu untuk mengenali dan menerima perasaan itu, apapun bentuknya. Ingatkan pada diri kita bahwa memaafkan diri sendiri bukanlah sebuah kompetisi untuk melihat siapa yang tercepat bergerak maju. Akan tetapi ini adalah tentang menerima apa yang telah terjadi & menunjukkan belas kasih kita kepada diri sendiri. Menghadapi apa yang telah dilakukan atau apa yang terjadi adalah langkah pertama menuju pemaafan diri sekaligus langkah tersulit. Semakin kamu membuat rasionalisasi atau membenarkan tindakan kamu untuk membuatnya tampak dapat diterima, inilah saatnya untuk menghadapi dan menerima apa yang telah kamu lakukan.

Kedua, ekspresikan penyesalan.

Hasil dari bertanggungjawab dengan emosi kita adalah kita bisa saja mengalami berbagai perasaan negatif, termasuk rasa bersalah dan malu. Ketika kamu telah melakukan sesuatu yang salah, reaksi itu benar-benar normal untuk merasa bersalah tentang hal tersebut. Perasaan bersalah dan penyesalan ini dapat berfungsi sebagai loncatan untuk perubahan perilaku yang positif. Disisi lain, rasa bersalah mungkin menyiratkan bahwa kamu adalah orang baik yang melakukan hal buruk dan rasa malu membuat kamu melihat diri kamu sendiri sebagai orang jahat. Hal ini dapat memunculkan perasaan tidak berharga yang dapat menyebabkan terbentuknya pola pikir tidak sehat yang mengarah pada depresi serta agresi jika kamu tidak segera mengambil tindakan.

Ketiga, lakukan percakapan dengan inner critic kamu.

Well, kita adalah pengkritik terburuk diri kita sendiri bukan? Tindakan penting yang dapat kita lakukan adalah perhatikan ketika suara negatif di dalam pikiran kita masuk dan coba tuliskan di dalam kertas atau jurnal harian kamu. Hal ini dapat membantu kita untuk mengidentifikasi pola pikir yang menyabotase kemampuan kita untuk memaafkan diri sendiri. Kamu bisa juga menuliskan kualitas diri termasuk kekuatan dan keterampilan yang kamu kuasai. Ini dapat membantu meningkatkan kepercayaan diri ketika kamu merasa sedih tentang kesalahan yang sudah kamu perbuat. Terkadang pikiran kita sendirilah yang menghalangi kemampuan kita untuk memaafkan diri sendiri. Jika kamu sedang berjuang untuk memilah suara yang berasal dari inner critic, cobalah untuk melakukan hal ini. Di satu kertas, tuliskan apa yang inner critic kamu katakan (yang cenderung bersifat kritis dan irasional). Di sisi lain, tulislah belas kasih dan respond rasional untuk setiap hal yang kamu tulis. Hal ini bertujuan untuk menenangkan pesan negatif yang berasal dari inner critic kamu dan meyakinkan pada diri sendiri bahwa ketidakberdayaan hanya ada di pikiran.

Keempat, perjelas apa yang kamu inginkan.

Jika dari kesalahan yang kamu buat menyakiti orang lain, kamu perlu menentukan tindakan terbaik. Apakah kamu mau berbicara dengan orang ini dan meminta maaf? Kalaupun kamu ragu dengan apa yang harus dilakukan, kamu mungkin ingin mempertimbangkan untuk menebus kesalahan. Hal ini lebih dari sekadar meminta maaf kepada orang yang telah kamu sakiti. Sebaliknya, cobalah untuk memperbaiki kesalahan yang kamu buat. Satu penelitian mengatakan bahwa memaafkan diri sendiri karena menyakiti orang lain lebih mudah jika kita menebus kesalahan terlebih dahulu.

Kelima, fokus pada perbaikan diri.

Meskipun kita melakukan perenungan terhadap perilaku atau kesalahan yang telah kita perbuat, merepetisi pola pemikiran yang tidak sehat tidak akan membuat kita mengambil langkah yang tepat untuk memaafkan diri sendiri. Kita akan kembali ke proses awal di mana kita masih berusaha melakukan pembenaran dan tidak menerima sepenuhnya secara sadar apa yang sudah terjadi. Ketika mendapati diri kamu memainkan kaset rusak yang berada dalam pikiran yang mengatakan bahwa "Saya orang yang tidak baik", hentikan hal itu dan fokuslah pada satu langkah tindakan positif. Alih-alih memikirkan hal itu, kamu bisa mengambil napas dalam-dalam tiga kali, berjalan-jalan, maupun melakukan kegiatan positif lainnya.

Keenam, tunjukan kebaikan dan kasih sayang kepada diri sendiri.

Jika respond pertama kamu terhadap situasi adalah mengkritik diri sendiri, inilah saatnya untuk menunjukkan kebaikan dan kasih sayang kepada diri sendiri. Bersikap baiklah kepada diri sendiri, akan tetapi jangan jadikan hal ini untuk melakukan pembenaran pribadi. Tetap gunakan logika untuk mengolah situasi dan jangan lupa diimbangi dengan kepekaan sosial. Hal ini mungkin membutuhkan waktu dan kesabaran. Ingatkan pada diri sendiri bahwa kamu layak untuk dimaafkan dan jangan ragu untuk meminta bantuan teman atau professional jika kamu membutuhkan bantuan.

Perlu diketahui bahwa setiap orang dalam masa hidupnya pernah melakukan kesalahan dan memiliki hal-hal yang membuat mereka menyesal atau merasa bersalah. Akan tetapi, terjerumus dalam perangkap perenungan, kebencian terhadap diri sendiri atau bahkan rasa kasihan dapat merusak dan mempersulit kita untuk mempertahankan motivasi dan self esteem kita. Memaafkan diri sendiri seringkali membutuhkan cara untuk belajar dari pengalaman dan bertumbuh sebagai manusia. Untuk melakukan hal ini, kamu perlu memahami mengapa kamu melakukan hal itu dan mengapa kamu merasa bersalah. Kamu mungkin bersalah, tapi itu adalah pengalaman belajar yang dapat membantu kamu dalam membuat pilihan yang lebih baik di masa depan. Good luck!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun