Tiba-tiba sebuah mobil mewah berhenti di hadapanku. Aku terdiam sejenak. Kupandangi mobil yang mewah dengan kaca gelap nan elegan. Inilah zaman teknologi yang berkembang dengan begitu pesat dari ilmu pengetahuan. Tak lama, padamlah cahaya lampu dari mobil silver disertai dengan terpakunya keempat roda hitamnya pada aspal jalanan yang terdiam. Tidak ada lagi suara mesin yang mendengung. Pintu mobil terbuka keatas bagaikan tirai yang disibakkan. Sungguh indah. Aku, sebagai orang yang pertama kali melihatnya berdecak kagum dan tersenyum, meskipun orang-orang hanya acuh tak acuh terhadap hal tersebut.
Keluarlah sepatu hitam dengan kilauannya, kemudian disusul dengan tubuh yang atletis dan gagah dibalut dengan jas biru tua yang sangat cocok dikenakan pria separuh baya tersebut. Dilihat dari panampilannya, ia bukanlah orang dari kalangan rakyat biasa, melainkan dari kalangan atas yang namanya terkenal hingga kepelosok negeri. Aku melihatnya berjalan dengan gagah menuju ke gedung yang membuatku terpesona sebelumnya. Tampan dan rapi, 'mungkin dia adalah pemilik perusahaan yang mewah,' batinku. Entah sombong atau gagah, tapi cara berjalan seperti itu memanglah hanya ada di kalangan orang-orang ternama. Â Semua orang begitu menghormatinya.
Aku masih berlanjut menyusuri keramaian jalan kota. Kota yang sangat berisik, namun aku merasa sangat kesepian. Aku belum merasa begitu kelelahan hingga aku terus melangkah menyusuri pinggiran kota. Semua orang terlihat menunduk ketika mereka berjalan, dengan sebuah benda yang disebut dengan gadget digenggamannya. Seakan mereka telah hafal benar dengan seluk beluk jalan yang mereka lalui, hingga mereka berjalan tanpa memperhatikan apa yang mereka lalui. Mereka hanya terfokus pada sebuah benda yang pas digenggaman mereka. Hatiku sangat miris melihat hal tersebut.
Sambil menggelengkan kepala, aku berjalan dan melihat sebuah mesin kotak yang banyak terdapat makanan dan minuman. Seketika, aku menjadi merasa kehausan dan ingin meneguk sebuah minuman dingin yang segar. Aku pun mulai mendekatinya dan bertanya-tanya dalam hati bagaimana aku bisa mendapatkan  sebuah minuman dari dalam. Sedangkan tak ada gagang pintu untuk aku membukanya. Aku masih memandanginya dengan diam. Tiba-tiba sebuah sepatu terdengar mendekat kearahku.
"Kamu mau yang soda kah?". Seseorang tiba-tiba menghampiriku dan bertanya menawarkan sesuatu sambil menunjuk pada sebuah botol minuman dibalik kaca lemari es. Aku tercengang dan menatap wajah pria tersebut, lagi-lagi ia mengenakan jas, tampak keren. Namun ia adalah orang berbeda dengan pria yang keluar dari mobil mewah di depan gedung. Kemudian aku hanya mengangguk mengiyakan perkataannya tanpa berpikir panjang.
"Okee. Tunggu sebentar ya". Katanya sambil merogoh saku celana lalu mengeluarkan sebuah dua koin emas yang dimasukkkan satu persatu pada salah satu sisi mesin tersebut kemudian keluarlah dua minuman yang sama di bawah kotak mesin tersebut.
"Ini, ambil saja". Ia tersenyum sambil menyodorkan salah satu botol minumannya yang baru saja diambilnya dari mesin tersebut.
"Terimakasih". Aku berkata sambil malu-malu. Aku pun terdiam dan menerimanya. Kupeganginya minuman tersebut, telapak tanganku kembali terasa sangat dingin dan membuatku ingin segera meminumnya membayangkan betapa segarnya minuman di genggamanku.
"Oh ya, kamu siapa?. Perkenalkan namaku Arga, aku bekerja di perusahaan di gedung deket sini". Tanyanya sambil menunujukkan padaku dengan jari telunjuknya sebuah gedung besar yang aku temui sebelumnya. Aku pun menatap kearah jari tersebut diarahkan.
"Aku Dara. Salam kenal juga". Aku menjawab pertanyaannya dengan nada lembut dan menyembunyikan sebuah nada malu.
"Hmm kamu dari mana? Kamu bekerja di sekitar sini juga kah? Penampilanmu sangat berbeda, terlihat sederhana, sepertinya kamu orang baru di sini" Â Tanyanya seakan ia mulai penasaran denganku. Ia mulai mencurigaiku. Aku memang berpakaiann sangat sederhana, tidak seperti apa yang dikenakan di sekitarku. Mereka mengenakan pakaian ber-merk dan sangat mewah nan elegan. Sedangkan aku hanya berpakaian seadanya..