"Benar sekali. Aku memang tidak dapat mencapai kebenaran objektif, yaitu pertimbanganku. Tapi, mungkin dengan keraguan itu aku akan lebih berhati-hati."
Gerimis dan tangis di malam yang semakin pekat dalam kabut metastasis. Ini adalah kehidupan yang penuh alegoris. Intuisi yang merasai, afeksi yang menggerogoti, filantropi yang menyelimuti. Aku, bagai simalakama dalam dilemma yang tak mengerti dunia manusia".
"Seorang skeptis pasti tau bahwa pertanyaan kritis tidak dapat diajukan secara konsisten dan realisme adalah suatu pengandaian pemikiran yang bersifat absolut. Mulai saat ini, lakukan apa yang kau anggap benar. Jika kau terus berada di lingkaran kediamanmu dan hanya akan bergerak jika ada orang yang menggerakkanmu, kau hanya akan jatuh. Cukup sampai disini kau ditindas. Hentikan kepolosan bodohmu selama ini! Ini adalah awal dari akhir! Kalau kau ingin maju, jangan kau tengok belakang. Tapi, hadapi apa yang ada di depan tanpa kau sia-siakan secuil pun kesempatan. Untuk kedua kalinya, kau akan kembali dilahirkan dengan tekad yang tak kunjung padam, dengan harapan tanpa keraguan, dengan penerimaan segala kekecewaan, dengan perubahan dan perbedaan. Kereta ini akan menjadi legenda dan saksi dari kelahiran seorang perintis jalan kemenangan yang akan kau torehkan."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H