Mohon tunggu...
Tareq Albana
Tareq Albana Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa

Nominee of Best Citizen Journalism Kompasiana Awards 2019. || Mahasiswa Universitas Al-Azhar, Mesir. Jurusan Hadits dan Ilmu Hadits.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

3 Kebiasaan yang Bisa Menghambat Studi Kamu di Luar Negeri

12 Oktober 2019   13:52 Diperbarui: 13 Oktober 2019   09:34 828
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi: Pixabay.com

Tren kuliah ke luar negeri memang sangat berkembang di kalangan remaja Indonesia dalam dua tahun terakhir ini. Berkuliah ke luar negeri beberapa tahun yang lalu masih dianggap sangat sulit dan hanya bisa dijangkau oleh kalangan yang berduit saja. 

Akan tetapi sekarang berkat kemajuan teknologi membuat informasi serta kabar mengenai beasiswa bisa didapatkan dengan mudah dan praktis, sehingga tidak ada alasan untuk tetap enggan untuk berkuliah ke luar negeri.

Dahulu kuliah ke luar negeri hanya bisa dilakukan oleh pejabat negara atau pengusaha kaya yang memiliki banyak dana, namun berbeda dengan zaman sekarang dimana banyak terdapat beasiswa yang dibuka, sehingga saat ini siapapun bisa berkuliah ke luar negeri tanpa memandang status sosial.

Hal ini sangat positif karena bisa membuka mata dan wawasan anak muda bangsa terhadap kemajemukan dan kemajuan dunia, sehingga membuat mereka menjadi pribadi yang cerdas dan berpikir kreatif untuk kemajuan bangsa dan negara. 

Apalagi di dalam agama Islam kita telah diajarkan bahwa umat manusia itu diciptakan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa, sehingga berkuliah ke luar negeri adalah salah satu cara mengamalkan ayat ini .

Namun, hidup dan belajar di luar negeri bukanlah perkara yang mudah. Banyak orang yang mengira sesampainya di negara impian merupakan awal dari kehidupan yang indah dan menyenangkan. seperti yang sering mereka lihat di Instagram Mahasiswa Indonesia di luar negeri.

Sebenarnya hidup di luar negeri itu merupakan awal dari perjuangan yang tidak ada ampun, banyak air mata yang harus menetes serta tak terhitung berapa banyak perasaan harus dikorbankan. Jika mereka tidak siap, maka mereka tidak akan mampu menyelesaikan studinya.

Saya sendiri sudah banyak mendengar para pelajar Indonesia yang terpaksa pulang dari luar negeri karena tidak mampu melanjutkan pendidikan yang sebagian besar disebabkan oleh kelalaian mereka sendiri, karena tidak bisa dipungkiri bahwa mengikuti perkuliahan di luar negeri itu sangatlah sulit.

Selain materi kuliah yang diberikan dalam bahasa Asing, kita juga dituntut untuk bersaing dengan mahasiswa lokal yang biasanya memiliki disiplin belajar yang tinggi, terutama jika kita berkuliah di negara maju.

Oleh karena itu, penting sekali bagi saya memberikan informasi kepada pelajar di Indonesia bahwa jika ingin berkuliah di luar negeri, bahwa mereka harus siap untuk belajar lebih giat dan lebih keras dari yang sebelumnya dan mampu untuk hidup disiplin serta tahan terhadap berbagai tekanan dan godaan rasa malas yang kapan saja bisa menyerang.

Disini saya akan sharing mengenai 3 kebiasaan buruk mahasiswa Indonesia yang bisa menghambat studinya di luar negeri.

  •  Begadang, Makan Sembarangan, dan Pola Hidup Tidak Sehat

Kesibukan sebagai mahasiswa tentunya sering membuat kita lupa untuk menjaga kesehatan, apalagi di kampus luar negeri yang tak jarang penuh dengan tugas dan penelitian. 

Tak heran jika begadang, makan junk food, dan jarang olahraga menjadi kebiasaan kita. bahayanya pola hidup tidak sehat ini memperbesar risiko berbagai macam penyakit menggerogoti kita.

Dokumentasi: Pixabay.com
Dokumentasi: Pixabay.com
Apalagi jika berada di negara yang memiliki suhu ekstrim seperti di Eropa dan Timur Tengah, ditambah lagi dengan tubuh kita yang terbiasa hidup di daerah tropis sehingga membuat imunitas kita berkurang dan mudah terserang berbagai penyakit berbahaya.

Sebab itulah kesehatan adalah hal yang sangat perlu diperhatikan oleh seluruh mahasiswa Indonesia di luar negeri, bahkan kesehatan lebih penting daripada pendidikan, karena jika kesehatan terganggu otomatis pendidikan kita juga terganggu, iya kan?

Selama 4 tahun saya berada di Kairo, sudah beberapa kali mendengar mahasiswa yang jatuh sakit dan terpaksa dirawat intensif selama di Kairo dan penyakitnya pun parah, seperti tumor, usus buntu, dan gagal ginjal, bahkan sampai ada yang merenggut korban jiwa.

Faktor penyebab sakitnya mahasiswa tersebut tidak jauh berbeda, mulai dari makan yang tidak sehat, begadang serta jarang berolahraga yang sudah menjadi kebiasaan sebagian besar mahasiswa.

Saya sangat sedih melihat teman-teman yang jatuh sakit ini, karena tidak ada sanak keluarga yang datang menjenguk karena jauh dari tanah air, ditambah lagi dengan biaya pengobatannya juga sangat mahal jika dibandingkan di Indonesia.

Jarang ada mahasiswa yang menggunakan asuransi kesehatan di Mesir ini. Keluarga di kampung halaman pun pasti cemas dan tidak berdaya mendengar kabar malang itu.

Beruntunglah mahasiswa di Kairo sangatlah solid, tak jarang mereka menemani dan merawat temannya yang sakit serta menggalang dana sebagai bentuk solidaritas dan kepedulian terhadap mereka. 

Semoga mahasiswa Indonesia di seluruh dunia diberikan kesehatan agar tidak terganggu studinya.

Jadi, masalah kesehatan adalah salah satu faktor yang menghambat studi banyak mahasiswa Indonesia, so jaga kesehatan ya gaes!

Jangan Keseringan bolos ya (hipwee.com)
Jangan Keseringan bolos ya (hipwee.com)

Sebagai mahasiswa, tentunya kita memiliki kewajiban untuk belajar dengan sungguh-sungguh, apalagi jika kita berkuliah menggunakan beasiswa. 

Itulah kenapa jangan sampai kita meninggalkan bangku kuliah tanpa alasan yang mendesak, karena itu hanya akan menambah beban kita untuk mengejar ketertinggalan materi kuliah. Apalagi jika materi kuliah tersebut menggunakan bahasa asing, tentu membutuhkan waktu untuk memahaminya. 

Beberapa kampus di dunia memang ada yang tidak menggunakan sistem absensi dalam perkuliahan, salah satunya Universitas Al-Azhar tempat saya menimba ilmu, disini kami tidak wajib hadir di kuliah. 

Walaupun terlihat asyik, namun bagi kami ini adalah tantangan terberat untuk tetap menjaga semangat dan konsistensi dalam menghadiri pembelajaran di kampus, jadi kita harus pintar memaksa diri untuk tetap rajin kuliah.

Bisa atau tidaknya mahasiswa itu memaksa dirinya berkuliah tergantung dengan niat dan semangatnya. Jika ia bisa menjaga niat awal kedatangannya ke luar negeri, bisa dipastikan ia akan tetap rajin kuliah walau tidak diwajibkan, begitu juga dengan sebaliknya. 

Pembahasan mengenai niat ini akan saya utarakan pada poin terakhir di tulisan ini.

Ada beberapa sebab mahasiswa bolos kuliah, selain alasan sakit -atau pura-pura sakit- ada juga mahasiswa yang sengaja bolos untuk jalan-jalan ataupun sibuk dengan kegiatan organisasi. 

Namun ada juga yang bolos karena mereka terpaksa harus kerja demi memenuhi kehidupan sehari-hari, apalagi yang berkuliah dengan menggunakan biaya pribadi.

Mungkin jika bolos sekali dan dua kali belum terasa efeknya, lain cerita jika sudah bolos berkali-kali. Itu membuat kita kesulitan memahami materi dan mengejar ketertinggalan, di beberapa kampus internasional juga sangat ketat dalam aturan kehadiran ini, jangan sampai beasiswa kamu dicabut hanya gara-gara keseringan bolos.

Saya dulu sempat bolos beberapa hari ketika masih semester 2 di Universitas Al-Azhar, ketika itu saya sedang menghandle acara di sebuah organisasi. Karena tidak ada sistem kehadiran, saya pun enjoy saja meliburkan diri dari kampus.

Setelah libur selama 4 hari, saya ketinggalan sekitar 12 materi kuliah dan itu membutuhkan waktu 2 sampai 3 minggu bagi saya untuk mengejar ketertinggalan materi tersebut, sangat lama bukan? 

Lama waktu yang saya gunakan untuk mengejar ketertinggalan juga dikarenakan materi kuliah saya berbahasa Arab sehingga lumayan sulit untuk membaca dan memahaminya.

Khusus untuk mereka yang terpaksa bolos karena bekerja ini, saya sangat apresiasi semangat dan ketegaran mereka. 

Saya sangat berharap pemerintah Indonesia dalam hal ini memberikan lebih banyak beasiswa lagi agar para pelajar yang berangkat ke luar negeri menggunakan biaya pribadi bisa terbantu dan membuat mereka lebih fokus dalam belajar.

Jika anda berkuliah dengan beasiswa, tidak ada alasan untuk bermalas-malasan kuliah, right?

Menjaga niat adalah hal yang paling sulit dilakukan ketika kita sudah berada di kampus impian. 

Saya kenal dengan beberapa orang yang dulunya bertekad kuat untuk menggapai impian ke luar negeri, akan tetapi ketika sudah berada sekian lama di negeri yang diimpikan, mereka mulai kehilangan niat dan tekadnya tersebut. 

Akhirnya mereka pun malas berkuliah dan memilih Jalan-jalan, main game, menonton ratusan episode drama korea, ujung-ujungnya mereka gagal dan drop out dari kampus sehingga terpaksa pulang sebelum waktunya.

Ketika berada di luar negeri, kita akan menemukan banyak sekali godaan dan kesenangan yang mampu membuat kita melupakan niat awal kedatangan kita ke negara tersebut. 

Misalnya bagi mereka yang berkuliah di Eropa, godaan untuk pergi jalan-jalan mengelilingi berbagai negara akan selalu datang.

 Atau bagi yang berkuliah di Mesir misalnya, godaan untuk berbisnis dan membawa barang-barang Mesir untuk dijual ke Indonesia pun akan selalu datang. 

Karena banyak barang-barang yang di Mesir dijual murah, sesampainya di Indonesia dijual sangat mahal, seperti kurma muda yang harganya sekitar 15 ribuan di Mesir, ketika sampai di Indonesia pernah dijual hingga 250 ribuan!

Biasanya setiap negara memiliki godaan yang hampir sama, sehingga bagi kamu yang ingin keluar negeri harus memantapkan niat dari awal agar tidak tergoda dengan berbagai hal di luar negeri.

Disorientasi atau kehilangan niat awal ini biasanya disebabkan oleh lingkungan dan teman, karena itulah untuk tetap menjaga niat, kamu butuh berteman dan hidup di lingkungan yang positif agar kamu bisa tetap fokus menyelesaikan studi. 

Memilih senior atau mentor yang baik juga akan membantu kamu dalam menjaga niat, karena ada mereka yang senantiasa mengingatkan kamu ketika sudah tidak fokus lagi belajar.

Sebenarnya tidak salahnya jalan-jalan, berjualan ataupun berorganisasi, bahkan itu sangat positif karena bisa menambah pengalaman dan soft skill kita untuk menghadapi kehidupan nyata kelak. 

Akan tetapi harus seimbang dengan studi kita, karena kita juga mesti ingat dengan tujuan awal datang ke negara tersebut. Jadi harus balance ya dengan studinya.

Bagi kamu yang kuliah dengan beasiswa, apa salahnya untuk tetap fokus belajar dan tidak menggeluti dunia bisnis. Jalan-jalan pun juga boleh sebagai hiburan penambah semangat belajar. 

Begitu juga dengan organisasi, cukup pilih satu organisasi yang menunjang keilmuan dan karier akademik kamu ke depan.

Lalu bagi yang kuliah dengan biaya pribadi, silahkan berbisnis atau bekerja asalkan tetap bisa mengatur waktu dan tidak menganggu jadwal perkuliahan. 

Misal seperti berbisnis online atau bekerja disaat liburan, baik ketika libur mingguan atau libur musiman. Karena biaya kuliah di luar negeri sangatlah mahal, sehingga bekerja merupakan usaha kita untuk menyelesaikan studi, tetap semangat ya!

Itulah 3 kebiasaan umum yang bisa membuat studi kita terganggu, ingatlah bahwasanya di tanah air sana ada hati yang harus kita bahagiakan, yaitu orangtua dan keluarga kita tercinta. Jadi jangan kecewakan mereka!

Cheers!

Tareq Albana, Kairo Mesir

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun