Kabar bahagia kembali datang dari Mahasiswa Minang yang berada di Mesir. Mahasiswa Minang dan puluhan mahasiswa Indonesia lainnya menampilkan berbagai kesenian tanah Air di Kota Wadi Natrun, Provinsi Bukheira, Mesir pada 28 Maret 2019 lalu.
Mahasiswa Indonesia yang menampilkan kesenian daerah berasal dari berbagai provinsi diantaramnya: Kesepakatan Mahasiswa Minang (KMM), Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA), Keluarga Mahasiswa Banten (KMB), Ikatan Mahasiswa Lampung (IKMAL), Keluarga Paguyuban Masyarakat Jawa Barat (KPMJB). Seluruh mahasiswa ini tergabung didalam Persatuan Pelajar Mahasiswa Indonesia (PPMI)
Acara yang bekerja sama dengan Kementrian Budaya Mesir ini menampilkan berbagai tarian khas Indonesia diantarnya: Â Tari Indang, Â Tari Rapae Geleng, Tari Bedana, kesenian Rampak Bedug, penampilan Angklung.
Acara seni dan budaya Atmoshphere Indonesia ini diadakan dalam rangka  mempromosikan Indonesia dengan ragam budayanya. Acara ini juga sebagai ajang pelestarian  budaya daerah oleh Mahasiswa Indonesia yang berkuliah di Mesir.
Meski jauh dari tanah air tercinta akan tetapi penampilan yang dberikan Mahasiswa Mesir ke publik ini  sangat baik, sehingga tak heran jika sambuatan para penonton pun juga meriah.
Salah satu penampilan yang paling digemari oleh rakyat Mesir dalam ajang bergengsi ini adalah tari indang dari Minangkabau yang di tampilkan oleh warga KMM Mesir.
Kabar baiknya Penampilan Tari Indang dari Kesepakatan Mahasiswa Minang (KMM Mesir) Â ini yang paling menyedot perhatian pengunjung mesir yang hadiri dalam acara Atmosphere Indonesia kali ini. Mahasiswa Minang yang membawakan tarian ini adalah: Ridho Ramadhan, Afriul Zikri, Julfi yanda, Fakhri Anwar, M. Haniful Fikri, Syukri, Shabrun Jamil.
Tari Indang merupakan salah satu tarian yang berasal dari Sumatra Barat, tarian ini mirip dengan Tari Saman dari Aceh akan tetapi gerakannya lebih lambat dan lebih santai. Tari Indang merupakan perpaduan budaya Melayu dan Islam, uniknya dahulu Tarian ini berfungsi sebagai media dakwah karena diisi dan diiringi dengan zikir dan puji-pujian kepada Nabi Muhammad.
Tarian ini diperkenalkan oleh Syekh Burhanuddin sekitar abad ke 14 dalam rangka menyebarkan Islam ke Sumatra Barat. Sekarang Tari Indang sudah mulai berubah fungsi dan diiringi dengan lagu Dindin Badindin yang dipopulerkan oleh penyanyi kenamaan Minang, Elly Kasim dan ditampilkan untuk menyabut tamu ataupun acara-acara adat lainnya..Â
Diharapkan, Tari Indang kedepannya bisa ditampilkan secara rutin di Mesir. Meski berada jauh dari ranah minang, mahasiswa Minang diharapkan bisa menjaga budaya Minang dan juga memperkenalkannya kepada public Internasional.