Seperti hidup sebagian besar orang, adakala nya kita menyesal tatkala menyianyiakan kehadiran seseorang tatkala seseorang itu tidak bersama kita lagi. Kira kira kalian pasti mengetahui gimana pedih nya rasa penyesalan tersebut. sama seperti aku, aku juga merasakan nya, aku meyesal ketika seseorang itu ada dan aku baru merasakan kehilangan ketika diri nya tidak ada. Akan tetapi aneh nya, seseorang itu tidak aku kenal sama sekali.
Seperti biasa, sehabis kuliah aku selalu meluangkan waktu untuk pergi ke Toko Buku yang ada di dekat tempat kuliah. Oh iya, perkenalkan aku Taufiq dan sedang berkuliah di Universitas Al-Azhar, Mesir yang merupakan sebuah Universitas Favorit mahasiswa dunia untuk menuntut ilmu agama Islam.
Aku sangat suka membaca buku, oleh karena itulah aku suka mengunjungi took buku, bukan untuk membelinya, namun hanya untuk sekedar membaca nya. maklum, mahasiswa yang pergi ke Mesir dengan bermodalkan Kerbau dan Sawah yang terpaksa dijual untuk memenuhi kebutuhan aku tatkala Akan berangkat ke Negeri 1000 menara ini. Hal itulah yang membuat aku harus focus belajar dan menyelesaikan kuliah secepat mungkin agar tidak membebani orang tua, termasuk membaca buku utk menunjang perkuliahan walaupun aku hanya membaca nya di toko buku Karena tak sanggup membelinya.
Sama seperti hari hari lain nya, di hari itu aku sibuk membaca di toko buku yang bernama Maktabah Iman, sedang asyik asyik nya membaca, aku melihat ada seorang gadis yang masuk ke toko buku tempat aku berada, dari wajah nya terlihat jelas bahwa dia adalah orang Indonesia, Â Aku pun tidak memerdulikan nya sembari terus membaca.
Besok nya, aku kembali membaca di toko buku itu, sang penjaga toko pun menyambut aku, beliau bernama Abdullah, dia terlihat bahagia karena ada seorang mahasiswa yang suka membaca buku, sehingga toko buku nya tidak pernah terlihat sepi, walaupun aku tidak pernah membeli nya, kadang Abdullah memberikan hadiah beberapa buah buku, entah itu karena iba karena aku gak pernah beli buku disana atau karena kagum dengan ketekunan aku.
Saat sedang asyik asyik nya membaca buku, pintu toko itu berbunyi tanda ada yang masuk, reflek saja aku melihat ke pintu itu, ternyata gadis itu lagi! Sesaat dia melihat ke arahku dan mata kami saling bertatapan, namun segera saja aku mengalihkan pandangan, takut dituduh yang macam macam.
Gadis itu sama sepertiku, dia juga membaca buku di dalam toko itu, Â sembari duduk di kursi yang disediakan, dia duduk sambil bersandar diujung toko, sejajar dengan tempat duduk ku ini. Aku menjadi tidak focus membaca, terganggu karena rasa penasaran terhadap gadis itu, kenapa dia juga membaca buku di toko ini? Apakah dia tidak membeli buku? Atau dia juga senasib dengan ku yang juga tidak punya uang utk membeli buku, sehingga terpaksa juga membaca buku disini? Entahlah, namun aku sedikit senang karena ada teman senasib, paling tidak senasib membaca buku di toko ini.
Namun yang jelas, di hari itu aku tidak konsen membaca buku karena kehadian gadis itu, bukan karena suka, namun karena penasaran dengan segudang pertanyaan.
Keadaan seperti ini berlansung hingga sebulan lama nya, aku bertemu dengan nya setiap hari, bersama sama membaca di toko buku, namun aneh nya, aku dan  dia tidak pernah berbicara sedikitpun, bahkan kami hanya bertatap muka secara lansung hanya beberapa kali.
Aku juga gengsi untuk menyapa nya walau hanya sekedar berbasa basi, aku takut dibilang "modus" yg merupakan kosa kata anak muda yang lagi ngetren itu. Pendidikan ku di pesantren dulu yang dipisah antara laki laki dan perempuan, sehingga membuatku malu dan tidak pede untuk berbicara dengan perempuan, palingan aku hanya berbicara kepada perempuan yang benar benar aku kenal, dan itu pun bisa dihitung dengan jari. Jika dengan perempuan yang tidak dikenal? Jangan kan menyapa nya, untuk berpapasan dengan mereka di jalan saja aku sangat malu.
Lanjut ke cerita gadis di toko buku tadi, semenjak kedatangan gadis itu di toko buku, lama kelamaan aku merasa sangat betah disana, karena merasa ada teman. Biasa nya aku membaca buku sehabis kuliah, yaitu setelah sholat zuhur, hingga ke waktu Ashar. Namun semenjak kehadiran gadis itu, aku pun betah hingga maghrib, bukan karena apa apa, namun karena aku merasa ada teman, merasa tidak kesepian, ditambah lagi dengan suara batuk nya gadis itu yang sesekali terdengar, membuat suasana seolah olah  menjadi lebih hidup. Kesimpulan nya, aku senang gadis itu ada di toko buku.
Suatu ketika, aku merasa sangat ingin untuk menyapa nya, walau sekali atau paling tidak menanyakan nama nya da nasal nya untuk sekedar berbasa basi karena kita sesama orang Indonesia. Namun entah kenapa, rasa gengsi ku lebih besar daripada keinginan ku.
Aku juga heran, aku gengsi ini karena apa? Kadang aku pun tak mengerti dengan dirku sendiri. Pernah aku membaca artikel bahwa lelaki itu sangat pantang direndahkan, laki laki juga pantang kalah apalagi dengan perempuan. Apakah keegoisan alamiah seorang lelaki inilah yang membuatku gengsi dan merasa rendah ketika menyapa gadis itu? Â Entahlah.
Suatu hari, seperti biasa aku bersemangat datang ke toko buku, tentunya dengan harapan bisa bertemu dan ditemani gadis itu lagi, walau kita tak saling mengenal, apalagi bertegur sapa. Â Namun di hari itu gadis yang biasa nya hadir di toko buku itu tidak kelihatan, aku pun tetap membaca buku sembari berharap harap akan kedatangan nya. namun, tatkala azan ashar berkumandang, gadis itu masih belum datang, "tak seperti biasa nya" Gumamku. Akhirnya aku pulang ke rumah, ada sedikit rasa kesedihan di dadaku.
Semalaman aku bertanya tanya didalam hati, kemana gadis itu? Kenapa dia tidak datang hari ini? barangkali dia ada acara atau dia lagi sibuk kuliah, pikirku. Â "ahhh kenapa sih aku mikirn gadis itu? Emang dia temen aku apa? Kenal aja engga, Bodoh banget kamu fiq" gumamku didalam hati.
Besok nya aku kembali datang, dan mulai membaca buku, seperti biasa penjaga toko buku itu, Abdullah menyapaku "ahlan ya Syeikh, ee Akhbaarak?" yg artinya " Selamat datang syeikh, apa kabarmu?" ucap nya dengan logat Khas Mesir. Setelah bercakap sebentar lalu aku mengambil satu buku yang dijadikan contoh buku untuk kubaca, contoh buku ini merupakan buku baru yang dirobek plastic nya agar calon pembeli bisa membaca sekilas apa yang ada dibuku tersebut, sebelum membeli nya.
Sampai azan ashar berkumandang, aku masih belum melihat gadis itu, aku pun gak konsen membaca buku, karena sibuk bertanya tanya di dalam hati, "kemana gadis itu?" akhirnya menjelang maghrib, aku menanyakan kepada Abdullah perihal gadis yang sering mampir di toko buku ini, Abdullah pun tertawa dan menggoda aku "eih dah? Enta bas'al hiya? Hiya miin? Habibatak?" Â yg artinya "tumben kamu bertanya ttg gadis itu? Emang nya dia siapa nya kamu? Kekasih kamu ya?" ucap nya sambil tertawa.
Sontak aku malu, dan lansung berbalik arah keluar dari toko tersebut sambil sumpah serapah didalam hati, rugi aku bertanya kepada Abdullah, ucapku.
Keesokan hari nya, Abdullah meminta maaf kepadaku karena dia sudah membuatku malu kemarin, lalu dia mengatakan bahwa gadis yang sering membaca buku itu sama seperti aku, dia jarang membeli buku dan sering datang ke toko itu hanya untuk membaca saja. Namun Abdullah tidak melihat gadis itu lagi, barangkali dia sudah dapat toko buku yang lebih baik, pikirku.
Entahkenapa, ada sedikit rasa sedih dihatiku, padahal gadis itu bukan siapa siapa aku, namun kenapa ya aku merasa ada yang kurang tanpa kehadiran gadis itu? Kenapa ya aku sering kepikiran dia? Aku masih saja menafikan rasa hati ini terhadap gadis itu, aneh memang, kita hanya sering ketemu, tanpa berbicara bahkan tanpa mengenal sekalipun, Â jadi mustahil jika aku jatuh cinta dengan dia, tegasku.
Esok hari nya, ketika kau membaca buku di toko, dari kejauhan aku melihat ada seorang gadis memakai baju  gaun panjang bewarna pink, dengan jilbab lebar plus kacamata yang dipakai nya, semakin dekat dan dekat, "itu dia gadis nya!" pekik ku didalam hati, jantungku berdebar dengan  kencang, hari ini dia datang kembali, setelah 4 hari tidak datang ke toko tersebut. dia terlihat berbincang dengan Abdullah, sambil sesekali aku melihat jari Abdullah menunjuk kea rah ku, sialan abdulah! Ucapku, mungkin Abdullah menyampaikan kepada gadis itu bahwa beberapa hari yg lalu aku bertanya perihal diri nya, aku liat wajah nya tersenyum, cantik.
Wajah ku merah padam, aku sangat malu, apalagi ketika gadis itu berbincang dengan Abdullah, uh nyesal bgt aku bertanya ke Abdullah kemarin itu, pikirku. Pada hari itu, gadis itu pulang lebih cepat, tatkala dia keluar, dia tersenyum kepadaku sambil membuka pintu toko, dunia seolah berhenti sesaat. Sampai sampai aku bengong beberapa detik hingga dia keluar, gadis itu tersenyum kepadaku!
Aku merasa senang di hari itu, tidak lain dan tidak bukan rasa senang itu didapat karena senyuman gadis itu, seumur umur, itulah kali pertama aku mendapatkan senyuman dari gadis yang tak kukenal, saking seneng nya, aku sampai ga sempa membalas senyuman nya. "ah kenapa ya aku senang banget?" kataku ku penuh tanda tanya.
Hari hari selanjutnya aku habis kan seperti biasa, tentunya dengan kehadiran kembali gadis cantik itu, ya dia memang cantik, Ujarku. Aku sering curi curi pandang melihat nya sambil membaca buku, entah kenapa, setelah aku kehilangan dia selama 4 hari, aku merasa dia sangat berarti, sekali lagi, walaupun kami belum kenal.
Suatu ketika, aku melihat gadis itu masuk ke dalam toko, aku pun seperti biasa, menjadi lebih senang dengan ada nya gadis itu, namun pada hari itu aku melihat ada sesuatu yang aneh pada diri gadis itu, tatkala aku perhatikan dengan seksama, aku menyadari bahwa tas punggung gadis itu terbuka! Barangkali dia lupa menutup tas nya, terlihat buku buku serta laptop yang ada didalam tas nya.
Aku pun panik, aku pengen memberi tahu dia, tapi aku sangat malu. Tapi jika tidak aku beritahu, dia bisa jadi sasaran maling atau perampok, karena didalam tas nya terlihat jelas ada sebuah laptop, aku harus bagaimana??
 Akhir nya aku berdiri, dengan membuang segala rasa malu, aku berkata "afwan Ukhty, Tas nya terbuka, nanti buku buku nya bisa jatuh" ucapku, gadis itu kaget dan melihat tas nya sembari berkata "syukran akh, untung diberi tahu, karena didalam nya ada laptop, bisa terjatuh" ucapnya. Yes! Itulah kali pertama aku berbicara kepada gadis itu, hatiku berbunga bunga, senang rasanya dapat senyuman dari gadis itu, dia sangat cantik tatkala tersenyum.
Sampai malam aku tak dapat tidur, karena memikirkan kejadian sore tadi, ahh senang sekali rasa nya bisa membantu gadis itu. Ucapku. Rasa senang ini bahkan aku alami berhari hari lama nya.
Namun tahukah kalian? Itulah saat pertama kali nya aku berbicara dengan gadis itu, setelah hampir dua bulan sejak pertama kami bertemu di toko buku, sekaligus menjadi kali terakhir aku berbicara dengan nya, mungkin.
Hari hari selanjutnya aku lalui dengan hati bahagia, karena bisa membaca buku sambil curi curi pandang terhadap gadis itu, jujur memang, aku tertarik dengan dia, mungkin kita berlatar belakang yang sama, alias sama sama org miskin yang gak punya uang utk membeli buku, atas persamaan nasib itulah yang membuatku tertarik, tapi aku tidak pernah tahu, apakah nasib kami benar benar sama atau ini semua hanya kebetulan saja.
Sampai di suatu hari aku tidak melihat lagi gadis itu, setelah beberapa hari tidak kelihatan aku menjadi gelisah dan sedih, kemana perginya gadis itu? Aku sampai tidak bisa tidur semalaman. Â
Di toko buku, aku menjadi tidak konsen, aku merasa kesepian, aku rindu dengan suara batuk gadis itu, aku rindu suara langkah kakinya. Sepi sekali rasanya toko buku itu semenjak ketidakhadiran dia.
Aku merasa sedih sekali semenjak ketidakhadiran dia, sampai sampai aku pun tak sadar sudah menitikkan air mata, aku merasa sangat kesepian, dua bulan sudah kita sama sama membaca buku di toko Abdullah, bukan lah waktu yang sebentar, itulah kenapa gadis itu sangat mewarnai hari hariku, walaupun kami tidak saling mengenal dan hanya pernah sekali bercakap.
Hari hari selanjutnya kulalui dengan perasaan sepi, entah kenapa, dia sangat berarti bagiku, didalam diam nya aku merasakan kehangatan dan di dalam diam nya aku tidak merasa kesepian. Aku sangat berharap atas kehadiran dia kembali.
Hari ini, Setelah sebulan berlalu, aku masih berharap atas kehadiran gadis tersebut, Abdullah juga bertanya tanya perihal gadis tersebut, setiap gadis Indonesia yang masuk ke toko itu, selalu ditanyai oleh Abdullah mengenai gadis tersebut. namun hasil nya nihil, keberadaan gadis itu masih tidak diketahui.
Secuil ada rasa menyesalku, kenapa aku tidak punya keberanian untuk sekedar berkenalan dengan gadis itu lalu bertanya siapa nama nya atau paling tidak dia kuliah di fakultas apa, agar aku bisa mencari nya. namun sekali lagi, itu hanya penyesalanku saat ini, entah bagaimana rasa menghilangkan rasa sesal ini, aku tak tahu.
Dialam hati ini aku hanya bisa bermunajat kepada Sang Maha Kuasa pemilik hati ini, obatilah rasa sedih ini ya rabb, ucapku. Jika engkauya Allah memang takdirkan dia kembali bertemu denganku, maka pertemukanlah di saat yang baik, jika tidak engkau takdirkan kami untuk bertemu, maka berilah kesabaran kepadaku dan lindungilah aku dari Cinta yang tidak halal dan hilangkanlah rasa sedih ini ya rabb.
Ku harap, gadis itu, entah siapa nama nya datang kembali menemaniku di toko buku, kehadiran nya saja begitu berarti bagiku, aku tak butuh apapun dari mu, aku hanya butuh kehadiran mu, itu saja.
Wahai gadis tanpa nama, aku jatuh cinta!
 Tareq Al Bana , Cairo, Mesir
pukul 22.45 Clt
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H