Mohon tunggu...
Tardi Setiabudi
Tardi Setiabudi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Rendah Hati Motivasi Diri

Tardi Setiabudi, berasal dari salah satu desa di Kabupaten Lebak Provinsi Banten.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Alasan Masyarakat Desa Menghindari Vaksinasi

2 Juli 2021   07:46 Diperbarui: 2 Juli 2021   08:28 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proses Pemberian Vaksin (Foto:Tardi Setiabudi)

Oleh: Tardi Setiabudi 

Pemerintah sudah gencarkan Vaksinasi kepada publik dalam beberapa bulan ini melalui televisi dan media online. Vaksin pertama diprioritaskan bagi pegawai Kesehatan, kemudian pegawai Pemerintahan, dan sekarang sudah mulai memasuki babak kepada masyarakat di Pedesaan yang diberikan secara gratis. 

Saya sedikit bercerita persoalan di masyarakat pedesaan yang menghindari Vaksinasi walaupun diberikan secara gratis oleh Pemerintah. Padahal langkah yang dilakukan oleh pemerintah tujuannya baik, yaitu untuk memberikan kekebalan dan meningkatkan imun di dalam tubuh manusia di masa Pandemi Covid-19 sebagai upaya pencegahan. Kita semua tidak tahu, kapan Virus itu akan menyerang dan masuk pada tubuh manusia. 

Sebelum akan dilaksanakan pemberian Vaksin kepada Masyarakat Desa. Dinas Kesehatan melalui Puskesmas mengirim surat kepada Pemerintah Desa, yang isinya informasi dan ajakan agar masyarakat harus di Vaksin. Pemerintah Desa pun menyampaikan hal itu, karena bagian dari kewajiban untuk melindungi masyarakatnya dari Covid-19. Di sisi lain bukan hanya ajakan, tapi Pemerintah punya target jumlah orang yang harus di Vaksin. Katakanlah minimal harus 100 orang dari setiap wilayah. 

Masyarakat Enggan Di Vaksin 

Pemberian Vaksin secara gratis dari Pemerintah bagi masyarakat desa ternyata tidak seindah yang diharapkan. Masyarakat desa yang seharusnya bisa menerima Vaksin, rata-rata banyak yang tidak mau di Vaksin. Saya sendiri awalnya merasa penasaran, kenapa banyak masyarakat yang tidak mau dibandingkan yang mau di Vaksin. Setelah berbincang dengan masyarakat langsung, ternyata ada alasan tersendiri yang disampaikan oleh masyarakat kepada saya. 

Pertama, masyarakat Desa menilai bahwa Vaksin adanya dampak bahaya bagi dirinya sendiri. Misalnya bisa terjadi meriang berat hingga menyebabkan kematian. Kenapa mereka sampai mempunyai pemikiran seperti itu, padahal bukan seorang medis atau pakar kesehatan?. Itu disebabkan, sering melihat berita-berita yang ditayangkan di televisi dan media online. 

Misalnya beberapa kasus saat ini, setelah seseorang di suntik Vaksin banyak yang meninggal dunia, padahal belum tentu kebenarannya apakah meninggal dari efek Vaksin atau faktor lain. Namun tidak bisa di pungkiri, masyarakat awam akan mudah percaya dengan apa yang sudah dilihat dan didengarnya. Karena saat ini, media televisi dan media online sebagai instrumen yang dianggap akurat oleh masyarakat secara umum dalam hal informasi. 

Kedua; Masyarakat desa lebih memilih untuk menggunakan waktu yang dianggap lebih produktif ketimbang untuk di Vaksin, misalnya ke kebun atau ke sawah. Bagi mereka, waktu itu sangat berharga dibandingkan dengan di Vaksin, karena menentukan penghasilan setiap harinya yang tidak menentu. Berbeda dengan orang yang mempunyai pekerjaan di Pemerintahan atau di perkantoran yang sudah mempunyai gaji tetap, dengan waktu yang diluangkan saat itu tidak berpengaruh pada penghasilan hariannya. 

Saya di Vaksin  

Beberapa teman saya yang sudah di Vaksin mengatakan bahwa, akan terasa efek samping yang dirasakan setelah di suntik Vaksin. Misalnya rasa ngantuk, badan terasa lemas sementara, bahkan ada juga yang selalu merasakan rasa lapar setiap saat. Saya pun menanggapi itu hal yang biasa, karena yang namanya obat pasti akan ada efek samping dan gejala-gejala seperti itu. 

Namun ada juga kabar dari teman saya yang lainnya yang sudah di Vaksin. Bahwa efek samping tergantung dari kondisi badan kita sendiri. Kalau badan dalam kondisi tidak baik atau kurang baik efek samping akan lebih terasa bekerja di tubuh, misalkan bisa terasa pusing atau lebih dari itu namun hanya sementara. Mendengar dari cerita yang ini saya sedikit ada rasa was-was. 

Dari beberapa informasi yang didapat, saya tetap mengikuti dan menerima Vaksin gratis yang diberikan oleh Pemerintah, "toh teman-teman saya juga baik-baik saja tak ada yang perlu dikhawatirkan. Sementara saya sendiri belum merasakan atau mengalaminya, selain itu demi kenyamanan saya sendiri kalau bepergian jauh dari rumah" dalam hati saya. 

Saya pun mendaftarkan diri kebagian pendaftaran yang bertempat di Kantor Desa dengan memberikan tanda pengenal atau KTP. Tidak lama, saya dipanggil dan diperiksa terlebih dahulu. Mulai dari tekanan darah, apakah mempunyai riwayat penyakit kronis, dan sebagainya layaknya seperti wawancara saya sebagai informannya. 

Setelah pemeriksaan awal, tubuh saya dinyatakan normal dan berhak menerima Vaksin. Saya dipanggil kembali oleh bagian yang menyuntikkan Vaksin langsung. Saya menenangkan badan dan melenturkan tangan atas saran Dokter, rasa was-was sudah saya buang jauh-jauh hingga tidak terasa kalau suntikan sudah selesai. Tidak ada efek apa-apa yang saya rasakan hanya sedikit pegal di bagian tangan saja. 

Namun malangnya saya, baru kurang lebih dari sepuluh menit saya merasakan pendengaran tidak karuan, penglihatan terasa kunang-kunang ditambah rasa pusing hingga akhirnya berbaring lemas di kursi dengan terbentang. Saya langsung meminta bantuan kepada Dokter dan menceritakan keluhan saya. Tidak menunggu lama saya langsung diberikan penanganan intensif. Padahal dalam pemeriksaan awal kondisi tubuh saya normal atau tidak ada masalah yang perlu dikhawatirkan. 

Penanganan pertama, saya diberikan teh manis hangat oleh tim medis dan meminumnya, sambil dilontarkan pertanyaan-pertanyaan dari Dokter "apakah bapak mendengar saya" ucap Dokter. Saya mendengarnya walaupun tidak karuan. Kemudian diperiksa detak jantung menggunakan alat yang di tempel di tangan, mata pun disorot menggunakan senter kecil. Dan ternyata detak jantung saya melemah itulah yang menyebabkan saya kurang berdaya. Penanganan kedua, membaringkan badan dengan posisi kepala lebih rendah dari kaki, agar lebih tenang dan detak jantung kembali normal. 

Dibilang panik saya sendiri panik, namun harus tetap tenang tidak boleh panik. Saya tetap mencoba menenangkan diri sambil diajak obrol oleh teman supaya tetap selalu dalam keadaan sadar, apakah pendengaran saya sudah normal atau belum. Dalam satu jam berbaring menenangkan diri, saya pun sudah mulai rilek dan membaik mulai dari pendengaran, penglihatan, dan mulai bisa berjalan walaupun masih terasa lemas. 

Dari situ saya tahu dan merasakan sendiri efek dari Vaksin yang masuk ke dalam tubuh saya, bukan cerita dari orang lain. Oleh karena itu, saya menyarankan bagi siapa pun yang ingin menerima suntikan Vaksin, sebaiknya harus mempersiapkan tubuh dengan kondisi yang baik, supaya tidak merasakan efek berat seperti saya. Jadi jangan takut di Vaksin, itu semua upaya untuk melawan Covid-19 yang belum bisa dikendalikan di Negara kita saat ini.

Lebak, 01 Juni 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun