[caption caption="doc.http://4.bp.blogspot.com/-TCNv50m_7Lo/VLKwXbEFsTI/AAAAAAAAAFo/TfSzWNhhxgg/s1600/dokter-en-zuster-PS1-101.gif"][/caption]
Heboh Maluku lantara beberapa hari lalu dikabarkan tentang pelayanan yang buruk dari Rumah sakit (RS) rujukan terbesar di Maluku. Berita yang mengabarkan pasien rujukan Rumah sakit Nania ditelantarkan hingga meninggal dunia tersebut menambah catatan hitam pelayanan di RSUD Indonesia.
Sering kita berpikir macam-macam tentang pelayanan RS, misalnya saat pasien rujukan yang bagi kita orang awam kondisinya terlihat cukup kritis namun begitu masuk Unit Gawwat Darurat (UGD) dibiarkan begitu saja tanpa perlakuan kita anggap pasiennya diterlantarkan. Namun perlu kita ketahui hal itu ternyata mereka sebut dengan Observasi pasien guna melihat tingkat kritis pasien serta ketahanannya dengan cairan infus. Mengenai administrasi, sering kita dibuat berputar dari satu ruangan ke ruangan lain tentu juga sudah termasuk dalam peraturan RS. Kesalahan dalam administrasi bisa berujung pada penuntutan terhadap pihak RS.
Pelayanan di RS selain dilihat dari kecakapan perawat dan dokter dalam menangani pasien, juga dilihat dari peralatan penunjang, contohnya untuk bagian Radiologi alat mamografi, CT Scan, Roentgen, EMG, USG doppler dan lain-lain. Banyak sekali kejadian dimana pasien rujukan terpaksa ditinggal sebentar namun perlu dicatat bukan tanpa penanganan sebelumnya lantara peralatan penunjang sedang rusak atau tidak ada.
Selain pihak rumah sakit yang bertanggung jawab atas hal ini, pemerintah juga perlu. Pengadaan peralatan penunjang di RSUD juga perlu perhatian khusus pemerintah. Teknisi untuk memperbaiki setiap kerusakan alat juga perlu dipersiapkan di masing-masing RS karena ada kalanya alat harus menunggu hingga berbulan-bulan untuk dipreparasi.
Seperti halnya pegawai di instansi berbeda, para tenaga medis ini juga kadang dibenturkan dengan masalah gaji, dokter dengan titel Pegawai Negeri Sipil (PNS) ini kadang mendapat keterlambatan gaji namun harus bekerja ekstra keras lantaran RS tak pernah sepi pasien. Hal ini juga menjadikan motivasi tenaga medis sedikit menurun dalam pelayanannya.
                                                                                                                     Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H