Mohon tunggu...
Tarmidinsyah Abubakar
Tarmidinsyah Abubakar Mohon Tunggu... Politisi - Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis adalah Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pemimpin dan Partai Politik Lemah Menyeret Agama sebagai Alat Politik

29 Januari 2022   23:46 Diperbarui: 29 Januari 2022   23:50 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Para pemimpin politik seperti ini akan menggunakan fasilitas sosial yang biasanya menjadi bahagian dari fasilitas agama yang kemudian secara bertahap mereka distorsikan menjadi alat politiknya. Mereka akan menyerukan sikap primordialis yang kental sebagai suatu ikatan yang solid. Padahal ikatan tersebut lebih sebagai jembatan mereka dalam pencapaian tujuan politiknya. Ketika tujuan tercapai maka hanya nasib pemain politiklah yang berubah,  sementara para pengikut biasanya akan dibuat kecewa.

Tau, kenapa? Karena sebahagian besar politisi yang bergabung dalam partai seperti ini bukanlah orang-orang produktif dalam menjalani usaha-usaha dalam prosesi menghadapi hidup, mereka diuntungkan oleh persatuan organisasi induknya yang berafiliasi dan mengedepankan agama bahkan dengan dalih memperkuat agama mereka memperoleh pendapatannya.

Politik sebagai tahapan advance dalam perjuangan karirnya untuk mencapai hidup mapan. Sementara pemikiran mereka hanya berorientasi pada agama dalam jualan politiknya. Seharusnya jika mereka beragama secara baik dan benar maka nilai-nilai agama yang harus mereka tanamkan kepada dirinya dan masyarakat dalam bernegara, bukan dengan cara menggunakan agama sebagai tameng untuk mengharuskan orang mendukungnya. Karena sebenarnya prilaku seperti ini tergolong juga munafik (hipokrit).

Diantara keempat elemen pemimpin partai politik tersebut yang berada dalam negara yang lebih sejahtera (negara maju) dimana masyarakatnya rata-rata sudah tergolong mapan dan cerdas, kemudian kecenderungan pemimpin politik atau partai politik tersebut bertahan di negara yang sudah merdeka dalam waktu yang lama. Dinegara yang masyarakatnya sudah lebih lama bernegara dan masyarakatnya melek politik hanya ada dua elemen pimpinan politik atau latar bdlakang partai politik, yaitu :

pertama, orang kaya yang uangnya sudah lebih dari cukup dimana negara bisa saja bergantung kepadanya melalui pinjaman (loan) atau hibah (grand).

Kedua, adalah mereka yang berasal dari sipil yang melalui organisasi politik dan suatu keahlian sehingga banyak membantu orang atau masyarakat dalam kehidupannya.

Kenapa hanya dua jenis partai politik dan pemimpin politik yang bisa establish dinegara maju dan negara yang sudah lama merdeka? Karena masyarakatnya tidak bisa lagi dipengaruhi dengan "Sentimen" politik tetapi mereka butuh kepastian dan logika pemenuhan janjinya. Sedikit sekali masyarakat di negara maju percaya pada kampanye politik yang menghadapkan syurga dan neraka (heaven and hell) tetapi orientasi mereka lebih kepada logika dan pemikiran yang rasional tentang tahapan pencapaian kesejahteraan hidup rakyat dalam bernegara.

Lalu, apakah mereka tidak beragama? Mereka bahkan lebih taat dalam ibadahnya dan mereka lebih kuat dalam kepercayaannya tetapi mereka beragama secara substantif dan fokus untuk berkomunikasi dengan tuhan bukan sekedar memperlihatkan kepada manusia lain bahwa mereka paling taat. Namun kualitas ketaatan mereka hanya dapat diukur dengan prilakunya yang baik dan penuh pertimbangan untuk kebaikan hidupnya.

Salam

Gambar : paradise (Pixels) 

pexels-sachith-ravishka-kodikara-10380379-61f56f4d06310e78c85d09a3.jpg
pexels-sachith-ravishka-kodikara-10380379-61f56f4d06310e78c85d09a3.jpg

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun