Dengan kondisi kehidupan sosial seperti itu maka sesungguhnya masyarakat Indonesia belum berstandar sebagai masyarakat politik, apalagi masyarakat yang demokratis, sebagaimana masyarakat di negara-negara eropa dan skandanavia yang tingkat standar hidupnya lebih baik. Kalau boleh jujur, sebenarnya masyarakat Indonesia yang sudah mapanpun masih berstandar mental budak akibat terlalu lama di jajah oleh bangsa asing, sementara masyarakat tertinggal di negeri kita ini hidupnya sama dengan kehidupan dalam teori evolusi Darwin. Yaitu masa transisi dari orang hutan ke manusia.
Lalu, apakah wajar kita bicara emansipasi wanita, gender, hak azasi manusia, demokrasi dan alat-alat pembangunan dunia modern pada masyarakat Indonesia sekarang? Tapi dimasa pemerintah Habibie, Gusdur. Megawati, dan SBY masih bisa kita bicara hal tersebut. Jika kita berharap perubahan dari partai politik? Â Justru karena mereka lemah sumber daya manusianya maka rakyatpun ikut lemah. Kalau bidang lain sudah lebih maju tapi bidang politik masyarakat Indonesia sesungguhnya sangat tertinggal. Apalagi dimasa presiden Joko Widodo partai politik justru mundur jauh ke belakang bukannya bertambah maju.
Partai politik hanya menjadi alat untuk mencari uang atau mesin produksi sebagaimana pabrik kerupuk, jauh dari standarnya sebagai lembaga pendidikan sosial. Dimasa pemerintahan sebelum rezim Jokowi dan sesudah rezim Soeharto ada geliat pembangunan politik Indonesia mengalami kemajuan drastis. Di masa Soeharto masyarakat Indonesia hidup untuk sekedar cari makan dan tidak ada politik, karena dibelenggu total. Sedang di masa Rezim Jokowi partai politik juga dibelenggu dan dikuasai pemerintah dengan merebut posisi pimpinan partai politik meski dengan cara yang santun dimata awam tapi sangat kasar dan sadis dalam hukum dan etika demokrasi.
Oleh karena itulah partai politik yang sekedar mengandalkan gaya dan tampilan egonya dimasa ini sungguh tidak lagi menjadi kebutuhan jaman. Rakyat hanya menyia-nyiakan waktu untuk pembangunan politik di negeri ini, karena sesungguhnya memilih partai seperti ini sama dengan membawa Indonesia kebelakang dan membawa masyarakat melarat. Partai politik masa kini dan masa depan harus berada di depan untuk memberi kemudahan hidup rakyat, dengan ruh dan ajaran ilmu partai tersebut masyarakat bisa bertahan hidup. Kalau partai hanya memperlihatkan tampilan dan gaya pakai dasi dan seragam yang gagah sementara sumber dayanya hanya rata-rata pencari uang receh  tapi ditampilkan sebagai orang kaya niscaya partai itu hanya menjadikan rakyat sebagai alat penyeberang rakit batang pisang untuk menyeberangi sungai. Setelah sampai keseberang rakit batang pisang itupun di potong-potong atau dibiarkan saja dibawa arus sungai.
Itulah ilustrasi politik tradisional, dimana anggota hanya dieksploitasi untuk kepentingan politik pimpinan, setelah pimpinan berhasil anggotapun satu persatu terpaksa menghilang. Daripada sistem politik tradisional maka sesungguhnya lebih baik sistem hidup organisasi genk dan perampok Bank. Lalu bagaimana sistem politik modern? Tentu akan diulas edisi lain. Â
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H