Mohon tunggu...
Tarmidinsyah Abubakar
Tarmidinsyah Abubakar Mohon Tunggu... Politisi - Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis adalah Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tokoh Politik dan Tokoh Rakyat Sirna Seiring Distorsi Kualitas Pemimpin Politik dan Pemerintahan

19 Juli 2021   15:11 Diperbarui: 19 Juli 2021   15:20 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Che Guevara IDN CNN

Gambar : Albert Einstein IDN CNN
Gambar : Albert Einstein IDN CNN

Oleh : Tarmidinsyah Abubakar

Era demi era politik mengalami perubahan seiring dengan keberadaan, kapasitas dan kualita pemimpin disuatu wilayah.  Jika anda berada dalam lingkup daerah maka politik lebih banyak dipengaruhi oleh kondisi kapasitas dan kualitas sumber daya manusia bupati atau gubernur. 

Disamping itu juga kapasitas dsn kualitas sumber daya manusia pimpinan partai politik di daerah baik yang berada dalam pemerintah maupun diluar pemerintahan atau beroposisi. 

Dalam ruang lingkup nasional tentu saja dipengaruhi oleh kapasitas dan kualitas sumber daya manusia pimpinan negara dan pimpinan pusat partai politik yang memiliki pengaruh dalam pemerintah juga kualitas mereka yang beroposisi atau diluar politik pemerintah.

Ketika partai politik masih dijalankan dan dikelola secara benar maka kekuasaan baik nasional maupun di daerah tidak akan berdiri sendiri. Pimpinan partai politik dalam pengambilan keputusan publik sudah pasti tidak menemui kontra dengan rakyat.

Demikian juga sikap pimpinan partai politik apalagi kepala daerah atau kepala negara sudah pasti berjalan beriringan dengan rakyat karena terjadi kordinasi yang baik antara kebijakan politik dan partai politik bersama rakyat.  

Maka ketika ada kebijakan yang dilakukan pemerintah atau partai politik yang terpisah dan tidak terkordinasi dengan tokoh-tokoh rakyat sudah pasti terjadi protes dan berkontra dengan kebijakan sosial, maka yang sering kita saksikan adalah demo dan sikap apatis rakyat ketika kondisi sosial dilemahkan.

Melihat perkembangan partai politik dan kebijakan di ranah politik selama ini bagaikan terjadi kesenjangan yang lebar antara kebijakan pimpinan partai politik dan tokoh masyarakat yang diindikasikan dengan banyaknya dilahirkan kebijakan politik yang tidak berstandar publik. 

Tetapi lebih berstandar kelompok politik dan tanpa peduli kepada standar politik rakyat yang normatif. Apalagi dalam pengelolaan kekuasaan partai politik yang fenomenanya bisa kita saksikan diseret ke ruang sempit yang kemudian menjadi kekuasaan pribadi dan keluarga penguasa yang jauh dari nilai kepemimpinan sosial.

Penguasa atau kepala pemerintah di daerah cenderung menjadi pemilik atau penguasa daerah bukan sebagai guru rakyat daerah dan mengelola daerah sebagai milik bersama dan saling memiliki daerah tersebut bersama rakyat. Karena itu kekuatan kepala daerah yang baik tergantung pada sejauhmana partisipasi elemen rakyat dalam pembangunan daerahnya. 

Bukan apa yang fenomenal dibangun oleh gubernur atau bupati apalagi mereka tidak berbuat apapun bagi rakyatnya kecuali proyek-proyek berstandar yang bagi mereka mudah memperoleh keuntungan atau mendapatkan fee (komisi) yang empuk.

Dalam kasus seperti ini kepala daerah tidak ingin repot dengan tantangan pembangunan terhadap rakyat di daerahnya tetapi mereka memilih aman dan memposisikan diri sebagai pekerja bukan sebagai pemimpin sehingga tanggung jawabnya hanya sebatas tugas kantornya bukan sebagai pemimpin rakyat. Belum lagi melihat fenomena prilaku mereka yang bagaikan tidak membutuhkan warga lain dan tokoh rakyat karena mereka merasa harus ditemui siapapun tanpa mementingkan pihak lain dalam pembangunan. 

Dengan begitu sesungguhnya kepala daerah tersebut tidak sadar sedang memperlihatkan kelemahannya sebagai pemimpin yang terangkat hanya sikap egoisme yang seharusnya dijauhkan dari kepemimpinan yang sesungguhnya. Kemampuan memisahkan sikap egoisme dalam kepemimpinan rakyat adalah indikator utama seseorang dapat dikatagorikan sebagai pemimpin rakyat. Sikap egois itulah yang telah mendistorsi kepemimpinan menjadi penguasa yang meski diidentikkan dalam terminology pasaran tetapi kedua hal tersebut terdapat perbedaan bagai langit dan bumi.

Berikutnya kualitas kepala daerah turut serta menggerus nilai ketokohan masyarakat bahkan ketokohan dalam politik bahkan dalam partai politik sendiri karena mereka merasa lebih berhak dalam kepemilikan dalam segala hal daripada tokoh lain meski kemampuan dan kualitasnya lebih baik dan lebih cerdas darinya. Pengelola kekuasaan semacam inilah yang telah nenghilangkan peran tokoh rakyat, tokoh politik,  tokoh yang kritis, tokoh yang berani dan tokoh-tokoh yang menganut sikap kebenaran yang berani menentang pendhaliman terhadap rakyat.

Akibat sikap kepala daerah baik bupati maupun gubernur yang tidak paham memanage kekuasaan antara pemerintah dan kepentingan rakyat dan tidak bisa menempatkan tokoh masyarakat serta tokoh politik itu sendiri maka terjadilah distorsi dan terdegradasi fungsi rakyat menjadi tunduk dan patuh pada kekuasaan pemerintah. Dengan sendirinya rakyat terjajah oleh kepala daerah dan tokoh politik yang punya sikap menjadi lemah karena tanpa disadari dilemahkan oleh sikap kepala daerah itu sendiri atau pimpinan partai politik yang berpikiran dan berwawasan sempit dalam kepemimpinan sosial.

Fenomena ini terjadi secara masif akibat lemahnya wawasan kepala pemerintahan dalam memimpin daerahnya. Karena itulah maka otonomi daerah yang pernah kuat dan kental dalam kehidupan rakyat Indonesia semakin terasa hilang ditelan bumi, sehingga kekuasaan pusat menjadi sentralistik dan kita set back (kembali) kemasa lalu.

Logika pelemahan daerah tentu saja rumusnya mudah dicerna,  tidak rumit untuk dipahami. Ketiga kepala daerah menjadi penguasa daerah maka pemerintah pusat hanya perlu memandang pendapat dan sikap kepala daerah tanpa memandang tokoh politik, tokoh adat, tokoh politik kritis, tokoh oposisi dan tokoh  rakyat yang sesungguhnya elemen yang sangat penting dalam pembangunan rakyat. Padahal pimpinan pemerintah pusat harus mengutamakan sikap tokoh-tokoh tersebut untuk melakukan pembangunan, sementara gubernur dan bupati adalah sistem yang dapat diperintah secara langsung karena hirarkhi sistem kekuasaan negara.

Kenapa tokoh-tokoh rakyat dan tokoh politik lain yang kritis tidak dapat perintah secara langsung?  Karena merekalah sebagai representasi sikap rakyat dan dengan menempatkan mereka sebagai elemen yang sangat vital dalam pembangunan maka kepala pemerintah itu dapat dianggap korperatif dan paham menempatkan dirinya sebagai pejabat negara dan pimpinan rakyat yang sesungguhnya.

Begitupun porak porandanya dunia partai politik disebabkan kualitas fungsi dan peran pimpinan partai politik itu sendiri baik di daerah maupun dipusat yang menghadapkan aktivitas hidup rakyat dan tokoh dalam ruang sempit fungsi pemerintahan bahkan pembagian keuangan daerah dianggap sebagai aktivitas dalam kalimat pejoratif yakni bagi-bagi kue dalam pembangunan. Dengan begitu maka keberadaan kepala daerah hanya sebagai penguasa kue-kue tersebut dan sejauhmana keadilan dan pemetataan yang mampu mereka implementasikan.  Maka keberhasilan seorang kepala daerah saat ini sungguh sederhana yaitu hanya sejauhmana rakyat mendapat jatah yang negara setiap tahunnya,  tanpa kebijakan benar dari seorang kepala daerah dalam melihat kebutuhan mereka. Akibatnya apa? Terjadi kesenjangan yang parah antara masyarakat yang dimanja dengan APBN dan APBD dan tokoh masyarakat yang kritis yang cenderung dianggap lawan oleh kepemimpinan sempit kepala daerah.

Bagaimana dalam partai politik?  Tokoh politik kritis, tokoh pimpinan partai politik yang telah dikenal dan berada dalam sistem politik partai tersebut dapat kehilangan marwahnya dan lemah dalam kehidupannya akibat pemimpin partai salah memaknai kepemimpinan partai politik.  Karena mereka tidak lagi berkuasa   dan partai menjadi objek yang dianggap simbol perebutan dalam hukum penguasa sebagaimana orang kuat masa lalu dalam pertarungan klasik masa kerajaan yang kuno.

Bagaimana menjaga dan mengawal partai politik yang sebaik-baiknya?  Tidak lain adalah bagaimana pimpinan partai politik itu mengawal secara baik orang yang berjasa dan bertaruh hidupnya untuk partai tersebut sehingga mereka merasa memiliki kekuasaan politik ketika partainya mendapat kepercayaan memimpin rakyat. Menjaga marwah tokoh-tokoh yang kental dengan partai tersebut dan menghargai pemikiran dan sikapnya, mendukung rencananya,  memperkuat peran mereka bila dibutuhkan. Karena mereka telah lama hidup dan bersikap untuk membangun masa depan kelompok politik tersebut, jangan dipandang dalam kasuistik dan menganggap mereka musuh politik pimpinan partai saat ini. Karena dalam banyak hal pengalaman dan ketika seseorang duluar partai politik akan mampu melihat dengan kacamata yang jernih baik terhadap partai politik maupun kepentingan rakyat dimana pimpinan partai politik sekarang yang sedang memimpin belum sampai pada tahapan politik tersebut.

Jika memanage hal semacam itu saja pimpinan partai tidak mampu maka bagaimana mungkin kepala daerah atau pimpinan partai politik dan merawat budaya dan membangun peradaban bagi rakyatnya, sehingga keberadaan daerah yang dipimpin silih berganti tidak mampu mambuat perubahan kehidupan masyarakat dan kepemimpinan hanya sebatas meninggalkan sikap sentimental terhadap rakyat sebagai lips service (kamuplase), padahal jika dikaji dan ditilik dengan ilmu politik dan sosial yang benar keberadaan mereka sebahagian besar adalah murni sebagai Demagog.

Justru karena itulah bangsa-bangsa didunia menempatkan kehormatan tokoh-tokohnya sesuai pada trmpatnya sehingga mereka dikenang oleh manusia dibelahan bumi manapun dan mengangkat negara tersebut dalam marwah dan nilai kebangsaan yang tinggi.  Demikian dalam perspektif kepemimpinan normatif yang kecil sebagaimana partai politik baik ditingkat daerah maupun nasional,  dimana semakin baik dalam nilai tersebut maka semakin baik kualitas dan kepercayaan terhadap partai politik tersebut.  

Salam

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun