Mohon tunggu...
Tarmidinsyah Abubakar
Tarmidinsyah Abubakar Mohon Tunggu... Politisi - Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis adalah Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh

Selanjutnya

Tutup

Politik

Masyarakat Cerdas Tidak Dipisahkan oleh Partai Politik tetapi Antara Sikap Pro Otoriter dan Pro Demokrasi

18 Juli 2021   11:24 Diperbarui: 18 Juli 2021   11:52 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : opini. id

Dengan keberadaan pimpinan yang seorang guru dan kematangannya yang layak maka perbedaan lintas partai hanya pilihan cara pandang, cara berpolitik yang memiliki ruang untuk didiskusikan sehingga meskipun diantara mereka ada yang kritis maka dipandang sebagaimana pekerjaan profesional yang dijalankan untuk mencapai target pekerjaannya.

Sebaliknya kehidupan rakyat tanpa pimpinan yang cerdas maka sudah pasti masyarakatnya hidup dalam sentimen dan emosional, akhirnya bermusuhan lintas kader partai politik bahkan partai politik hanya akan menjadi semacam grub gengster yang sekedar memiliki jaringan dan mengurus kepentingan bisnisnya tanpa mengutamakan kehidupan rakyat tetapi prioritas mereka hanya pada bagaimana mereka bisa berkuasa atas rakyatnya.

Justru karena itulah maka partai politik di dalam negara maupun dalam provinsi dan kabupaten/kota dapat juga menjadi sebahagian ilustrasi bagaimana kondisi rakyatnya. Kalau lintas kader partai dianggap sebagai musuh maka lintas elemen masyarakat sudah pasti terjadi pemisahan dan perbedaan, karena pimpinan politik akan menutup mata terhadap kader partai lain meskipun lebih berkualitas sumber dayanya. Padahal masyarakat Indonesia yang berdomisili di daerah sesungguhnya sama sekali tidak berpolitik tetapi mereka sebatas mencari peluang untuk bertahan hidup, dan memperoleh pendapatannya.  

Sumber gambar : opini. id
Sumber gambar : opini. id
Perbedaan politik warga masyarakat hanya dapat terlihat pada sikap pro terhadap sistem kepemimpinan yang otoritarian dan sikap yang pro kepemimpinan demokratis. Lalu dari argumen yang disampaikan diatas maka ada semacam kesimpulan bahwa masyarakat yang cerdas cenderung memilih hidup dalam kepemimpinan demokratis dan masyarakat tertinggal cenderung terpengaruh dengan sikap yang justru mendukung kepemimpinan otoritarian baik akibat salah mamaknai ketegasan atau ketidaktahuannya terhadap hak politik dan pentingnya keberadaan mereka dalam bernegara. 

Fakta-fakta ini dapat dilihat secara nyata pada sistem kehidupan di negara-negara atau daerah yang masyarakatnya sudah lebih sejahtera yang mereka memilih hidup dalam sistem kepemimpinan yang demokratis.  Sementara fakta lainnya dapat dilihat secara nyata bahwa negara tertinggal dan provinsi tertinggal cenderung berada dalam sistem kepemimpinan otoriter bahkan pemerintah cenderung dhalim terhadap rakyatnya sendiri.

Dua pilihan ini memberi indikasi bahwa masyarakat tersebut sebagai indikasi masyarakat modern dan maju akan cenderung memilih kenyamanan, bermusyawarah dan mufakat sementara rakyat tertinggal mencari recehan dari tuan yang bisa memberi langsung kepadanya tanpa berpikir untuk masa depannya dan perubahan nasibnya. 

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun