Kecerdasan seorang pemimpin politik diharapkan untuk berjuang bagi hak-hak politik masyarakat. Memang tidak mudah kita dapatkan di suatu negeri. Karena mereka akan berhadapan dengan resiko dan pendhaliman oleh penguasa politik yang telah dipercaya rakyat.
Terkadang penghargaan tokoh politik rakyat juga tidak pernah setimpal dengan pekerjaan mereka, maka perubahan suatu bangsa sulit dicapai bahkan membutuhkan waktu ratusan tahun bahkan abad sebagaimana sejarah bangsa-bangsa di dunia.
Tulisan ini bertujuan meluruskan pemikiran terhadap tokoh atau pemimpin politik yang berjuang untuk perubahan rakyat yang dibunuh karakternya. Penulis menyampaikan logika dengan pemantauan terhadap kredibilitas seorang Profesor Politik Lulusan Perguruan Tinggi Al-Azhar University, Cairo, Mesir (1981) Chicago University, Chicago, USA (1984) George Washington University (postdoctoral degree, 1988-1989) dan kiprah politiknya berorientasi pada penguatan politik ummat Islam dunia, yaitu Prof. Amien Rais.
Dalam salah satu teori politik disebutkan masyarakat pemilih tidak pernah berterimakasih, jika hari ini anda memberikan sesuatu (dalam parspektif politik) besok dan lusa anda bisa menyajikan apa lagi?
Maka partai politik harus bisa terus memberi harapan untuk mencapai tahapan perbaikan hidup kepada pemilihnya. Hal ini menjadi sesuatu yang aneh bagi pemilih awam karena dianggap memberikan harapan. Padahal setiap hari masyarakat menyaksikan para politisi menyampaikan pendapat dan sikapnya yang ringkas melalui statemennya di media sosial. Itulah sesungguhnya bahagian dari harapan yang tidak pernah disadari oleh pemilih apalagi mereka menyimpan dan mempermasalahkannya bahkan masyarakat cuek dan tidak peduli dengan statement politik para politisi.
Maksudnya bagaimana? Misalnya presiden membuat kebijakan publik yang bertentangan dengan rakyat, maka para pemimpin lain dibutuhkan sikap yang menentang atau berbeda haluan maka sesungguhnya mereka sedang menyampaikan bahwa jika kepemimpinan politik pada kekuasaan presiden maka mereka tidak akan membuat dan melakukan pekerjaan seperti itu. Perihal bagaimana mereka akan melakukan mereka tidak perlu menyampaikannya karena hal itu tugasnya mereka yang menduduki jabatan tersebut, itulah kritik dan mentalitas oposisi secara normatif.
Tetapi pertanyaannya, apakah rakyat secara dominan paham yang dilakukan oleh pemimpin politik dan para politisi?
Kalau rakyat paham tidak mungkin para politisi diam dan tidak membela rakyat. Karena mereka akan kuatir pada pemilu rakyat tidak memilihnya. Tapi realita politik di negeri kita bagaimana? Ya tentu saja terbalik dari ilmu politik yang sesungguhnya. Justru karena itu orang berpolitik tidak ubahnya seperti jaringan bekerja pada pemerintah karena jika tidak begitu mereka tidak mendapatkan bahagian dan fasilitas negara bahkan mereka akan kesulitan berpolitik dengan cara menyogok rakyat.
Bagaimana dengan Prof. Amien Rais?
Amien Rais berpolitik membela hak-hak rakyat sehingga penataan negara menjadi normal sebagaimana ilmu politik dan ilmu negara yang benar sebagaimana teori, ilmu dan pilihan yang sulit dengan kondisi rakyat Indonesia.
Sehingga pemahaman rakyat yang kabur dalam politik dan bernegara apalagi buta politik mengganggap Amien Rais membuat kekacauan dengan pembelaan-pembelaannya terhadap kelompok politik yang tertindas dan hak rakyat yang terdhalimi. Apalagi rakyat tidak terbudayakan dengan sistem politik demokrasi yang terselewengkan oleh pemimpin politik di negeri ini.