Mohon tunggu...
Tarmidinsyah Abubakar
Tarmidinsyah Abubakar Mohon Tunggu... Politisi - Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis adalah Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mengenal Pengkhianat Politik yang Sesungguhnya

17 Maret 2021   13:34 Diperbarui: 17 Maret 2021   13:37 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Freeimages.com

Justru karena itu, maka orang sering mempersepsikan seseorang sebagai pengkhianat politik padahal mereka sama sekali tidak memahami pengkhianat politik. Sebahagian besar terjerumus dalam kesalahan persepsi sosial dimana pengkhianat politik itu diartikan pengkhianat konspirasi kelompok politik, sebatas berbeda pandangan dan seseorang yang tidak sesuai dengan kelompoknya, padahal dialah yang benar dan masih setia dengan perjuangan politik.

Oleh karena itu kekuasaan partai politik sesungguhnya tidak ditangan ketua umum dan pengurusnya tetapi pada kebenaran mempersepsikan tujuan politik sebagaimana perencanaan politik yang melahirkan partai atau menggunakan partai sebagai alat politik.

Maka ketika demokrasi dimasa-masa kualitasnya baik untuk tujuan membesarkan organisasi lembaga seni sebagaimana opera, para penontonpun ikut dilibatkan dalam memilih pemimpin opera dan suara mereka dihargai demi kepentingan bersama.

Hal ini menjadi budaya politik yang mesti dikawal secara baik dan siapapun pemimpin dipilih wajib menghormati kaidah-kaidah yang berlaku dalam pengelolaan opera tersebut.

Dalam kasus ini ketika terjadi perubahan dalam kepemimpinan seseorang dan menghilangkan nilai-nilai yang berlaku dalam menghormati elemen penonton yang dianggap penempatan posisi dan keberadaan masyarakat, maka  pemimpin itulah yang berkhianat dalam politik dan menjadikan alat politik untuk kepentingan pribadinya. Sementara pengurus yang lain hanya pengikut dan menganggap pengkhianatan itu sebagai langkah praktis yang tidak perlu merepotkan penonton yang mewakili masyarakat. Apalagi bagi mereka yang tidak paham dalam nilai pelibatan suara penonton bahkan mereka anggap sebagai sampah.

Sementara yang berjalan dalam mempertahankan akan menjadi korban bahkan dialah yang dianggap sebagai pengkhianat oleh masyarakat umum. Kenapa? Tentu saja karena kekuasaan sudah digunakan oleh mereka yang bermental perampas dalam organisasi itu. Maka seringkali orang baik menjadi korban yang sering diistilahkan sebagai korban politik dan ia akan tinggal sendiri dalam berjuang untuk mengembalikan nilai-nilai yang dibangun untuk membangun kegiatan dengan rakyat supaya organisasi tersebut milik bersama dan organisasi tersebut tetap menjadi asset masyarakat.

Lalu, yang mana pengkhianat partai politik?

Dengan sampel diatas, jika organisasi opera tadi sebagai partai politik maka pengkhianat yang sesungguhnya adalah pemimpin opera yang merubah nilai-nilai yang berlaku dalam pengelolaan organisasi dimaksud.

Sementara orang atau pemimpin yang berpolitik masih terus menjalankan tugasnya dalam politik meski partai politik itu tidak lagi melibatkan dirinya dan fungsi partai hanya menjadi alat pragmatis sebatas melancarkan usaha mereka mencari uang tanpa mempertimbangkan platform dasar perjuangan organisasi politik.

Justru karena itulah maka pemimpin politik berbeda dengan pemimpin partai politik yang sebatas alat politik bagi pemain politik yang sesungguhnya. Maka jangan heran ketika seseorang pemimpin politik tidak pernah berhenti memperjuangkan misi politiknya karena ia tidak dibatasi oleh jabatan yang biasa yang diperebutkan oleh kalangan kader partai politik yang isinya sesungguhnya kosong tanpa misi dan visi atau tujuan politik.

Alhasil partai politik hanya sebatas  pemulusan administrasi politik yang seringkali menguras uang negara karena tanpa pertimbangan tujuan politik rakyat. Pemimpin partai politik senantiasa berganti, pemimpin rakyat senantiasa berubah sementara cita-cita rakyat semakin menjauh dari kehidupan rakyat itu sendiri bahkan kehidupan rakyat semakin hari semakin parah dan terposisikan sebagai objek yang dipermainkan oleh pemimpinnya tanpa disengaja tetapi karena ketidaktahuan dan wawasan pemimpin yang diangkat oleh rakyat yang sangat sempit dan terbatas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun