Mohon tunggu...
Tarmidinsyah Abubakar
Tarmidinsyah Abubakar Mohon Tunggu... Politisi - Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis adalah Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh

Selanjutnya

Tutup

Politik

Fungsi Agama Hilang Negara Berantakan

14 Maret 2021   09:37 Diperbarui: 14 Maret 2021   09:42 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : pexels


Oleh : Tarmidinsyah Abubakar

Karena keimanan adalah bentuk komunikasi antara manusia dengan tuhannya maka sebenarnya tidak ada seorangpun manusia yang bisa mengukur tingkatan keimanan manusia lain.

Selama ini melihat keimanan pada seseorang hanya dengan cara pandang manusia dan menjadi ukuran seseorang atau menjadi referensi dalam mengklaim seseorang dalam tingkat ketaatannya beragama.

Manusia hanya bisa mengetahui seseorang itu dalam batas bahwa ia seseorang yang memiliki agama, tetapi sulit untuk mengetahui, apakah orang itu benar-benar beragama yang dinyatakannya kepada manusia lain sebagaimana mengucapkan dua kalimah syahadat ketika seseorang masuk agama Islam. Selebihnya sulit diukur dalam perspektif keimanan dan ketaatannya apalagi seseorang tidak bisa dibaca dalam prilakunya sehari-hari.

Misalnya seseorang yang beragama Islam, indikator ketaatannya hanya pada faktor menunjukkan rutinitas shalatnya dan yang terlihat oleh manusia lain hanya ketika ia melakukan di tempat ibadah seperti mesjid dan tempat ibadah atau sejenis itu.

Berikutnya dalam bulan Ramadhan mereka terlihat berpuasa secara fisik, tetapi bukan tidak ada diantara kita yang berpuasa dihadapan manusia lain dan sesungguhnya dia tidak berpuasa.

Lalu, apa yang anda pikirkan tentang agama? Apakah ia sebatas pandangan lintas manusia yang mempertegas hemoninya atau dipahami sebagai aturan tuhan yang jauh dari penilaian manusia terhadap manusia lainnya.

Nah,,,,jika hal itu diimani sebagai pekerjaan tuhan dan pribadi makhluk maka beragama bukan milik petinggi dalam agama sebagaimana jabatan dalam pemerintahan. Dimana pemimpin negara adalah presiden, petinggi provinsi adalah gubernur dan seterusnya. Tanpa hukum yang baik dan penerapannya maka semua urusan akan bergantung kepadanya.

Intinya dalam beragama warga masyarakat berbeda dengan tata cara pelaksanaan birokrasi, bahwa masyarakat akar rumput sulit bertemu dan bertukar pikiran dengan presiden atau gubernur. Sementara dalam agama peluang mensesneg, atau sekda sama dengan petugas kebersihan atau penganggur dalam bertemu tuhan.

Kenapa perlu kita kaji masalah ini yang sebenarnya masalah yang kita dapatkan dalam kehidupan kita sehari-hari yang semua manusia menghadapinya. Tapi tahukah kita dalam berbagai masalah rutinpun terdapat berjuta cara yang berbeda pada setiap orang tergantung pada wawasan dan ilmu pengetahuannya.

Contoh lain misalnya dalam masalah kebiasaan menempatkan kunci sepeda motor saja anda bisa menghabiskan setengah dari umur hidup anda dalam pengurusannya jika tidak mampu mengaturnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun