Oleh : Tarmidinsyah Abubakar
Broker tidak mau tahu tentang nasabah, mereka hanya mencari cara menggaet nasabah (klien) setelah dapat mereka hanya mencari cara bangkrutkan klein atau pedagang, agar pedagang menambah uangnya untuk menambah deposit dan membangkrutkan lagi kleinnya.
Jangan dikira broker mengawal pedagang supaya untung, no sen, jangan berharap untuk tujuan pedagang sebagaimana dalam benak anda. Mereka tidak bisa mengaturnya dan yang bisa mereka lakukan adalah mengambil untung dari perdagangan anda. Kecuali broker jahat atau penjahat pasar keuangan yang mempertaruhkan perdagangan klien dengan sistem judi.
Secara sentimen, hubungan klien dengan broker dan costumer servicenya yang cantik-cantik itu seakan cukup prospek membantu nasabah, padahal mereka sama sekali tidak peduli dengan masalah anda, selama anda ada uang mereka hormati tak ada uang mereka berharap mampu mencarinya, bila juga tidak sanggup maka mereka bersabar dan diam sambil menunggu anda mendepositkan.
Kalau bermasalah dengan broker mereka akan mencari cara untuk merugikan klein, dalam setiap perdagangan anda dapat dilakukan berbagai cara untuk membuat kliennya rugi, baik dengan dalih gangguan server dan berbagai dalih yang dirasionalkan untuk mengaburkan klien. Sekuat apapun argumentasi dan bukti kecurangan broker dalam perdagangan tersebut tidak akan mempengaruhi pengembalian uang kliennya.
Lalu anda akan berdebat dengan custumer service, mereka sudah pasti minta bukti, screen shot perdagangan anda yang berlangsung dalam waktu singkat, sudah pasti sulit bagi klein membuktikannya. Pokoknya klien tetap saja rugi dalam aktivitas usaha dan harapan trading untuk keuntungan, apalagi berharap menjadi kaya.
Pada akhirnya klien akan berada pada titik maklum terhadap profesi tersebut dengan resiko yang yang cukup besar dan menghabiskan uang masyarakat namun kecanduan sebagaimana judi telah merasuki sehingga banyak mereka tidak bisa berhenti. Apalagi market trading itu akan tetap saja ada selama sistem ekonomi dunia diatur dengan hukum permintaan dan penawaran.
Lalu, apakah dunia forex, commodity, crypto, metal dan lainnya yang dikemas dalam perdagangan dengan indeks yang disamakan atau mengikuti indeks perdagangan total di dunia? Â
Atau harga-harga dalam dunia trading tersebut hanya berdasarkan jumlah permintaan dan penawaran dari sejumlah pemain yang mendaftar untuk itu, yang kemudian menyesuaikan harganya pada awal pembukaan dan penutupan harga setiap harinya saja, atau dalam istilah trading hanya untuk (Time Frime Daily).
Sementara dalam Time Frime lainnya yang lebih singkat berkait dengan eksekusi-eksekusi rutinnya diserahkan pada mekanisme pasar dalam batasan pemain forex yang terdaftar tersebut sebagaimana pertaruhan pada bandar judi?
Jangan anggap enteng, karena secara prinsip hal inilah yang menentukan perdagangan pasar derevatif ini menjadi judi, haram atau halal. Singkatnya begini lho,,,,,naik turunnya grafik itu ditentukan oleh jumlah uang beredar dalam jumlah pemain itu sendiri, misalnya pemainnya yang memiliki akun di dunia forex sekitar 100 ribu orang, sementara jumlah uang seluruhnya 2 Trilyun. Waktu eksekusi berdasarkan time frime 5 Â menit, 15 menit, 30 menit, 1 jam, 4 jam, 1 hari, 1 minggu dan satu bulan.
Hal ini tentu bisa diatur oleh Bandar semagaimana judi yang mempertaruhkan naik atau turun sebagai taruhan. Ketika banyak persen pemain yang memilih naik maka marketpun turun, sebaliknya jika dominan pemain memilih harga turun maka kebijakan harga marketpun menjadi naik. Sehingga indikator selalu saja tidak konsisten dan para trader hanya menghabiskan waktu untuk belajar namun ilmunya tidak secara konsisten dapat menentukan flutuasi harga di market dengan berbagai dalih, ilmu ini sama saja dengan ilmu judi yang menggunakan tebakan. Karena ketidakpastian tersebut maka terkadang benar terkadang salah, kadang menang kadang kala kalah. Bila sistem trading juga demikian maka tentu tidak berbeda dengan judi.
Tetapi jika pasar derevatif tersebut menggunakan semua faktor perdagangan didunia dan faktor-faktor diluar pemain dipasar online tersebut maka kemungkinan pengendalian pasar akan sulit dan tidak bisa dengan mudah sepenuhnya dikuasai bandar.
Karena itu pula para broker juga tidak bisa bermain curang untuk mempermainkan uang kliennya atau uang trader. Karena itu maka penyimpanan uang cadangan yang tidak digunakan untuk bertrading akan lebih aman dan broker yang benar akan mengamankan uang klein dengan akun terpisah (segregated account) dimana uang tersebut hanya bisa digunakan oleh trader sendiri bukan oleh perusahaan broker atau untuk kepentingan mereka.
Lalu kenapa begitu sulit para trader dalam melakukan jual dan beli di market trading seperti forex, commodity, crypto dan lain-lain? Bukankah grafik naik dan turunnya bisa dengan gampang dilihat? Inilah yang disebut oleh orang-orang yang cerdas dalam memutar otak sekaliber "Rocky Gerung" dalam wawancaranya bahwa bingung dengan market, ketika kita beli naik, harga justru turun, sentara ketika kita beli turun justru harga market naik.
Tetapi, yang perlu diingat bahwa pasar forex, commodity, crypto, metal dan lainnya adalah pasar yang dinamis sehingga sulit untuk 100 persen di prediksi. Tetapi faktor-faktor indikator yang kita gunakan mendekati kebenaran dalam banyak analisa. Kalau banyak yang salah persepsi maka bisa disebut market itu sebagai anomali market dan tidak rasional serta jauh dari logika ilmu pasti.
Semoga para broker jika tidak bisa membantu minimal tidak merugikan masyarakat dan sedianya mereka memberi keterangan dan bisa menjelaskan secara terbuka tentang finansial market tersebut agar tidak terlalu banyak orang yang menuntut ilmu trading puluhan tahun sementara market dikendalikan oleh bandar.
Tulisan ini sebagai perpanjangan lidah masyarakat, yang mengharapkan respon broker yang bertanggung jawab untuk menjelaskan rahasia-rahasia yang mereka paham dalam dunia trading, demi membantu masyarakat dan mereka tidak terjebak dalam ilmu trading yang tidak menjamin masa depannya.
Broker yang benar akan memberi keterangan yang sungguh-sungguh, broker jahat akan tertawa ketika klein bangkrut dan kita sedang menghadapi perang moralitas bukan lagi soal sebangsa dan setanah air tetapi tentu saja antara si baik dan si jahat serta si pintar dan si bodoh.
Sungguh kasihan warga masyarakat yang sedang menghadapi masalah ekonominya, seharusnya bisa dibantu untuk mengurangi beban karena disana juga terdapat kehidupan anak-anak, istri-istri (perempuan) dan orang tuanya, bukan malah sebaliknya, menambah siksa dan kemelaratan mereka.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H