Sementara pembaca artikel lebih sering menyendiri dan tidak ingin diganggu sebagaimana pembaca buku yang kualitas membacanya lebih tinggi. Namun mereka juga dapat terlihat terbahak jika bertemu sesama pada tempat-tempat ketika mereka mencari hiburan.
Tanpa kita sadari kehidupan warga dalam membaca dan berkumpul dapat menjadi budaya yang mencirikan warga masyarakat disuatu negara atau daerah atau kampung. Sehingga kita paham bagaimana menghadapi warga masyarakat ketika akan berkunjung ke suatu tempat.
Secara rata-rata masyarakat yang lebih fokus terlihat lebih tenang, dan jauh dari intrik, mereka senantiasa dipenuhi dengan aktivitas dalam dirinya dan tidak mengutamakan tampilan fisiknya tetapi lebih mengutamakan isi otaknya. Dalam perspektif masyarakat umum di negeri kita akan menilai mereka sebagai manusia cuek, dan kurang peduli (care) dengan kondisi sosialnya.
Berikut dalam usaha membangun masyarakat untuk mencapai tujuan bernegara maka kita bisa menghantar kecenderungan prilaku warga masyarakat. Memahami dan membawa tahapan tingkat kemajuan dengan standar pemikiran masyarakat disuatu tempat dengan mengubah kebiasaan melalui motivasi mereka terutama oleh mereka yang menjadi pimpinan masyarakat dan negara.
Misalnya Kepala Daerah untuk merubah kecenderungan dan prilaku sosial lebih banyak menarik minat warganya untuk berpertisipasi dalam aktivitas membaca, berdiskusi, mengorganisir dan membuka jalan  agar warga masyarakat berminat mempelajari sesuatu yang dianggap penting bagi kehidupan bersama secara kualitatif. Dengan pimpinan daerah memahami pembentukan dan pembangunan sosial maka mereka akan lebih mudah memanage masyarakatnya bahkan hanya dengan minat mereka sendiri.
Untuk realita kehidupan masyarakat disuatu tempat atau masyarakat di suatu negara yang lebih maju bisa dilakukan pantauan, survey dan penelitian. Meski belum menjadi teori baku tetapi perbedaan prilaku warga masyarakat akan membuktikan produktifitasnya, maju, pintar atau tertinggalnya. Secara umum warga masyarakat tertinggal sibuk dengan handphone, warga masyarakat negara maju lebih fokus dengan buku dan artikel atau aplikasi bacaan meski perangkat elektroniknya sama.Â
Warga masyarakat di negara maju lebih fokus membaca buku, mempelajari teori, atau menamukan kunci-kunci dalam kehidupan sosialnya. Sementara warga masyarakat tertinggal lebih gaduh dan heboh dimana-mana untuk beratraksi serta bertepuk tangan pada substansi semangat kemenangan atau dianggap kemenangan meski pada hakikatnya mereka sedang menjalani proses kekalahan untuk jangka panjang.
Begitupun dalam kepemimpinan sosial dan pemerintahannya, pemimpin hanya menampilkan atraksi dalam kepemimpinan atau menunjukkan diri sebagai pemimpin yang berpihak ke rakyat untuk mendapat pujian, tepuk tangan, kekaguman dan kharismatik. Tapi sentuhan kepemimpinan tidak sejengkalpun mengantarkan perbaikan sosial, perbaikan hidup mereka bergantung secara alamiah dan nasibnya (dalam perspektif religius) atau akibat perubahan global.
Maka doa kepada tuhan adalah alat mujarab bagi warga masyarakat untuk mengampuni pemimpin gagal merubah masa pencapaian tahapan kesejahteraan sebagaimana amanat konstitusi negara. Karena apa?
Tentu karena nasib warga masyarakat bergantung di tangan tuhan, dan tuhan belum waktunya merubah nasib suatu rakyat maka mereka harus menerima takdirnya. Hukum ini menjadi ruang sejuk pemimpin untuk berlindung dari kegagalannya di negara-negara tertinggal.
Meski pahit dan yakin pembaca akan membenci penulis tetapi hal ini adalah nyata dan penulis harus menyampaikannya meski dalam media terbatas, terutama judulnya yang menohok. Mohon maaf kepada semua ya.