Justru karena itulah disebut memimpin itu adalah seni memerintah. Seni memerintah itu ibarat menarik rambut dalam tepung. Maka dalam melakukan perintah meski dalam kekuasaan pemerintah ada berbagai pertimbangan yang menjadi landasan yang biasanya, dimuarakan pada yuridis, historis, psikologis dan perfeksionis.
Tetapi kenapa saat ini di negara kita model perintah tanpa landasan dimaklumi dan dianggap hebat oleh masyarakat? Jawabnya karena budaya memimpin dinegara kita adalah budaya baru yang mana kita sebagai anak bangsa butuh belajar keras untuk itu sehingga memimpin mencapai kualitas dan kapasitas yang normatif.
Ketika sebahagian besar masyarakat sampai pada titik itu maka kita bisa membedakan pemimpin yang sesungguhnya dan tidak lagi menyeret politik dan kepemimpinan ke ranah jual beli suara. Ilustrasinya sikap dan keputusan memilih rakyat terhadap pemilu, pilpres dan pilkada dan dimulailah berarti visi dan misi, ide, gagasan dan kedaulatan rakyat sesungguhnya.
Kebolehan seseorang pemimpin bukan karena penghargaan negara asing, penghargaan birokrasi, penghargaan lembaga internasional, penghargaan lembaga swadaya masyarakat dan lain-lain tetapi kepercayaan rakyat terhadap pejabat, pemimpin dan pemerintah secara umum sudah pasti akan pulih. Kemudian rakyat akan memiliki kriteria pemimpin yang benar dalam pemikirannya masing-masing.
Salam
*****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H