Mohon tunggu...
Tarmidinsyah Abubakar
Tarmidinsyah Abubakar Mohon Tunggu... Politisi - Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis adalah Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kalau Begini Negara, Rakyat Menanti Apa?

5 Januari 2021   16:20 Diperbarui: 5 Januari 2021   16:56 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Realita ini tidak hanya terjadi selama satu rezim pemerintahan, tetapi saban rezim yang selalu membuat situasi rakyat sebagai penonton prilaku orang-orang yang berjalan di depannya. Rakyat terbodohkan sebagai yang bertepuk tangan atas kemenangan politik sebagaimana menyaksikan tayangan sinetron adu siasat kehidupan sebatas prilaku tokoh baik dan antagonisnya yang cenderung culas.

Anehnya, tidak satupun kita temukan yang mengundurkan diri dari jabatan atas kesadaran jika tidak sanggup menghadapi masalah bangsa dan rakyat sebagaimana sikap para petinggi negara lain yang bahkan mereka bunuh diri akibat budaya malu ketika mereka tidak sanggup menjalankan amanah yang diberikan rakyat.

Hipotesa politik ini, tentu membawa pada kesimpulan bahwa para petinggi yang berjabatan sebagai pengurus organisasi negara ini hanya menikmati jabatan dengan segala fasilitas untuk status sosial dan sekedar memiliki kekuasaan untuk menundukkan orang sebagaimana  jabatan dalam sistem kekuasaan masa penjajahan Belanda di Indonesia.

Jika begini, maka sudah seharusnya rakyat harus mempersiapkan alternatif untuk merencanakan yang terbaik untuk merubah kehidupannya dalam konteks bernegara. Logikanya harapan terhadap negara yang sekarang telah tertutup. Tapi kenapa hal ini tidak terjadi? Mungkin saja sebahagian besar rakyat Indonesia dalam mentalitas terjajah, belum mengalami pemulihan, karena penjajahan di tanah air kita berabad-abad lamanya.

Sehingga rakyat masih melihat negara sebagai wadah yang turun dari langit bukan suatu rekayasa pemersatu untuk kepentingan hidupnya dan karena rakyatlah negara ini ada. Jika ada yang berpikir bahwa sebaliknya yakni adanya negara maka adanya rakyat maka dapat disimpulkan bahwa rakyat dalam negara ini belum bisa dianggap mumpuni.

Jika negara dianggap tidak mampu membawa kesejahteraan pada rakyatnya maka negarapun dapat dievaluasi dan dirubah, baik sistem, bentuk dan lain-lain yang lebih efektif untuk membawa pada rencana strategis untuk pencapaian tujuan bernegara.

Apakah pemikiran ini digolongkan sebagai pemikiran makar? Tergantung ilmu pengetahuan dan wawasan bernegara kita masing-masing. Pada kelompok masyarakat tertinggal tentu membaca tulisan ini sebagai kritik negara, tapi bagi kelompok warga negara yang mumpuni akan memahami tulisan ini sebagai pemikiran warga negara yang menaruh harapan dalam membangun negari ini.

pexels-ketut-subiyanto-4545965-5ff437c98ede487e6f00211f.jpg
pexels-ketut-subiyanto-4545965-5ff437c98ede487e6f00211f.jpg
Pexels

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun