Mohon tunggu...
Tarmidinsyah Abubakar
Tarmidinsyah Abubakar Mohon Tunggu... Politisi - Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis adalah Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kepemimpinan Jokowi dan Reshuffle Kabinet dalam Kacamata Rakyat Biasa

23 Desember 2020   16:23 Diperbarui: 23 Desember 2020   17:35 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : twitter@jokowi

Justru karena terjadi stagnasi dalam bangunan politik kepentingan kelompok politik maka terjadilah konsolidasi politik yang berorientasi pada pemeliharaan dan mempertahankan kekuasaan, sehingga masyarakat hanya menyaksikan permainan politik para elit politik dalam bernegara, sementara pembangunan masyarakat sendiri terlantarkan, namun masyarakat tersebut akan larut dalam hiburan sebagaimana aktivitasnya menikmati siaran televisi sepanjang hari dan sepanjang hidupnya. Lalu masyarakat di negara itu akan tumbuh sebagai masyarakat pemilik issu dan masyarakat informatif yang akhirnya hanya bisa membangun sentimen-sentimen dalam kehidupannya dan tentu mereka akan lalai dalam faktor simpati, dukung mendukung tokoh politik dalam barisan politik yang sesungguhnya berputar-putar dalam labirin kekuasaan sempit.

Sebagai contoh kekinian, misalnya pemerintah sedang menghadapi kelompok FPI yang dianggap berat,  kemudian pemimpin pemerintahan melakukan konsolidasi kekuatan politik menghadapi FPI, tentu saja power-power politik dalam masyarakat yang berhaluan kontra akan menjadi elemen penting yang bisa menempatkan anggota kabinet untuk tujuan menghadapi politik pragmatis.

Jika ini yang berlaku, lalu dalam konsep pembangunan rakyat dan pembangunan bangsa Indonesia, adakah resufhel ini memberi manfaat ke tujuan berbangsa dan bernegara dimaksud?

Jawabannya kita akan kembali dibelenggu dalam politik pragmatis yang berorientasi pada kekuasaan dan penguasaan negara. Oleh karena itulah maka negara ini stagnan dalam pembangunan rakyatnya terutama dalam nilai-nilai kebangsaan yang samakin menipis dan hal inilah yang membuka peluang bangsa lain untuk melakukan agresi kolonialisasi psikis dan mentalitas kebangsaannya.

Karena apa? Tentu saja karena para elit bangsa kita hanya membangun konsolidasi politik pragmatis dalam kekuasaan bukan konsolidasi kebangsaan yang solid dengan segala kompetensi rakyatnya.

Lalu, dampak apa yang akan timbul berikutnya? Tidak lain adalah munculnya biang-biang atau alur yang akan menghadapkan kelompok masyarakat, pecah belah dan adu domba yang tidak dapat dihindarkan karena kompetisi persaingan jabatan kekuasaan dan kepentingan sempit dalam bernegara.

Penunjukkan dan penundukan, pembuktian kehebatan, penujukan kesaktian akan mewarnai kehidupan pemerintah dan masyarakatnya hanya berposisi sebagai penikmat tontonan sandiwara politik. Karena itulah akhirnya politik mengajarkan rakyat dalam nilai yang berkontra dengan politik berbangsa dan bernegara yang sesungguhnya.
Buktinya apa? Bangsa Indonesia semakin sulit melahirkan negarawan-negarawan dalam politik yang kualitasnya berstandar politik yang normatif.

Saya masih berpengharapan dugaan resufhel ini tidak mengarah pada fakta-fakta politik yang dihadapi pemerintah Jokowi saat ini. Saya sebagai penulis dan warga negara Indonesia yang secara sadar dan dewasa menjadi warga negara masih menaruh harapan yang besar terhadap perbaikan kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga politik elit negara dapat mengantarkan perwujudan kesejahteraan kehidupan rakyat secara bertahap yang jauh sebatas konsolidasi barisan konspirasi dan semoga rakyat Indonesia semakin cerdas.

Tulisan ini tidak bermaksud mengajarkan pemimpin berpolitik dan bernegara tetapi lebih sebagai penilain dan harapan warga masyarakat yang menanti kehadiran negara dalam dirinya atas kepemimpinan presiden Jokowi.


Semoga!

sumber : twitter@jokowi
sumber : twitter@jokowi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun