Kenapa ini sering terjadi? Jawabnya adalah faktor mentalitas yang tidak memenuhi standar hidup bermasyarakat bahkan standar berkelompok juga lemah sekali. Faktor apa? Akibat faktor wawasan dan ilmu pengetahuan tentang kerjasama, tentang manajemen hidup, tentang hak-hak orang lain. Lalu apakah yang menguasai perusahaan atau organisasi lainnya adalah mereka yang bermental kapitalis? Jawabnya tentu saja benar dan anggota lainlah yang membuat orang tersebut diposisi itu.
Karena ketidak biasaan dalam konsep dan manajemen hidup dimasyarakat, akhirnya kita bekerja tanpa menggunakan aturan main sebagai pegangan kesepakatan. Sehingga yang terjadi  diantara dua, tiga orang itu adalah saling mencurigai, pemahaman yang berbeda, saling fitnah, saling tunduh dan terakhir pecah belah.
Lalu dengan cara apa kita menjalani hidup rutin berkaitan dengan komunikasi dan berinteraksi sesama warga? Kalau kita kaji alatnya itu masuk dalam sentimen dan emosional meski sering kita membungkus dengan kata dan sekaligus mengorbankan silaturrahmi.Â
Karena berbeda kualitas silaturrahmi pada jaman dahulu, dimana warga masyarakat dengan akrivitasnya sendiri yang mamdiri meski bertani, berkebun dan melaut. Mereka tidak diatur secara total hidupnya oleh kebijakan negara atau politik. Karena itu keterkaitan dan kepentingannya saling berbeda, hanya sedikit dari masyarakat yang berada dalam sistem politik atau kekuasaan. Tetapi sekarang nyaris seluruh lapisan masyarakat dalam kepentingan kekuasaan negara bergantung hidupnya.
Carut marutnya kondisi sosial bisa ditimbulkan kesalahpahaman warga dalam memaknai arti kata politik, pembangunan, organisasi dan sebagainya yang merupakan alat-alat penertiban sosial dalam berbangsa dan bernegara.
Justru karena negara adalah sebagai organisasi terbesar, maka wawasan dan ilmu pengetahuan rakyat perlu lebih dalam hal keorganisasian, apalagi masyarakat akan berkelompok besar dan kecil secara organisasi.Â
Oleh karena itulah maka konsep dan manajemen hidup msyarakat menjadi kebutuhan mendasar karena dengan kepahaman terhadap ruh berorganisasi itulah terbangun kehidupan sosial yang benar, bukan larut dalam sikap manusia yang lain menilai manusia lagi sebatas lebel baik atau buruk. Padahal semua manusia memiliki kedua sisi itu tergantung wawasan dan kondisi hidupnya.
Semoga!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H