Mohon tunggu...
Tarmidinsyah Abubakar
Tarmidinsyah Abubakar Mohon Tunggu... Politisi - Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis adalah Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menteri Agama Mendhalimi Rakyat Jika UIN Ar-Raniry Dibiarkan

7 November 2020   13:01 Diperbarui: 7 November 2020   13:05 1172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh : Tarmidinsyah Abubakar

Salah satu faktor yang memberi andil besar dalam pembangunan suatu daerah adalah kredibilitas Perguruan Tinggi. Lulusan-lulusannya menjadi pemimpin bidang kehidupan generasi masyarakat dalam kepemimpinan di daerah juga kepemimpinan nasional.

Oleh karena itu kredibilitas suatu Perguruan Tinggi bukan hanya soal bagaimana tanggung jawab pimpinannya terhadap mahasiswa dan orang tuanya. Dalam hal ini pemimpin Perguruan Tinggi (Rektor dan Manajemennya) juga harus bertanggung jawab terhadap sumber daya manusia (human resource) daerah dan negaranya.

Banyaknya jumlah orang miskin disuatu daerah, banyaknya jumlah angka pengangguran secara keseluruhan maupun pengangguran intelektual secara lebih khusus adalah indikator kelemahan Perguruan Tinggi. Karena mereka hanya sebatas menghasilkan sumber daya birokratis yang bertujuan menjadi pegawai negeri. Itu sebagai contoh pembangunan mentalitas masyarakat disemua daerah dalam negara.

Atas dasar vitalnya peran dan fungsi Perguruan Tinggi di daerah maka sudah sewajarnya tuntutan kualitas pengelolaannya diprioritskan. Sehingga semua aparatur yang bekerja sebagai tenaga edukatif, administratif dan mahasiswa-mahasiswinya mendapatkan perlakuan adil oleh pemimpinnya dalam hal ini Rektor dan manajemennya.

Oleh karenanya kepemimpinan (leadership) suatu Perguruan Tinggi itu seyogyanya lebih baik dari kepemimpinan lembaga lainnya bahkan dengan lembaga-lembaga lain pemerintah itu sendiri. 

Karena Perguruan Tinggi secara total terdiri dari para guru besar yang juga penanggung jawab pendidik generasi masyarakat, sehingga wajar ditempatkan manajemennya sebagai teladan bagi lembaga-lembaga lain.

Jika Perguruan Tinggi dipimpin sebagaimana lembaga politik maka sudah pasti akan ada kompetisi tidak sehat dalam menentukan para pimpinannya, apalagi pemahaman demokrasi pada bangsa kita belum sesempurna pemahaman dan kematangan demokrasi pada bangsa yang terlebih dahulu mengenalnya.

Signal yang memberitahukan bahwa kepemimpinan Perguruan Tinggi itu bobrok adalah adanya sikap dan laporan para guru besarnya terhadap kebobrokan tersebut, adanya komunikasi yang tidak sehat lintas tokoh-tokoh Perguruan Tingginya, sehingga menimbulkan ketidakpercayaan serta terjadinya suatu manajemen yang tertutup.

Sikap Para Guru Besar

Sikap dan laporan para guru besar sebuah Perguruan Tinggi tentunya bukan sesuatu yang mudah dilahirkan dan disampaikan kepada menteri dan departemen, karena mereka juga telah mempertaruhkan kredibilitasnya tersebut dimata rakyat, dimata kementerian dan departemen serta dihadapan Tuhan bahkan memilih berhadapan dengan temannya yang rektor itu pun bukan perkara gampang bagi mereka yang sudah berada dikalangan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun