Oleh: Tarmidinsyah Abubakar
Sebagai pemimpin politik yang telah membawa perubahan bagi bangsa Indonesia Prof. Amien Rais telah diselamatkan Allah untuk meninggalkan Partai Amanat Nasional yang didirikannya.
Memang sulit bagi bangsa Indonesia berada dalam budaya demokrasi maka beberapa partai politik di Indonesia akhirnya harus dijabat oleh seorang Ketua Umum seumur hidupnya.
Pilihan berikutnya adalah menjadikan anaknya sebagai pemimpin secara instan, artinya sang ketua umum tidak sabar menempatkan pewarisnya pada jabatan dibawah ketua umum dalam partai politik yang mereka dirikan sebagaimana yang dilakukan prof. Amien untuk terlebih dahulu menjadikan anaknya bawahan dalam jabatan di partai.
Prof. Amien Rais yang berasal dari akademisi yang kita kenal adalah mahir dalam mendidik kader. Maka diawal kepemimpinan PAN dimana beliau langsung mengetuainya hingga dua periode banyak para pemimpin politik yang lahir dan dibesarkan serta  menjadi tokoh nasional saat ini.
Sesungguhnya apa yang dibawa oleh Prof. Amien Rais dengan partai politik PAN kala itu adalah barang baru bagi bangsa Indonesia. Kado itupun telah menjadi inspirasi dalam perubahan negeri ini dari sistem kepemimpinan otoritarian kepada kepemimpinan yang demokratis yang memberi kesempatan bagi rakyat merasakan politik rakyat dan hak-haknya yang telah begitu lama terpasung.
Memang perolehan suara PAN berada di partai menengah, hal ini disebabkan masyarakat belum terbudaya dengan kehidupan demokratis, kehidupan yang sering diisi dengan perbedaan, keragaman, berbangsa dengan ruang yang lebih luas, karena masyarakat Indonesia baru terbebas dari pasung kepemimpinan otoriter.
Dengan pemahaman demokrasi akhirnya daerah-daerah memperoleh otonomi bahkan ada yang berstatus otonomi khusus seperti Aceh dan Papua. Berikutnya DPR sebagai Wakil Rakyat memperoleh legitimasi yang kuat tidak lagi sebagaimana jaman Orde Baru yang hanya menjadi bantalan stempel penguasa.
Dalam perjalanan itu kemudian Prof. Amien Rais melepaskan ketua partai sebagai bentuk komitmennya terhadap demokrasi dan memberi peluang kepada kader lain untuk memimpin PAN. Pendidikan kaderpun mulai terdegradasi dalam ranah industri dimana kita sering kali mendapat cercaan masyarakat tentang politik dagang sapi yang populer itu.
Tahapan perubahan fundamental yang merubah segalanya adalah era kepemimpinan Ketua Umum Zulkifli Hasan yang terang-terangan mulai melakukan pergantian kepemimpinan daerah melalui sistem Top Down yang tidak memberi kesempatan kepada kader di daerah untuk memilih pemimpinnya. Disinilah demokrasi dalam partai PAN bagaikan mati suri, dan kader diseluruh Indonesia menjadi lemah karena sistem kepemimpinan yang sentralistik.
Dalam banyak hal prof. Amien Rais sering bertentangan dengan ketua PAN, dimana yang kita saksikan ketika Pak Amien bertentangan dengan pemerintah sementara partai PAN justru menjadi penjilat pemerintah dengan harapan mendapat satu  kursi menteri.