Mohon tunggu...
Tarmidinsyah Abubakar
Tarmidinsyah Abubakar Mohon Tunggu... Politisi - Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis adalah Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh

Selanjutnya

Tutup

Politik

Calon Presiden Independen Siapa Berani?

1 September 2020   09:37 Diperbarui: 1 September 2020   09:33 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Calon Presiden Independen, Siapa Berani?

Berulang kali terjadi pergantian presiden di negeri ini, kita sebagai rakyat Indonesia senantiasa menghadapi masalah yang sama yaitu ketika baru terpilih harapan perubahan begitu besar tetapi seiring waktu harapan itu pun sirna kembali.

Memasuki lima tahun awal masa berikutnya begitu lagi bahkan masyarakat Indonesia di sodorkan produk-produk yang sudah mereka pahampun tetap saja berkampanye dengan antusias, setelah setahun berjalan baru mulai mencaci makai yang diperjuangkannya. Ada masalah antara politik dan negara, sesuai dengan pemahaman masing-masing individu dalam menterjemahkan peran dan fungsi sebagai rakyat pemilih dan timses.

Realita inilah yang telah menyebabkan masyarakat apatis dengan agenda-agenda politik pemilihan rakyat. Lalu kenapa juga ada antusiasme penyelenggaraan pemilihan seperti memilih presiden, gubernur, bupati dan pemilihan wakil rakyat?

Apakah para politisi mampu memberikan pencerahan kenapa hal ini dialami masyarakat secara berulang?
Tentu saja tidak ada kemampuan dalam ranah politik kita untuk pengamanan para pemilih, sehingga mereka menjadi liar dan tidak menganggap penting suaranya bagi membangun negara dan masadepannya.

Tentu saja karena ketersediaan lapangan mencari uang receh bagi masyarakat dimana kemudian mereka menjadi saksi partai politik, menjadi petugas penyelenggara pemilihan dan sebagainya.

Setelah itu antusiasme itupun luntur seiring perjalanan masa jabatan, apalagi yang kita pilihpun sudah disibukkan dengan protokoler pengamanannya. Lalu yang terjadilah kecewa dan bahkan terhadap kawan kita sendiri yang terpilih. Disamping mereka telah jauh juga tidak mudah dihibungi sebagaimana sebelumnya yang senantiasa bersama kita.

Latar belakang inilah yang menyebabkan timbul pemikiran sahabat saya MJ yang sedikit lebih cerdas dan terkesan gila bertemu dengan anggota pimpinan DPR terhormat di senayan kemudian ia meminta kepada DPR untuk membuka jalur perseorangan untuk dia maju sebagai calon presiden Indonesia.

Lalu apa yang mendasari dirinya meminta kepada DPR untuk membuka jalur perseorangan?

Pertama, rasa kecewa terhadap fenomena harapan terhadap pemimpin.

Kedua, kecewa terhadap partai politik yang hanya mengurus kepentingannya dan menjaga gap dengan rakyat serta tidak menjalankan fungsinya dalam mendidik politik masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun