Mohon tunggu...
Tarmidinsyah Abubakar
Tarmidinsyah Abubakar Mohon Tunggu... Politisi - Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis adalah Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh

Selanjutnya

Tutup

Politik

Calon Presiden Independen Siapa Berani?

1 September 2020   09:37 Diperbarui: 1 September 2020   09:33 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketiga, Sikap arogansi kader partai politik yang semakin menjadi-jadi dengan membatasi calon presiden harus di diukung partai dominan kursi hingga 25 persen. Hal ini telah melemahkan ideology yang dapat berkembang ditengah masyarakat.

Keempat, Kader partai tidak bisa lagi melihat ke bawah dalam menatap politik dan kepemimpinan, mereka hanya bisa melihat datar dan keatas karena kehidupannya yang nyaman dan aman dari kemelaratan, sementara yang harus dipimpin masayarakat Indonesia yang sebahagian besar kebutuhan dasar saja belum tercukupi.

Kelima, Para politisi tidak memberi sinyal bahwa mereka bermental negarawan maka moralitas mereka sulit diakui yang terhormat bahkan dari perspektif moralitas. Dengan posisi kelas para politisi partai seperti ini maka sulit masyarakat mendapatkan manfaat untuk terdidik menjadi warga negara yang benar ditengah tuntutan kehidupan global yang berstandar produktif dan mandiri.

Keenam, Siapapun presiden yang dilahirkan dengan konstitusi Indonesia akan di kuasai oleh monster oligarkhi politik karena mereka telah banyak mengeluarkan modal untuk membayar kepada tokoh-tokoh masyarakat untuk membeli jabatan itu.

Ketujuh, DPR sebahagian besar akan menjadi bahagian dari presiden karena terlibat dalam rencana dan pelaksana pemenangan, sehingga mereka merasa kekuasaaan itu sebagai bahagian dari rumah untuk mengatur siapapun yang bertemu dan berbicara dengan presiden.

Kedelapan, Rakyat hanya menunggu tetesan dari pembangunan yang dilaksanakan untuk kepentingan eksekutif dan legislatif serta yudikatif dan pembangunan itu memang berorientasi mencari laba bagi mereka yang diatas bukan bagi membangun masadepan rakyat.

Inilah beberapa dalih mendasar dalam bernegara yang saya anggap rancu, dan jika saya dipercaya maka jika masyarakat tidak sejahtera saya janji bersedia ditarik dalam air laut dengan kapal dari tanjung priok ke pelabuhan belawan tutupnya.

Ini luar biasa pak Ketua sahut saya  sambil tersenyum melanjutkan ceritanya, supaya tidak terkesan menggurui sang pimpinan Dewan.

Kemudian sang Dewanpun menjalaskan kendala dan mekanisme jika kita ingin menerapkan peraturan tentang capres independen atau perseorangan. Mendengar itu MJ sahabat saya ini kegirangan. Ia pun beranggapan DPR RI akan segera mensahkan rencana peraturan itu.

Kemudian kami minta izin kembali kepada ketua dewan, dan sampai dipintu keluar DPR, MJ yang setengah gila ini mengatakan sambil tertawa lebar, aku sudah membuka jalan sekarang giliran anda yang bentu maju presiden Independen.

Itulah sebahagian dari cerita ketika pimpinan dewan mengajak diskusi dan mengajak seorang teman yang stengah gila dalam berjuang bagi rakyat dan bernegara. Kami hanya mendengar celotehannya sekitar 10 menit jika lebih dari itu maka sudah bersiap mendengar cerita halusinasinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun