Semua orang pastinya paham ketika kita menyebut kata Pencuri yang bermakna mengambil hak dan barang orang lain dengan cara sembunyi-sembunyi.
Berbagai macam jenis pencuri
pencurian property adalah pengambilan properti milik orang lain secara tidak sah tanpa seizin pemilik. Kata ini juga digunakan sebagai sebutan informal untuk sejumlah kejahatan terhadap properti orang lain, seperti perampokan rumah, penggelapan, larseni, penjarahan, perampokan, pencurian toko, penipuan dan kadang pertukaran kriminal. Dalam yurisdiksi tertentu, pencurian dianggap sama dengan larseni; sementara yang lain menyebutkan pencurian telah menggantikan larseni.
Seseorang yang melakukan tindakan atau berkarier dalam pencurian disebut pencuri, dan tindakannya disebut mencuri.
Pencuri organisasi itu kompleksitasnya sama dengan pencuri property, karena substansi pada upaya penguasaan baik secara legal maupun tidak legal.
Secara tidak legal, mungkin saja ada pemalsuan atau penyogokan otoritas yang mengeluarkan izin pemilikan. Dengan menguasai nama property itu maka mereka menguasai asset yang dikandung dalam property tersebut.
Pernah atau tidakkah anda melihat bagaimana prilaku pencuri organisasi politik?
Cirinya begini, organisasi itu ada anggaran dasar dan anggaran rumah tangganya beserta petunjuk organisasi. Sipelaku pencurian memulai dengan meyakinkan pimpinan pusat organisasi itu, mereka memfitnah pihak lain bahwa tidak bisa dipercaya dan mereka menggali dalih berbagai macam yang merugikan dukungan untuk pimpinan pusatnya.
Lalu tahapan berikutnya melemahkan aturan, seakan musyawarah anggota menjadi sesuatu yang tidak dalam organisasi itu.
Pada tahapan ini bahkan mereka meremehkan pimpinan pusat bahwa mereka bisa mengatur pimpinan itu dan mereka sengaja memperlihatkan persekongkolan dihadapan anggotanya di daerah.
Berikutnya akibat image bahwa musyawarah sudah terlanjur dianggap tidak penting maka musyawarahnya dilakukan secara asal-asalan supaya tidak sampai pada tahapan evaluasi dan memilih pemimpin dengan benar.
Dengan menggunakan kekuasaan petinggi yang lemah mentalitasnya dalam organisasi mereka mensetir semua urusan organisasi untuk kepentingan kelompoknya. Kemudian mereka menempatkan petinggi itu sebagai tumbal untuk penanggung jawab segala kebobrokan, dan seakan mereka sebagai pelaku sedang menerima instruksi si petinggi yang antene pendek tersebut.
Pertanyaannya apakah pencuri memiliki ilmu dan tujuan yang baik dalam membangun organisasi?
Jawabnya tentu saja tidak. Karena ilmunya memang hanya sebatas ilmu mencuri. Jika mereka punya mental sebagai organisator maka mereka tidak akan mencuri organisasi, karena sesungguhnya organisasi itu sedianya adalah milik anggota. Jika dia tidak mampu menjadi ketua dengan cara yang diatur organisasi seharusnya mereka bersabar dan mengikuti petunjuk organisasi itu dan sudah pasti melebarkan luaskan organisasi politik demi dukungan yang maksimal untuk organisasi politiknya.
Lalu, apa hasil dari mentalitas pencuri yang katakanlah bisa mencuri organisasi tersebut?
Tidak lain adalah kehancuran karena memang prilaku pencuri adalah merusak organisasi demi menjaga keamanan hidupnya dan mereka akan mengorbankan organisasi itu untuk memperoleh manfaat, apalagi organisasi politik yang bisa dibuat untuk dagang dimusim-musim pemilihan kepala daerah dan lain-lain.
Apa sanksi yang pantas diberikan kepada pencuri organisasi? Jawabnya adalah memecatnya dari keanggotaan, daripada mereka terus menerus menjual organisasi politik untuk memelihara hidupnya.
Mentalitas Pengawasan
Berikutnya apa yang dilakukan untuk mengatasi pencurian organisasi politik? Yaitu mendidik pengawas orgsmisasi yang memahami seluk beluk dan akar permasalahan organisasi itu. Setelah itu mereka harus bermental sebagai organisator yang matang dan bisa menjaga organisasi agar selamat.
Apa dampak pencurian organisasi politik oleh pencuri tersebut? Organisasi menjadi tertutup dan apalagi partai politik tentu akan menjadi lemah dalam dukungan publik karena mengingkari keberadaannya sebagai wadah politik rakyat.
Partai politik seperti ini apabila dipimpin orang jahat akan menjadi seperti kelompok gank yang sebatas menebar teror dan menukarkan dengan dukungan. Namun bila orang lemah maka dapat dipastikan akan mati suri. Partai itu tidak akan memantik dukungan rakyat kepada kadernya. Jika Kepala Daerah maju dari partai itu maka mereka perlu bekerja sendiri dan modal utamanya adalah Uang yang banyak. Begitu pula jika warga maju sebagai anggota legislatif maka si warga atau si kader harus menyiapkan uang yang banyak sebagai alat tukarnya. Jadi yang terjadi adalah politik dagang sebagaimana aktivitas pedagang yang membeli pisang atau jagung pada masyarakat.
Lebih celakanya partai itu akan membentuk pola yang memisahkan antara rakyat dan partai politik. Apabila dilingkungan masyarakat tidak memenuhi standar kecerdasan politik maka secara praktis partai ini hanya menjadi monster pembodohan rakyat yang sempurna.
Kesimpulannya pencuri organisasi itu hampir sama dengan pencuri property. Dimana property dicuri pada status hak milik sementara phisiknya orang tahu itu milik pihak lain. Demikian juga organisasi status kekuasaannya menjadi hak milik si pencuri tersebut sementara organisasi milik masyarakat biasa.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H