Mohon tunggu...
Tarmidinsyah Abubakar
Tarmidinsyah Abubakar Mohon Tunggu... Politisi - Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis adalah Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Negara Merdeka, Mentalitas Rakyat Terjajah Sama Dengan Tidak Merdeka

17 Agustus 2020   09:45 Diperbarui: 18 Agustus 2020   08:58 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu ketika, hari pertama saya tiba disana diberi kamar hotel yang mewah dan fasilitas yang lengkap, tentu saya sendiri didalam kamar yang luas itu, ada yang terasa kurang puas karena tidak bisa merokok. Anda harus membayar ribuan Dollar untuk pelanggarannya.

Malam itu kami mengakhiri malam hanya dengan melihat-lihat suasana ditengah kota Washington DC sebagai ibukota negara adikuasa yang populer itu.

Esok pagi saya dijemput dengan sedan limosin yang panjangnya kira-kira satu meter melebihi ukuran panjangnya mobil sedan biasa, dan saya sering melihat kenderaan itu di film-film televisi maupun bioskop, jadi menurut saya biasa aja karena saya bukan pengejar fasilitas itu meski selalu kita mendapatkan inovasi dalam ketersediaan mobil, rumah, hotel dan kantor mereka yang lebih memberikan kemudahan dan kenyamanan.

Tiba di departemen luar negeri kami melihat ada persiapan pertemuan disana, dan beberapa pegawai perempuan muda menyambut kedatangan kami dan mereka cantik sebagai perempuan. Tidak lama kemudian acara dibuka tentu saja Mr. John Carry menteri luar negeri yang sebelumnya adalah juga calon presiden hadir lima menit setelah ucapan Selamat Pagi pembawa acara dan memberi sambutan terhadap tujuan program kita disana.

Kemudian diperkenalkan beberapa maha guru dari harvard yang akan membicarakan kehidupan bangsa Amerika di sepertiga abad ini atau sekitar lima puluh hingga tujuh puluh tahun yang lalu. Ada juga yang membicarakan teori konflik pada bangsa didunia, kemudian tidak lupa juga mereka mempersiapkan manajemen kepemimpinan era baru.

Tentu otak saya cepat berputar bahwa hal ini sudah pasti kita berbicara manajemen kepemimpinan negara tertinggal dan sekaligus teori kepemimpinan masa depan. Teori-teori sosial dan politik semakin banyak dan terbuka ketika masyarakat lebih banyak mengalami perubahan yang dinamis.

Pelajaran pertama saya adalah  membuka kunci pintu sosial,  kebiasaan-kebiasaan masyarakat dunia ketiga itu sangat tertutup dan sistem kepemimpinan feodal akan turun temurun hingga beberapa generasi meski negara itu telah merdeka. Mereka tidak akan pernah belajar mengurus bangsanya, maka mereka mendapati ilmu secara otodidak dan orang itu akan menjadi pemimpin dan mewarnai kehidupan disemua sisi dalam waktu yang panjang.

Kenapa demikian? Karena bila anda belajar dan mengimplementasikannya pada masyarakat tersebut maka anda dianggap asing dan tidak familiar dengan perkataan dan prilaku serta sikap anda dalam politik, pemerintahan dan kehidupan umum. Anda akan menghadapi beberapa kegagalan dalam tujuan-tujuan kecil mendapatkan kepercayaan rakyat.

Jika ingin mempertaruhkan hidup anda untuk melakukan perubahan pada masyarakat maka kesabaran adalah modal untuk melewati "jembatan emas" dalam hidup anda dan hidup masyarakat. Perubahan kebiasaan pada makhluk sosial tidak mudah dilakukan maka kita harus lebih cepat meyimpulkan elemen-elemen konservatif sehingga ada inisiatif dijantung hati masyarakat untuk merubahnya karena ketinggalan itu tidak memberi harapan yang baik untuk masa depan bangsa anda. Lalu apa yang harus anda lakukan? Membuka kunci, membangun wawasan dan pengetahuan masyarakat.

Lalu, apa yang kita harap pada mereka sebagai wujud kesediaan untuk berubah? Jawabnya adalah membaca. Bagaimana mereka mau membaca sementara persentase orang membaca di daerah saya sedikit? Jawabnya adalah mereka akan membaca pelajaran sosial anda dan membaca keunikan dan perbedaan yang anda tulis dan bicarakan dalam dunia politik dan pemerintahan serta realita kehidupan sosial yang telah berlangsung lama.

Kemudian, apakah saya harus mendirikan perguruan tinggi atau sejenis itu untuk perubahan? Tidak karena hal itu membutuhkan waktu yang sangat lama. Jadi piliannya apa? Lakukan dimana saja, apakah di media sosial, radio, televisi, koran biasa, dan sebagainya. Apakah akan menjangkau semua masyarakat? Menjangkau karena yang tulis dan bicarakan adalah hal-hal yang terbalik dengan kebiasaan tetapi rasional dalam pemikiran siapa saja.

Bisa saja lima tahun, sepuluh bahkan sampai dua puluh tahun sehingga anda akan mengabaikan kepercayaan rakyat yang non kualitatif, hingga terbentuk orang-orang dengan kesadarannya mendukung apa yang anda lakukan bukan sebagaimana dukungan yang anda temui di negeri anda yang sebahagian besar memaksa orang mendukung anda dan itu menjadi kebiasaan yang dianggap lumrah. Padahal kualifikasi dukungan itu adalah indikator suatu rakyat merdeka atau rakyat dalam belenggu sistem penjajah meskipun mereka mengelukan merdeka setiap tahunnya.

Bukankah nanti kita dianggap gagal dalam politik dan kehidupan? Jawabnya Tergantung dari cara pandang anda tentang politik dan hidup yang sempit atau normatif, jika tujuan anda sempit maka tujuan anda akan berhenti di jabatan, sebaliknya jika anda pemimpin maka pasti anda akan memilih perubahan dan hakikat hidup yakni membantu sebanyaknya orang atau merubah masa depannya dari terjajah menjadi masyarakat yang benar-benar merdeka.

Contoh paling nyata, kunjungi di diprovinsi anda akan anda temui daerah tingkat kabupaten yang karakteristik masyarakatnya dapat dipantau. Misalnya ada daerah yang pemilihnya berjumlah lebih banyak dari pemilih kabupaten lain. Namun mereka tidak memiliki wakilnya dipemerintahan. Daerah seperti ini tergolong sebagai daerah yang terbelenggu oleh kepentingan politik partai atau tokoh tertentu sehingga ia justru melemahkan tokoh lain yang berasal dari daerahnya. Daerah seperti ini tentu saja telah terjadi pembodohan sosial sehingga kehidupan mereka dibatasi oleh pola pikir tokoh-tokohnya yang mengukur kemapanan sosial, sehingga mereka murni menjadi masyarakat pencarian Tuan yang adil. Kemudian mereka hanya berpolitik dalam skala belenggu sebatas kapasitas dan kualitas tokoh-tokoh itu dan sulit menerima perubahan sosial.

Ada juga daerah yang para tokoh masyarakatnya menganut sistem kepemimpinan primordialis sempit. Daerah seperti ini biasanya ada seorang tokoh yang besar kemudian membina kekaderan dalam perspektif yang sempit. Namun bila sedang berkuasa mereka akan membuat jaring laba-laba dalam kepemimpinannya. Namun ketika mereka terjatuh maka jaring laba-laba itu akan binasa. Pola-pola ini sesungguhnya pola kehidupan penjajah dimana masyarakat akan terposisikan sebagai masyarakat terjajah akibat pembelengguan sosial. Didikan terhadap masyarakat dalam ruang konservatif dan berorietasi pada kekuasaan sempit yang tidak bisa diharapkan ada perubahan pada pola pikir masyarakatnya.

Pola-pola kehidupan masyarakat dalam kepemimpinan seperti inilah yang telah menjerumuskan masyarakat sehingga mereka akan terus tertinggal dari standar masyarakat global. Kontribusi kepemimpinan daerah sangat besar pengaruhnya terhadap kondisi masyarakat dalam wilayah yang lebih besar sehingga menjadi suatu provinsi yang maju atau tertinggal dan tentu saja berkontribusi untuk pembentukan masyarakat suatu negara.

Lalu, sebagai orang yang memahami itu, apakah anda bersabar atau melakukan secara pragmatis tanpa dibebani kehidupan masyarakat lain yang terus dalam belenggu. Karena anda juga akan menjadi bahagian dari sistem penjajahan masyarakat anda. Atau sebaliknya anda ingin bersabar membuat sejarah dan perubahan kehidupan masyarakat tersebut dimana kemudian akan menentukan anda sebagai pahlawan, negarawan, atau sebatas pecundang yang memanfaatkan kondisi sosial yang bobrok dan anda memilih menjadi demagog.

Itulah pelajaran pertama ilustrasi politik perubahan sosial yang pertama, dimana kemudian saya mulai berpikir untuk itu meski nasib kita tidak seberuntung para politisi di pemerintah dan parlemen terkini.

Wassalam


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun