Dalam perjalanan pemerintahannya semua kebijakan publik dan peraturan daerah serta aturan hukum dapat diletakkan secara baik oleh wakil kepala daerah. Berbicara masalah kepemimpinan tentu masyarakat paham bahwa bagaimana mungkin mereka diajarkan oleh kera. Ternyata kera ini menjadi alat politik pemakluman oleh masyarakat dalam merubah kondisi. Karena kalau menyinggung wajarlah krn kepala daerahnya kera. Kalau berjalan normal tentu si pengkritik yang wakil kepala daerah itu disanjung puji karena memang apa yg dilakukan melebihi dari perlakuan pemimpin sebelumnya.
Setelah empat tahun si Wakil Kepala Daerah tersebut mulai diminta oleh tokoh masyarakat untuk menjadi pemimpin dan menghapuskan aturan binatang sebagai kepala daerah. Rupanya si pengkritik tidak bersedia dengan alasan dia mau pindah ke negeri seberang yang dia sudah dihadiahkan sebagai warga dan tempat tinggal oleh kepala daerah tetangga itu, karena wilayah tersebut wilayah perkebunan maka cukup dalih untuk itu dengan hasrat berkebun.
Beberapa minggu dia tinggal disana barulah para tokoh menjemput dan meminta izin kepada kepala daerah disana untuk mengizinkan si pengkritik dibawa pulang ke negara bagiannya untuk dijadikan pemimpin dengan berbagai perjanjian yang dipersyaratkan kpd tokoh oleh si pengkritik.
Kisah itu akhirnya jadilah dia pemimpin seumur hidup bila dia mau. Tapi karena dia dasarnya pengkritik tentu hal itu tidak dilakukan karena dia paham dampak yang timbul bila kekuasaan yang lama di suatu lubuk yang yang sama..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H