Oleh : Tarmidinsyah Abu (goodfathers)
Menonton aktifitas yang dilakukan Tim Kang Ujang Bustami, Kang Nasihin dan teman-teman termasuk kameramen yang bekerja keras dengan membuat video-video Youtube menjadi tontonan untuk pelajaran penting bagi ikhtiar perubahan rakyat.
Tim kerja ini melakukan pembasmian praktek ilmu hitam oleh para Dukun yang bertopeng Kiai, sungguh keberanian yang luar biasa pada tim ini dan tidak akan bernyali bila mereka tidak memiliki bekal yang cukup dalam dirinya.
Aktivitas ini memang sebahagian besar hanya dipulau Jawa, semoga dimasa depan bisa dilakukan di seluruh nusantara.
Melihat masyarakat yang terbawa dalam ajaran sesat sungguh memprihatinkan dan nyaris kita terenyuh, bagaimana tidak?
Betapa kehidupan warga masyarakat yang terjebak dalam kejahatan yang dipengaruhi ilmu hitam yang membawa orang berbalik dari yang kita lihat dengan mata kepala bahwa dia terkesan sebagai orang baik dan alim dengan tampilan ulama ternyata mereka semua telah menjadi pengikut setan.
Melihat penampilan para dukun yang sebahagian besar sebagaimana ulama dengan persepsi masyarakat sebagaimana terhadap kelas para kiai dan ulama maka mereka bisa melakukan apa saja sekehendak hatinya dengan menjajah rakyat dengan tingkatan status sosialnya menjadi orang suci yang di hormati rakyat.
Masyarakat Kena Ilmu Hitam
Mereka menggunakan surban yang lengkap. Tidak seorangpun yang berani menghela kehidupan mereka yang sesungguhnya penuh dengan kesesatan dan kebangsatan, terutama secara rata-rata fokus pada penundukan perempuan dan mendapatkan pendapatan secara paksa untuk kehidupan yang arogan atau keakuan dengan praktek ilmu hitam dimaksud.
Perempuan yang di ikat dengan santet tersebut hanya mengikuti setiap perkataan si dukun yang tidak ubahnya si dukun sebagaimana seorang ulama berpengaruh di wilayah operasinya.
Karena terkena santet maka siperempuan itu baik sebagai gadis atau janda bahkan istri orang menjadi budak para dukun ilmu hitam yang sekaligus menjadi budak setan. Mereka lupa diri dan setiap saat hanya melayani si dukun cabul tersebut.
Tidak banyak ragam dalih yang  bahwa pak Kiai tersebut sanggup memuaskan hawa nafsunya dengan alasan berikutnya perkasa dan memiliki alat kelamin yang keras.
Dari pengamatan saya dengan menonton beberapa video tersebut terhadap sang dukun ilmu hitam secara rata-rata memang terjebak dalam substansi jorok yang terfokus pada sex liar dan harapan pada mendapat harta atau sebahagian besar bercita-cita menjadi orang kaya dan istri orang kaya atau memiliki suami perkasa, berkuasa dan orang kaya adalah catatan penting sebagai tujuan perempuan secara rata-rata yang terjebak dalam kehidupan didunia hitam tersebut.
Yang perlu kita garisbawahi bahwa dalam aktivitas hidup masyarakat diberbagai profesinya tentu begitu mudah dibawa pada kesesatan oleh setan melalui kaki tangannya.
Faktor Mempengaruhi
Pertanyaannya, kenapa bisa terjadi? Tentu disebabkan oleh beberapa faktor :
Pertama, Tidak memiliki pengetahuan dalam dirinya, terutama pendidikan secara formal sangat terbatas, pendidikan dan latihan informal juga tidak ada.Â
Kedua, Pendidikan agama dan pengetahuan tentang teology tentu saja sangat lemah sehingga ketuhanan nihil dalam dirinya maka keimanan sama sekali tidak ada sehingga setan begitu mudah menguasai jiwa mereka.
Ketiga, Hidup yang fokus pada hawa nafsu tanpa dibarengi dengan faktor modalitas dalam diri dan faktor pendukung pada dirinya yang lemah sehingga terjerembab dalam kubang hitam.
Tanpa kehadiran Ujang Bustomi, Nasihin dan teman lain yang sealiran, tentu pasti masyarakat akan terus berada dalam kubang kenistaan dalam pengaruh kejahatan ilmu sihir yang berbasis setan.
Bagaimana Masyarakat Dalam Politik?
Para pimpinan partai politik memainkan ilmu kepemimpinan partai politik dalam budaya kerajaan partai dan kader hanya sebagai anak buah yang sama sekali tidak punya hak untuk berbeda pendapat.
Mereka boleh punya pendapat tetapi untuk berpendapat secara berbeda maka kader harus berpikir seribu kali.Â
Daripada banyak urusan sebagaimana dalam operasi Kang Ujang Bustomi yang terkadang mengeluarkan bahasa kepret terhadap dukun santet dalam masyarakat ilmu hitam.
Tetapi kalau pimpinan partai politik mengeluarkan bahasa kepret terhadap kadernya karena kader lemah dalam memahami ilmu politik dan penerapan kebijakan politik yang merugikan rakyat tentu partai akan menjadi normal kembali dan rakyat akan hidup normal dalam masyarakat berdaulat.
Tetapi kalau pimpinan partai menggertak dengan kata kepret untuk kader karena melakukan protes atau keberatan dengan kebijakan bertentangan dengan masyarakat, tentu akan lain warna partai politiknya. Minimal tidak gelap akan lebih terbuka dan terang. Masyarakatnya tentu akan mengikuti partai politik, apakah hidup dalam terang atau hidup dalam gelap sebagaimana masyarakat kena ilmu hitam.
Kehidupan masyarakat bergantung pada ajaran politik dari partai-partai politik terutama dalam kebijakan memilih pimpinan negara, kepala daerah dan lain-lain. Pola kepemimpinan dalam merumuskan dan membuat keputusan (decision maker) Â inilah yang menjadi contoh atau ketauladanan masyarakat. Mereka akan melihat pimpinan dalam menentukan kepala daerah, apakah pragmatis atau menghargai pendapat daerah-daerah. Begitu juga pimpinan partai menggunakan seni apa sehingga mereka bisa membawa masyarakat berpartisipasi dalam perumusan keputusan partai.
Oleh karena itu partai politik yang menghormati rakyat dan memahami demokrasi yang benar maka mereka akan mengejar kualifikasi tersebut dalam pengambilan keputusan partai politik.
Maka jangan heran kalau di eropa memilih pemimpin Opera saja mereka melibatkan rakyat dalam hal ini penonton. Begitu pola-pola yang membutuhkan seni dalam manajemen partai politik sejauhmana mereka bisa melibatkan rakyat.Â
Dalam rule of the game, permainan politik ini saja menjadi cukup menarik bagi rakyat dalam memandang partai politik.
Tapi sekarang keputusan-keputusan partai dibabat pakai pedang sekali tebas, kalau sudah petinggi atau ketua berkehendak maka jadilah dia, tanpa kompromi tanpa landasan dalam membuat keputusan.
Apa ini berlawanan dengan hukum dan etika demokrasi serta konstitusi negara ?
Menurut saya 100 persen berlawanan, tau kenapa? Karena dalam hukum demokrasi partai politik itu punya rakyat, bukan milik pendiri atau Ketua Umum, atau pengurus partai atau penasehat partai. Itu adalah indikator kedaulatan rakyat dalam sistem politik sejak reformasi.
Lalu, kenapa partai politik sekarang cenderung pragmatis dalam membuat keputusan tanpa melibatkan aspirasi masyarakat?
Jawabannya karena jiwa atau ruh pemimpin partai politik sebagaimana raja atau menganut sistem kepemimpinan otoriter sebagaimana masa lalu sebelum reformasi.
Bagaimana cara merubahnya? Potensi melakukan perubahan hanya ada pada orang yang belajar ilmu politik dan hidup berdemokrasi sebagaimana masyarakat yang dihargai oleh partai politik, dan mereka menempatkan masyarakat sebagai subyek pembangunan.
Begitu juga perbedaan negara demokrasi menempatkan rakyat sebagai elemen utama dalam syarat bernegara. Sementara dalam sistem otoriter pemimpin negara sebagai pemilik negara bukan rakyat sebagaimana dalam sistem kerajaan.
Logikanya bagaimana? Ya pembangunan untuk kepentingan pemilik negara sementara rakyat dapat diusir ke laut bila mereka sampai pada titik kedhaliman sempurna.
Oleh karena itu untuk merubah masyarakat yang sudah dalam kubang hitam yang hidup ditengah partai politik otoriter, Â maka sama sangat dibutuhkan manusia sekaliber Kang Ujang Bustomi dan Kang Nashihin serta kawan-kawan dalam menangani masyarakat yang kena sihir.
Demikian juga pengelolaan partai politik yang normatif sebagaimana konstitusi negara, demokrasi dan menghargai rakyat maka dibutuhkan kader-kader partai politik yang punya ilmu dan bermental warga kader partai yang merdeka.
Jika tidak begitu maka rakyat memilih kepala daerah saja dibatasi haknya dimana mereka harus memilih si A atau si B yang sama-sama tunduk kepada pimpinan partai bukan menempatkan rakyat berdaulat di atas semua kebijakannya.
Maka pembangunan rakyat terserah pada elit dan rakyat menerima nasibnya seakan tuhan sudah menentukan kemelaratannya dari lahirnya, sementara pemimpin melahirkan anak sebagai pemimpin yang hidup senang dari lahir hingga matinya.Â
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H