Mohon tunggu...
Taqy Khaikarrafi
Taqy Khaikarrafi Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Seseorang yang suka menyalurkan apa yang dipikirkan dengan harapan, apa yang ia tuliskan bisa menjadi perubahan untuk orang-orang agar menjadi pribadi yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Games

Sekjen PBESI Tidak Profesional

25 Februari 2023   23:10 Diperbarui: 25 Februari 2023   23:32 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://skor.id/post/pbesi-kembali-tak-kirim-kontingen-wild-rift-ke-sea-games-2023-kamboja-01443328

            Saat ini tengah ramai diperbincangkan di antara para penikmat e-sport mengenai pernyataan Sekjen PBESI. Pernyataan tersebut dilontarkan oleh Frengky Ong, Sekjen PBESI, melalui instastory di akun pribadi sehingga terkesan tidak profesional.

"Liga Basket dan Sepak bola di Indonesia dimiliki oleh rakyat dan pemerintah melalui PERBASI, PSSI, dan semua klub Indonesia bukan dimiliki oleh PABRIK Bolanya. Tapi di e-sports kenapa semua Liga-nya dimiliki oleh PABRIK GAME-nya (Game Publisher dan Game Developer)?, Yuk di reformasi!!"

            Sebelumnya juga sering terlihat banyak instastory miliknya yang menyindir dunia e-sport. Kenapa disebut tidak profesional? Lantaran semua pernyataan Sekjen PBESI ini hanya muncul di instastory akun pribadinya yang diprivate bukan pernyataan resmi di media. Banyak yang menyayangkan pernyataan tersebut. Salah satunya Lius Andre, Eks pekerja Moonton.

"simplenya gini, olahraga konvensional bukan milik siapapun atau terikat hak cipta, sedangkan game memiliki hak cipta yang dimiliki oleh penciptanya"

            Jika memang PBESI ingin memiliki kompetisi tersebut yang sebelumnya berada dibawah naungan game publisher, sanggupkah mereka untuk membayar hak ciptanya? Atau sanggupkah mereka untuk selalu update mengenai game "tanpa" game developer dan game publisher?

            Sekelas kejuaraan dunia dota 2, The International (TI), dan League of Legend Worlds Championship (LOL WC) pun masih dipegang oleh game developer-nya. TI oleh Valve Corporation dan LOL WC oleh Riot Games. Mereka benar-benar mengurus event tersebut dan mengeluarkan banyak uang. contohya LOL WC 2020 yang dimana Riot mengeluarkan uang sebesar 15 juta USD untuk memeriahkan event di Shanghai.

            Lalu apakah membuat kompetisi tanpa game developer dan game publisher itu merupakan hal baik? Jika iya, berapa banyak uang yang harus dikeluarkan pemerintah? Jika tidak, untuk apa pernyataan tersebut dibuat? Bahkan hanya dipublish di instastory private?

            Jika mereka bersikap profesional seharusnya mereka bisa mengadakan rapat diantara para pemilik tim e-sport, tenaga ahli, dan para pengamat. Bukan melakukakn sindir menyindir melalui instastory. Benar adanya peraturan yang harus diikuti tim e-sport dan memang harus diikuti. Jika mereka profesional, mereka bisa mendiskusikannya terlebih dahulu baru membuat pernyataan dan Tindakan lainnya.

Apa anda pendapat lain? Jika ada tulis di kolom komentar agar bisa didiskusikan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Games Selengkapnya
Lihat Games Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun