"Apa yang harus aku tulis, Rey?" Desak Hani.
"Apa saja yang kamu bisa tulis, tuliskanlah, jangan ragu!!" Jawab Raihanah
"Tapi aku tidak tahu apa yang harus aku tulis!"
"Belum kamu coba tulis bukan?" Raihanah balik bertanya.
"Iya, tapi apa yang harus aku coba untuk menuliskannya." Hani bersikeras dengan kejumudannya.
"Satu saja yang bisa kamu lakukan dan dapat kamu tuliskan adalah 'Menulis' yah menulislah!"
"Ih, Rey.." Delik Hani. "Apa yang bisa aku tulis" tanyanya kembali dengan pertanyaannya yang sama.
"Tulislah pertanyaanmu barusan" Jawab Raihan kembali.
"Karena dengan menuliskan pertanyaanmu, kamu dapat menjawab sendiri apa yang dapat kamu tulis." Ujar Raihan lagi
"Oke.." Hani mulai menuliskan pertanyaannya di lembar pertama yaumiyatinya.
"Nah itu dia jawabannya" seloroh Raihanah setelah Hani menuliskan pertanyaannya.
"Hah! Maksudnya?"
"Maksudnya, dengan kamu menuliskan pertanyaan 'apa yang harus kutlis?' secara tidak langsung kamu jawab pertanyaan itu, bahwa kamu akan menulis apapun yang harus kamu tulis, sekarang mulailah menulis! Simpan untuk sementara kebingunganmu itu!!! Raihan menjelaskan panjang lebar sambil menjentikkan jarinya ke hidung Hani.
Hani masih bingung dengan jawaban Raihan. Namun, dia mencoba untuk menggerakkan penanya mengisi halaman demi halaman, dengan rangkaian huruf sebagai wakil yang mengungkap sekian rasa, emosi, peristiwa yang menyertai jenaknya.
Dan sejak itulah Hani belajar menulis! Dan sejak itulah Hani sadar bahwa tidak pernah salah untuk tidak berhenti mencoba. Sampai kemudian menemukan kerinduan yang dirinduinya. Sebuah pertemuan yang menjadi cita setian mukmin. Pertemuan denganNya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H