Umat Islam di Indonesia mayoritas didominasi oleh kelompok ahlussunnah wal jama’ah, yang diwakili oleh dua ormas terbesar yaitu NU dan Muhammadiyah. Kelompok ahlussunnah wal jama’ahmerupakan kelompok yang mengikuti ajaran Rasulullah SAW dan sahabat-sahabatnya. Pendekatan yang dilakukan oleh kelompok ahlussunnah wal jama’ahdalam menyebarkan ajaran Islam adalah dengan jalan akulturasi budaya, karena jauh sebelum Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia telah memiliki beragam kepercayaan dan kebudayaan. Melalui jalan inilah yang membuat masyarakat Indonesia dapat menerima dan pada akhirnya menjadikan Indonesia menjadi salah satu negara dengan jumlah umat Islam terbanyak di dunia.
      Kelompok ahlussunnah wal jama’ahjuga sangat berbeda pandangan dengan kelompok-kelompok radikal sehingga tidak jarang terjadi perdebatan di antara kedua kelompok ini, yang bahkan seringkali hampir terjadi gesekan ketika bertemu. Praktek kekerasan dalam mengajarkan ajaran Islam sangat ditentang oleh kelompok ahlussunnah wal jama’ahkarena tiap-tiap orang memiliki hak untuk menentukan pilihan keyakinannya, terutama di Indonesia yang masyarakatnya sangat beragam.
      Beragam upaya untuk mencegah meluasnya paham atau pemikiran radikal telah dilakukan oleh pemerintah bekerjasama dengan ulama-ulama ahlussunnah wal jama’ah. Yang terbaru adalah arahan dari Menteri Agama Republik Indonesia untuk memantau dan mengawasi penyebaran paham atau pemikiran radikal terutama di perguruan tinggi. Kenapa di perguruan tinggi? Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa salah satu jalan penyebaran paham radikal adalah melalui institusi/lembaga pendidikan khususnya perguruan tinggi.
      Arahan yang ditujukan kepada rektor dan ketua perguruan tinggi, terutama perguruan tinggi di bawah naungan Kementerian Agama ini adalah mengenai pengawasan terhadap semua aktifitas civitas akademika agar tidak terpengaruh atau justru menyebarkan paham radikal. Termasuk di dalam arahan tersebut adalah pada saat pelaksanaan rekruitmen dosen serta tenaga kependidikan lainnya agar diseleksi dengan ketat terkait paham dan komitmennya terhadap nilai-nilai keislaman dan kebangsaan.
      Namun, ada yang menarik perhatian dari arahan Menteri Agama ini yakni dikhususkan pada dosen atau fakultas Saintek. Kenapa ini dianggap menarik? Fakta-fakta yang diberikan menganggap bahwa fakultas Saintek, yang berisi program studi di bidang sains, seperti matematika, biologi, kimia, fisika, merupakan penyumbang terbesar civitas akademika yang berpaham radikal. Hal ini karena secara kelimuan di fakultas Saintek sangat minim ilmu-ilmu mengenai agama sehingga menjadi lahan empuk bagi kelompok-kelompok radikal untuk menyebarkan ajarannya.
      Di hampir beberapa perguruan tinggi menunjukkan bahwa kelompok radikal banyak berkembang di fakultas-fakultas yang secara keilmuan bergerak di ranah ilmu-ilmu eksak. Inilah yang menjadi landasan bagi Menteri Agama mengarahkan secara khusus pada fakultas Saintek. Dalam upaya pencegahan meluasnya ajaran paham radikal di perguruan tinggi, arahan dari Menteri Agama ini sudah sangat baik. Akan tetapi, ada hal lain yang perlu dicermati yaitu mengenai kenapa paham atau pemikiran radikal sangat mudah masuk di fakultas-fakultas ilmu eksak di samping secara kurikulum disebabkan karena ilmu/pembelajaran agamanya sangat minim.
      Apabila dikaitkan dengan minimnya ilmu/pembelajaran agama, itu merupakan kewajaran karena secara keilmuan fakultas Saintek memfokuskan kajiannya pada ilmu-ilmu eksak atau ilmu-ilmu alam. Sedangkan ilmu agama tetap diajarkan tetapi dengan porsi yang kecil atau bisa dikatakan mata kuliah yang berbobot 2 SKS saja. Hal ini karena ilmu agama memiliki tempat tersendiri yaitu di fakultas yang secara spesifik mempelajari mengenai agama, seperti fakultas Usuluddin atau fakultas Tarbiyah di UIN/IAIN/STAIN.
      Permasalahannya adalah mengapa sebagai kelompok Islam mayoritas di Indonesia, kelompok ahlussunnah wal jama’ahjustru sangat minim berkiprah di keilmuan eksak atau di fakultas Saintek? Bukankah salah satu tujuan Islam adalah melakukan perubahan sosial ke arah yang lebih baik dan bukankah dengan masuk ke semua jenis keilmuan, termasuk ilmu-ilmu eksak, akan jauh lebih memudahkan kelompok ahlussunnah wal jama’ahuntuk ikut membantu pemerintah dalam menangkal meluasnya penyebaran paham atau pemikiran radikal.
      Beberapa hal yang melatarbelakangi minimnya kelompok ahlussunnah wal jama’ahberkiprah di keilmuan yang bersifat eksak justru berasal dari kelompok ini sendiri. Pandangan-pandangan untuk mengarahkan semua anak keturunan dari kelompok ahlussunnah wal jama’ahuntuk menempuh pendidikan agama sampai perguruan tinggi merupakan salah satu penyebabnya. Bukankah lebih baik santri-santri yang bertahun-tahun mengabdi di pesantren diarahkan atau dibebaskan untuk memilih program studi pada saat mereka memasuki jenjang perguruan tinggi. Toh apabila anak keturunan kelompok ahlussunnah wal jama’ahmemilih untuk masuk ke fakultas Saintek justru akan memperkaya keilmuan mereka, terutama bagi mereka yang merupakan seoarang santri. Kekhawatiran akan hilangnya penerus ajaran ahlussunnah wal jama’ahapabila tidak studi di fakultas agama sejatinya kurang tepat karena ilmu agama bisa didapatkan di tempat lain, sebagai contoh kuliahnya di fakultas Saintek tetapi tinggalnya tetap di pondok pesantren.
      Sebagai catatan, di era post modern saat ini dibutuhkan generasi-generasi penerus yang handal dan berkualitas agar ke depan dapat menjadi tulang punggung bangsa dalam bersaing dengan negara-negara lain. Maka sudah seharusnya memberikan kebebasan kepada generasi penerus, terutama dari kalangan santri, untuk memilih fokus studi mereka. Di satu sisi, para santri memiliki tambahan wacana keilmuan di luar ilmu-ilmu agama, di sisi lain mereka juga sebagai garda terdepan dalam menangkal penyebaran paham atau pemikiran radikal. Perlu diingat bahwa pertarungan gagasan merupakan hal yang penting di alam yang sangat liberal ini. Oleh karena itu, dengan masuk ke berbagai ranah keilmuan yang ada di perguruan tinggi maka gagasan pemikiran ahlussunnah wal jama’ahsebagai penerus perjuangan Rasulullah SAW akan terus massif dan meluas di semua lini keilmuan. Hal ini pula yang akan semakin mempersempit ruang gerak paham atau pemikiran radikal dalam menyebarkan gagasan dan ajarannya.
Akun Komunikasi: