Mohon tunggu...
Tapa Shidiq
Tapa Shidiq Mohon Tunggu... Guru - Belajar mentuturkan gagasan lewat tulisan.

Seorang guru matematika di Kabupaten Serang Banten. Meski bakat menulis masih belum mumpuni tapi ingin menjadi bagian dari pejuang-pejuang literasi,

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Berawal dan Berakhir di Banten

17 Agustus 2024   09:11 Diperbarui: 17 Agustus 2024   09:14 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Perang jawa yang dikobarkan pangeran Diponegoro tahun 1825 -1830 mengakibatkan kerugian yang teramat besar bagi pemerintahan VOC. Kerugian yang membuat perusahaan dagang tersebut bangkrut. Untuk mengurangi devisit anggaran yang cukup besar Kerajaan Belanda membuat kebijakan yang sangat mencekik rakyat jelata. Cultuurstelsel atau tanam paksa adalah solusi bagi defisit keuangan tersebut. Rakyat dipaksa menanam tanaman yang menjadi komoditas utama dalam perdagangan dan perindustrian saat itu. Mereka dipaksa meninggalkan pertanian yang menjadi sumber pangan, beralih ke tanaman yang tidak bisa untuk dikonsumsi melainkan hanya sebagai sumber pemasukan kas negara. Akibatnya kelaparan dan kemiskinan terjadi dimana-mana.

Penderitaan dan kisah pilu rakyat jelata tersebut diabadikan dalam novel Max Havelaar karya Multatuli. Multatuli adalah nama pena dari seorang berkebangsaan belanda yang bernama Edward Dawos Dekker. Ia menulis novel tersebut sebagai bentuk keprihatinan terhadap penindasan yang dilakukan terhadap rakyat Lebak Banten.

Max Havelaar menjadi perbincangan para cendikiawan dan para elit di negeri Belanda. Mereka yang memiliki moral dan keprihatinan yang lebih terhadap kaum pribumi bersatu dan memunculkan sebuah wacana politik yang cukup besar. Munculnya politik Etis atau politik balas budi memunculkan peluang yang besar untuk kaum bumi putera.

Kesempatan dalam pendidikan dibuka luas, demikian juga terhadap akses kepada pekerjaan.

Demikian hebatnya daya gedor dari narasi buku Max Havelaar ini sehingga memunculkan kaum terpelajar pribumi.

Tak terbilang tokoh-tokoh fauding father seperti soekarno, Hatta, Syahrir, Agus Salim,dll. Merupakan hasil dari kontribusi politik etis.  

Para Founding Father yang kelak mendobrak Imprealisme, menyatukan bangsa indonesia dalam satu idealisme.

Dimulai dari jejak kaki Cornelis De Houtman di pelabuhan Karang Antu dan diakhiri oleh rintihan rakyat kecil di pelosok lebak. Banten menjadi saksi timbul dan tenggelamnya Imprealisme Belanda di Nusantara.

Kini setelah 79 tahun Indonesia merdeka, Banten tetap menjadi pusat keprihatinan. Suvei dari lembaga Goodstate menyebutkan bahwa provinsi Banten merupakan porvinsi nomor 1 paling tidak bahagia di Indonesia.

Survey kepuasan yang mengambil indikator kesejahteraan subjektif warganya. Yaitu dimensi kepuasan hidup baik secara personal maupun sosial.

79 Tahun berlalu, Banten jangan sampai menjadi keprihatianan yang terus berlanjut. Saatnya menutup kisah kelam Max Havelaar.

_Lapangan Kecamata Cinangka, 17 Agustus 2024_

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun