Mohon tunggu...
Tapa Shidiq
Tapa Shidiq Mohon Tunggu... Guru - Belajar mentuturkan gagasan lewat tulisan.

Seorang guru matematika di Kabupaten Serang Banten. Meski bakat menulis masih belum mumpuni tapi ingin menjadi bagian dari pejuang-pejuang literasi,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Antara Adzan dan Tingkat Kebisingan

2 Maret 2022   06:46 Diperbarui: 2 Maret 2022   06:48 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh : Tapa Shidiq Pamungkas

Beberapa waktu yang lalu jagat maya dihebohkan dengan pro dan kontra terkait pernyataan yang dikeluarkan oleh menteri agama Yaqut Cholil Qoumas. Kontroversi bermula dari aturan yang dikeluarkan Mentri dengan sapaan Gus Yakut tersebut. Bahwasanya Volume speaker masjid harus diatur maksimal 100 desibel.

Sebuah aturan yang menurut penulis cukup bagus diberlakukan. Karena memang ada beberapa masjid yang bisa jadi abai untuk mengatur volume pengeras suaranya. Namun, patut disayangkan, ada penggalan kalimat Mantan ketua Banser itu yang disinyalir menodai adzan sebagai seruan suci untuk sholat lima waktu.

Penulis tidak ingin mengomentari kontroversi dari ucapan Menag tersebut. biarkan para ahli hukum dan pakar komunikasi yang menganalisa lebih mendalam. Dalam kesempatan ini penulis hanya ingin mengulas tentang seberapa besar pengaruh pengeras suara Masjid dalam menyumbang kebisingan.

Banyak orang yang aware tentang berbagai polusi yang terjadi, misalnya polusi akibat asap pabrik, kendaraan, zat kimia, sampah plastik, dsb. Namun, sedikit yang aware terhadap polusi yang diakibatkan oleh suara (kebisingan).

Para pakar kesehatan menyebutkan bahwa kebisingan disuatu tempat dapat berdampak pada kesehatan baik fisik maupun mental. Organisasi kesehatan dunia WHO, merilis ambang batas kebisingan seharusnya tidak melebihi 55 Decible pada siang hari dan 40 Decible pada malam hari.

Menurut dr. Ratna Agustian, M.Kes, SpTHT-KL dari FK Unpad/ RS dr. Hasan Sadikin. Dikutip dari lipi.go.id dr.Ratna menyampaikan bahwa kebisingan dapat berefek fisiologis dan psikologis. Gangguan fisiologis meliputi kenaikan tekanan darah, denyut nadi, metabolisme basal, ketegangan otot serta penyempitan pembuluh darah. Sedangkan gangguan psikologis antara lain stres, lelah emosional dan gangguan komunikasi dan konsentrasi. Pengaruh kebisingan yang lebih parahnya adalah tuli akibat bising (Noise Induced Hearing Loss/NIHL).

Tak mengherankan jika tingkat stres dan penurunan tingkat kesehatan banyak dialami oleh penduduk perkotaan dibandingkan penduduk pedesaan.

Lalu seberapa besar sumbangsih kebisingan yang ditimbulkan oleh TOA masjid?

Berdasarkan informasi dari idntimes.com tentang kota terbising didunia. Menyebutkan bahwa kota dengan tingkat kebisingan tertinggi adalah kota Mumbai. Dengan tingkat kebisingan mencapai 100 decible, membuat kota ini dijuluki kota terbising didunia. Kebisingan dikota mumbai sebagian besar disebabkan karena bunyi konstruksi dan bunyi klakson kendaraan.

Tokyo, Jepang dan Karachi, pakistan berada di peringkat yang sama dalam hal kota terbising didunia yakni mencapai 90 decible. Sebagian besar kebisingan dijepang karena penggunaan speaker pengeras suara untuk pengumuman dan kendaraan. Sedangkan dikarachi mayoritas diakibatkan oleh suara kelakson  kendaraan, dimana 5 juta kendaraan beroperasi setiap harinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun