Ketika malam rindui embun
Dibawah naungan kalla
Berteman se-rasi bintang
Dalam gugusan yang semakin terpendar
Kadang, tangis itu tersimpan senyum
Dan kadang, senyum itu tersimpan tangis
Lalu, biarlah tangis menjadi saksi indahnya senyum
Dan senyum menjadi saksi kepiluan tangis
 Â
Rembulan, hujan dan mentari tiba-tiba timbul
Dengan satu asa menuju rindu
Berbisik tanpa mengusik
Mengusik tanpa menyelidik
Biarkan hati kita menuju kandungan yang satu
Tanpa sekat, tanpa tercekat
Hingga ke tempat terindah
Bernama surga
Jangan jadikan pekat menjadi penat
Penat menjadi karat, Biarkan kita terikat
Penat menjadi karat. Biarkan kita selalu terikatan sinarnya,
Hingga bias sinar mentari.
Meski ia tak pernah tahu
Di senja mana akan bersua
Mungkin, kalla sedang berdiskusi di ujung nafas
Membuat aku, kamu, menjadi satu
Lalu,
Rembulan, hujan dan mentari tiba-tiba timbul
DenRembulan, hujan dan mentari tiba-tiba timbul
Dengan satu asa menuju rindu
Berbisik tanpa mengusik
Mengusik tanpa menyelidik
Biarkan hati kita menuju kandungan yang satu
Tanpa sekat, tanpa tercekat
Hingga ke tempat terindah
Bernama surga
Jangan jadikan pekat menjadi penat,
Penat menjadi karat. Biarkan kita selalu terikatgan satu asa menuju rindu
Berbisik tanpa mengusik
Bisikan hujanMengusik tanpa menyelidik
Biarkan hati kita menuju kandungan yang satu
Tanpa sekat, tanpa tercekat
Hingga ke tempat terindah
Bernama surga
Jangan jadikan pekat menjadi penat,
Penat menjadi karat. Biarkan kita selalu terikat